Pemuridan: Apa Dan Bagaimana?
Rony Samuel L.D.
Dalam dekade 10 - 20 tahun terakhir, suara pemuridan terus didengungkan. Berbagai macam seminar dan pelatihan pun diadakan. Baik itu Perkantas, Navigator, Memperlengkapi Kaum Awam (MKA), Kambium, IDMC, dan yang mulai menggeliat adalah I3D. Semua seminar dan pelatihan yang diadakan hendak menyadarkan gereja akan pentingnya pemuridan. Gereja kemudian mengutus para utusan, baik jemaat, majelis, maupun hamba Tuhan untuk ikut dalam setiap seminar maupun pelatihan, dengan harapan membawa 'api' pemuridan di dalam gereja. Gereja kemudian menjadikan proyek pemuridan sebagai semacam _tagline_, atau _motto_ gereja. Namun dalam kenyataannya, pemuridan tidak semudah yang diajarkan dalam seminar maupun pelatihan. Belum lagi tidak adanya keselarasan paham akan makna dan bentuk pelaksanaan dari pemuridan. Ada yang berpendapat lewat cell-group; ada yang lewat persekutuan dalam jumlah yang agak besar; ada yang berpendapat semacam PA; ada juga yang berpendapat semacam mentoring, dll. Semuanya memiliki pandangan yang kalau ditelusuri, pandangan² tersebut berangkat dari kata dan pengalaman orang lain dari gereja lain yang dipandang cukup berhasil. Namun ketika coba diterapkan dalam konteks gereja lokal, terasa berat dan akhirnya gagal. Akhirnya memutuskan untuk ikut lagi seminar dan pelatihan. Sebuah siklus yang tiada habis.
Lalu, bagaimanakah seharusnya pemuridan itu berlangsung?
Komentar Pak Anwar terhadap postingan video, "Tonton dan praktekkan" menarik untuk dicermati. Pemuridan merupakan perpaduan antara "kepala, hati, dan tangan." Memakai istilah Pak Anwar, "Tonton, [renungkan], dan praktekkan.
Pemuridan diawali dengan pemuridan pikiran (kepala), di mana pikiran seseorang terus diperbaharui. Proses pembaharuan pikiran terjadi melalui pembongkaran dan penghancuran dari ide² dan pikiran² lama yang menghalangi terjadinya pembaharuan. Paulus menegaskan, "Berubahlah oleh pembaharuan budimu," dalam Roma 12:2.
Namun pemuridan tidak berhenti di pikiran. Pemuridan melibatkan pembaharuan hati (heart). Pembaharuan hati yang terjadi melalui proses perenungan firman Allah yang didengar, dibaca, dan pikiran kemudian memprosesnya hingga menjadi satu kebenaran yang disetujui dan dipegang. Pemuridan yang hanya menekankan aspek pikiran semata tanpa melihat keterkaitan dengan hati hanya akan membawa seseorang menjadi hakim yang menghakimi orang lain tanpa melihat ada balok yang sedang menghalanginya. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa pemuridan hati perlu diperhatikan oleh karena dari hati keluar segala pikiran² yang jahat.
Namun, pemuridan hati tidak cukup mendapatkan suplai ide dan pemikiran dari kepala yang memproses ide dan pemikiran dari firman Allah yang didengar dan dibaca. Sistem kerja hati mengalami pembaruan tidak hanya melibatkan pikiran, melainkan tangan juga. Mengutip dari Pak Anwar, "Praktekkan!" Alkitab berulang kali menegaskan agar kebenaran² Allah itu bukan saja membaharui pikiran, melainkan mengarah kepada pembaruan tindakan. Perubahan² tindakan yang terus menerus dilakukan akan memperbaharui hati. Dati hati yang dibaharui akan keluar pikiran² yang baik dan benar.
James K. A. Smith pernah menyatakan bahwa terlalu lama gerja dalam tradisi Protestan - secara khusus Reformed - lebih mengedepankan pembaharuan pikiran dan mengabaikan pembaharuan hati dan tindakan. Tidak sepenuhnya salah. Namun ada hal yang perlu mendapatkan perhatian serius juga, yakni terjadinya pembaharuan hati dan tindakan.
Esensi pemuridan adalah terjadinya pembaharuan hati. Pembaharuan yang dimulai dari pikiran yang terus dibaharui secara terus menerus berdasarkan firman Allah yang didengar maupun dibaca. Namun tidak berhenti di situ. Perubahan pikiran diwujudkan dalam tindakan, dipraktekkan secara terus menerus.
Upaya gereja untuk mengutus jemaat, majelis, dan hamba Tuhan ikut dalam berbagai macam seminar dan pelatihan pemuridan tidaklah salah. Karena itu juga adalah hal yang baik. Namun bagi jemaat, hanya tinggal menyuarakan terus menerus bahwa pemuridan melibatkan pikiran-hati-tindakan. Penyuaraan secara terus menerus kepada jemaat, seperti yang dilakukan Pak Anwar, akan membentuk persepsi jemaat dan menjadikannya sebagai nilai atau value bagi dirinya, bahwa pemuridan diawali dari mendengar firman, diproses oleh pikiran, direnungkan dalam hati, dan dilakukan.
Pemuridan merupakan integrasi antara pikiran, hati, dan tindakan, yang berlangsung secara terus menerus. Perpaduan antara "Tonton, [renungkan], dan lakukan.
Salam memuridkan!
Taman Sulfat XV-10
Juli 2020
Rony Samuel L.D.
Dalam dekade 10 - 20 tahun terakhir, suara pemuridan terus didengungkan. Berbagai macam seminar dan pelatihan pun diadakan. Baik itu Perkantas, Navigator, Memperlengkapi Kaum Awam (MKA), Kambium, IDMC, dan yang mulai menggeliat adalah I3D. Semua seminar dan pelatihan yang diadakan hendak menyadarkan gereja akan pentingnya pemuridan. Gereja kemudian mengutus para utusan, baik jemaat, majelis, maupun hamba Tuhan untuk ikut dalam setiap seminar maupun pelatihan, dengan harapan membawa 'api' pemuridan di dalam gereja. Gereja kemudian menjadikan proyek pemuridan sebagai semacam _tagline_, atau _motto_ gereja. Namun dalam kenyataannya, pemuridan tidak semudah yang diajarkan dalam seminar maupun pelatihan. Belum lagi tidak adanya keselarasan paham akan makna dan bentuk pelaksanaan dari pemuridan. Ada yang berpendapat lewat cell-group; ada yang lewat persekutuan dalam jumlah yang agak besar; ada yang berpendapat semacam PA; ada juga yang berpendapat semacam mentoring, dll. Semuanya memiliki pandangan yang kalau ditelusuri, pandangan² tersebut berangkat dari kata dan pengalaman orang lain dari gereja lain yang dipandang cukup berhasil. Namun ketika coba diterapkan dalam konteks gereja lokal, terasa berat dan akhirnya gagal. Akhirnya memutuskan untuk ikut lagi seminar dan pelatihan. Sebuah siklus yang tiada habis.
Lalu, bagaimanakah seharusnya pemuridan itu berlangsung?
Komentar Pak Anwar terhadap postingan video, "Tonton dan praktekkan" menarik untuk dicermati. Pemuridan merupakan perpaduan antara "kepala, hati, dan tangan." Memakai istilah Pak Anwar, "Tonton, [renungkan], dan praktekkan.
Pemuridan diawali dengan pemuridan pikiran (kepala), di mana pikiran seseorang terus diperbaharui. Proses pembaharuan pikiran terjadi melalui pembongkaran dan penghancuran dari ide² dan pikiran² lama yang menghalangi terjadinya pembaharuan. Paulus menegaskan, "Berubahlah oleh pembaharuan budimu," dalam Roma 12:2.
Namun pemuridan tidak berhenti di pikiran. Pemuridan melibatkan pembaharuan hati (heart). Pembaharuan hati yang terjadi melalui proses perenungan firman Allah yang didengar, dibaca, dan pikiran kemudian memprosesnya hingga menjadi satu kebenaran yang disetujui dan dipegang. Pemuridan yang hanya menekankan aspek pikiran semata tanpa melihat keterkaitan dengan hati hanya akan membawa seseorang menjadi hakim yang menghakimi orang lain tanpa melihat ada balok yang sedang menghalanginya. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa pemuridan hati perlu diperhatikan oleh karena dari hati keluar segala pikiran² yang jahat.
Namun, pemuridan hati tidak cukup mendapatkan suplai ide dan pemikiran dari kepala yang memproses ide dan pemikiran dari firman Allah yang didengar dan dibaca. Sistem kerja hati mengalami pembaruan tidak hanya melibatkan pikiran, melainkan tangan juga. Mengutip dari Pak Anwar, "Praktekkan!" Alkitab berulang kali menegaskan agar kebenaran² Allah itu bukan saja membaharui pikiran, melainkan mengarah kepada pembaruan tindakan. Perubahan² tindakan yang terus menerus dilakukan akan memperbaharui hati. Dati hati yang dibaharui akan keluar pikiran² yang baik dan benar.
James K. A. Smith pernah menyatakan bahwa terlalu lama gerja dalam tradisi Protestan - secara khusus Reformed - lebih mengedepankan pembaharuan pikiran dan mengabaikan pembaharuan hati dan tindakan. Tidak sepenuhnya salah. Namun ada hal yang perlu mendapatkan perhatian serius juga, yakni terjadinya pembaharuan hati dan tindakan.
Esensi pemuridan adalah terjadinya pembaharuan hati. Pembaharuan yang dimulai dari pikiran yang terus dibaharui secara terus menerus berdasarkan firman Allah yang didengar maupun dibaca. Namun tidak berhenti di situ. Perubahan pikiran diwujudkan dalam tindakan, dipraktekkan secara terus menerus.
Upaya gereja untuk mengutus jemaat, majelis, dan hamba Tuhan ikut dalam berbagai macam seminar dan pelatihan pemuridan tidaklah salah. Karena itu juga adalah hal yang baik. Namun bagi jemaat, hanya tinggal menyuarakan terus menerus bahwa pemuridan melibatkan pikiran-hati-tindakan. Penyuaraan secara terus menerus kepada jemaat, seperti yang dilakukan Pak Anwar, akan membentuk persepsi jemaat dan menjadikannya sebagai nilai atau value bagi dirinya, bahwa pemuridan diawali dari mendengar firman, diproses oleh pikiran, direnungkan dalam hati, dan dilakukan.
Pemuridan merupakan integrasi antara pikiran, hati, dan tindakan, yang berlangsung secara terus menerus. Perpaduan antara "Tonton, [renungkan], dan lakukan.
Salam memuridkan!
Taman Sulfat XV-10
Juli 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar