"APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?"
21 April 2020
11:18
4 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Joh 21:4, 17)
Kitab Yohanes mencatat tiga penampakan diri Yesus kepada murid-murid-Nya pasca kebangkitan. Pertama, pada malam hari pertama minggu itu pada hari para perempuan menemukan kubur kosong. Yesus menampakkan diri kepada dua murid di perjalanan Emaus dan murid-murid Yesus yang berkumpul di Yerusalem. Yesus hendak menyatakan bahwa Dia bangkit dan menjelaskan tentang kebangkitan-Nya. Kedua - delapan hari setelahnya - Yesus hendak menjelaskan kebangkitan-Nya kepada Tomas. Tidak ada insan yang terlalu kecil, remeh di hadapan Yesus sehingga layak diluputkan. Dia datang meyakinkan Tomas.
Apa yang menjadi pesan penampakan diri yang ketiga kali ini? Apakah pesan beliau adalah mengutus murid-Nya khususnya Simon untuk menggembalakan domba-domba-Nya?.
Tidak sekedar meminta - saya tidak mengartikan perkataan Yesus ini sebagai perintah-, Yesus memulainya dengan bertanya "Apakah engkau mengasihi Aku?" sampai tiga kali (berturut Yun; agapao, agapao, dan phileo). Simon menjawab dengan " … aku mengasihi Engkau." tiga kali (berturut Yun; phileo, phileo, phileo). Seolah Yesus memahami kesulitan Simon untuk mencintai - agapao - Yesus dan mengikuti kemampuan dan kesadaran Simon dengan phileo-nya. Seolah Yesus sedang mengatakan "Simon cukup bagiKu engkau mem-philio-ku". Itu cukup membuat Simon menyadari kelemahannya, dia sedih. Bagi dia, Yesus dalam tiga kali pertemuan tidak pernah membicarakan atau membongkar besar mulutnya, emosinya yang tak terkendali, penyangkalannya, ketidakhadirannya di dekat salib, ketidak percayaannya atas kebangkitan tetapi sebaliknya mengundang mereka makan di tepi pantai dikala mereka hendak kembali ke hidup sebelumnya, cukup menyadarkan Simon betapa rapuh, lemah, tidak berkelas, tak layaknya dirinya di hadapan Yesus Anak Allah (Mat 14:33). Bahkan dia tidak mampu untuk mencintai - agapao Yesus Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Yesus menerimanya, tidak menghukumnya, tidak merendahkannya, tidak mempermalukannya bahkan tidak mengingatkannya. Yesus menganggap dia layak dan punya kesadaran hati.
Yesus mengutus seorang yang dianggapNya layak, yang dilayakkan-Nya. Yesus meminta Simon untuk memberi makan dan menggembalakan (Yun: bosko, poimaino, bosko ) domba-Nya. Simon tidak menjawab "Siap" atau menyampaikan komitmennya atas perkataan Yesus, dia diam. Tradisi sejarah Kerajaan Allah mencatat bahwa Simon yang diminta oleh Yesus di tepi danau itu mati disalib di Roma sebagai gembala. Dia merasa tidak layak disalib seperti Anak Allah, guru dan Tuhannya, dia meminta disalib dengan kepala di bawah.
Saya merenungkan siapa Yesus yang mampu mengampuni tujuh kali tujuhpuluh kali, yang menerima murid-murid-Nya yang meninggalkan Dia disaat dibutuhkan, menghianati dan menyangkali, yang sempit dan tak bisa mengerti beda kerajaan Israel dan Kerajaan Allah, yang berebut "aku yang di kiri dan kanan-Mu", yang tak bisa percaya bahwa Dia bangkit. Saya merenungkan siapa Simon yang sedih hati ditanya tiga kali dan hanya bisa menjawab hanya mampu philio Yesus tetapi mati bagi Yesus.
Saya merenungkan siapa saya yang tidak layak, tidak ada bedanya dengan murid-Nya. Saya tidak layak bukan karena harus mendampingi Dia di kayu salib, bukan karena diperhadapkan pada situasi mengaku kenal Yesus atau tidak, bukan karena diperhadapkan pada kebangkitan-Nya, bukan juga karena ketakutan atas tekanan pemimpi agama. Saya tidak layak karena dosa pribadi; tidak menghormati Allah, menduakan Allah, sembarangan menggunakan nama Allah, tidak menjaga Sabat, tidak menghormati orang tua, membunuh, berjinah, mencuri, bersaksi dusta dan memfitnah, iri dan mengingini milik orang. Di sisi lain saya merasa layak menidaklayakkan orang karena saya sering bicara Firman Tuhan, membantu orang, pemimpin rohani, dipilih Tuhan dan pernyataan rohaniku yang berbeda dengan orang lain. Saya beda dengan murid-murid Yesus, saya sangat sangat sangat tidak layak, bahkan sangat jauh tak berkelas dibanding Simon yang merasa tak layak.
Apa yang menjadi pesan penampakan diri yang ketiga kali ini? Saya mengatakan Yesus sangat mengasihi saya dan sekali lagi Dia mengatakan "Aku mengasihimu, Aku menerimamu, Aku khusus datang untukmu dan engkau layak mengembalakan dombaKu"
Yogyakarta, 21 April 2020
TJ Situmorang
21 April 2020
11:18
4 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Joh 21:4, 17)
Kitab Yohanes mencatat tiga penampakan diri Yesus kepada murid-murid-Nya pasca kebangkitan. Pertama, pada malam hari pertama minggu itu pada hari para perempuan menemukan kubur kosong. Yesus menampakkan diri kepada dua murid di perjalanan Emaus dan murid-murid Yesus yang berkumpul di Yerusalem. Yesus hendak menyatakan bahwa Dia bangkit dan menjelaskan tentang kebangkitan-Nya. Kedua - delapan hari setelahnya - Yesus hendak menjelaskan kebangkitan-Nya kepada Tomas. Tidak ada insan yang terlalu kecil, remeh di hadapan Yesus sehingga layak diluputkan. Dia datang meyakinkan Tomas.
Apa yang menjadi pesan penampakan diri yang ketiga kali ini? Apakah pesan beliau adalah mengutus murid-Nya khususnya Simon untuk menggembalakan domba-domba-Nya?.
Tidak sekedar meminta - saya tidak mengartikan perkataan Yesus ini sebagai perintah-, Yesus memulainya dengan bertanya "Apakah engkau mengasihi Aku?" sampai tiga kali (berturut Yun; agapao, agapao, dan phileo). Simon menjawab dengan " … aku mengasihi Engkau." tiga kali (berturut Yun; phileo, phileo, phileo). Seolah Yesus memahami kesulitan Simon untuk mencintai - agapao - Yesus dan mengikuti kemampuan dan kesadaran Simon dengan phileo-nya. Seolah Yesus sedang mengatakan "Simon cukup bagiKu engkau mem-philio-ku". Itu cukup membuat Simon menyadari kelemahannya, dia sedih. Bagi dia, Yesus dalam tiga kali pertemuan tidak pernah membicarakan atau membongkar besar mulutnya, emosinya yang tak terkendali, penyangkalannya, ketidakhadirannya di dekat salib, ketidak percayaannya atas kebangkitan tetapi sebaliknya mengundang mereka makan di tepi pantai dikala mereka hendak kembali ke hidup sebelumnya, cukup menyadarkan Simon betapa rapuh, lemah, tidak berkelas, tak layaknya dirinya di hadapan Yesus Anak Allah (Mat 14:33). Bahkan dia tidak mampu untuk mencintai - agapao Yesus Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Yesus menerimanya, tidak menghukumnya, tidak merendahkannya, tidak mempermalukannya bahkan tidak mengingatkannya. Yesus menganggap dia layak dan punya kesadaran hati.
Yesus mengutus seorang yang dianggapNya layak, yang dilayakkan-Nya. Yesus meminta Simon untuk memberi makan dan menggembalakan (Yun: bosko, poimaino, bosko ) domba-Nya. Simon tidak menjawab "Siap" atau menyampaikan komitmennya atas perkataan Yesus, dia diam. Tradisi sejarah Kerajaan Allah mencatat bahwa Simon yang diminta oleh Yesus di tepi danau itu mati disalib di Roma sebagai gembala. Dia merasa tidak layak disalib seperti Anak Allah, guru dan Tuhannya, dia meminta disalib dengan kepala di bawah.
Saya merenungkan siapa Yesus yang mampu mengampuni tujuh kali tujuhpuluh kali, yang menerima murid-murid-Nya yang meninggalkan Dia disaat dibutuhkan, menghianati dan menyangkali, yang sempit dan tak bisa mengerti beda kerajaan Israel dan Kerajaan Allah, yang berebut "aku yang di kiri dan kanan-Mu", yang tak bisa percaya bahwa Dia bangkit. Saya merenungkan siapa Simon yang sedih hati ditanya tiga kali dan hanya bisa menjawab hanya mampu philio Yesus tetapi mati bagi Yesus.
Saya merenungkan siapa saya yang tidak layak, tidak ada bedanya dengan murid-Nya. Saya tidak layak bukan karena harus mendampingi Dia di kayu salib, bukan karena diperhadapkan pada situasi mengaku kenal Yesus atau tidak, bukan karena diperhadapkan pada kebangkitan-Nya, bukan juga karena ketakutan atas tekanan pemimpi agama. Saya tidak layak karena dosa pribadi; tidak menghormati Allah, menduakan Allah, sembarangan menggunakan nama Allah, tidak menjaga Sabat, tidak menghormati orang tua, membunuh, berjinah, mencuri, bersaksi dusta dan memfitnah, iri dan mengingini milik orang. Di sisi lain saya merasa layak menidaklayakkan orang karena saya sering bicara Firman Tuhan, membantu orang, pemimpin rohani, dipilih Tuhan dan pernyataan rohaniku yang berbeda dengan orang lain. Saya beda dengan murid-murid Yesus, saya sangat sangat sangat tidak layak, bahkan sangat jauh tak berkelas dibanding Simon yang merasa tak layak.
Apa yang menjadi pesan penampakan diri yang ketiga kali ini? Saya mengatakan Yesus sangat mengasihi saya dan sekali lagi Dia mengatakan "Aku mengasihimu, Aku menerimamu, Aku khusus datang untukmu dan engkau layak mengembalakan dombaKu"
Yogyakarta, 21 April 2020
TJ Situmorang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar