PENUNDUKAN DIRI,
KERELAAN BUKAN PERINTAH
1 Taw 5; Yoh 9 , 23 September 2023
Mengapa situasi politik di negara kita selalu hangat bahkan cenderung panas ? Ini terjadi karena ketidakrelaan pihak yang kalah dalam pemilu yang lalu. Mereka terus dua kubu yang terus berseberangan. Singkatnya, ini terjadi karena tidak ada penundukan diri dari pihak yang kalah dalam pemilu; mereka seolah-olah tunduk padahal semakin meradang. Permusuhan telah berkobar seperti api di dalam sekam, mereka bagai musuh dalam selimut yang siap menikam sewaktu-waktu.
Bagaimana keadaan di perusahaan atau di gereja tempat Anda berada ? Apakah situasinya tegang ? Mungkin ada perpecahan antara kubu-kubu. Sebenarnya, ketidaktaatan ini bukanlah hal baru. Hal semacam ini bisa terjadi dimana saja, termasuk dalam keluarga kita. Anak-anak bisa memberontak terhadap orangtua mereka.
Di Jawa, ada pepatah mengenai seorang istri, “swargo nunut,neroko katut,” yang berarti perilaku istri, baik atau buruk, tunduk atau memberontak, tergantung pada suaminya. Dengan kata lain, jika suami bisa mencintai dan merawat, maka istrinya akan tunduk. Hal yang sama berlaku untuk anak-anak kita. Didikan, kasih sayang, dan perhatian kita kepada anak-anak sejak kecil hingga dewasa akan membuat mereka tunduk dan patuh kepada ayah dan ibu mereka. Meskipun mereka mungkin memiliki pandangan yang berbeda ketika dewasa, mereka tetap menghormati kita sebagai orangtua.
Memang Firman Tuhan mengajarkan kita, orang Kristen, untuk tunduk, bahkan jika orang tua kita, majikan kita, pemimpin kita, atau pemerintah yang mengayomi kita bersikap tidak adil. “Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis (1 Petrus 2:18)”.
Meskipun Firman Tuhan mengajarkan ini, sebagai pemimpin kita tidak berhak menggunakan Firman Tuhan sebagai alasan untuk memerintahkan seseorang tunduk kepada kepemimpinan kita. KETUNDUKAN HARUS DILANDASI OLEH KERELAAN BUKAN PERINTAH. Peran dan kontribusi kita sebagai pengayom, pemberdaya, gembala, mentor, dan kontributor akan dengan sendirinya menyebabkan seseorang menghormati kita dan tunduk kepada kita, bahkan jika secara formal mereka bukan bawahan kita.
Itulah sebabnya “Kepemimpinan Anda sebenarnya hanyalah sebatas pelayanan Anda”, artinya Anda hanya berhak memimpin seseorang jika Anda telah melayani mereka. (DD)
Questions :
1. Benarkah penundukan diri penting dalam organisasi atau di gereja ?
2. Bagaimana membangun ketundukan yang benar kepada pemimpin di Gereja ?
Values :
Pengorbanan Sang Raja dalam pelayanannya di bumi, termasuk di kayu salib, memberiNya hak dan kewenangan untuk memimpin kita yang telah menerima karya pengorbananNya.
Kepemimpinan kita hanya memiliki dasar dalam pelayanan kita; kita tidak berhak memimpin orang yang tidak pernah kita layani.
“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu (Ibrani 13:17)”
Meskipun Firman Tuhan mengajarkan ini, sebagai pemimpin kita tidak berhak menggunakan Firman Tuhan sebagai alasan untuk memerintahkan seseorang tunduk kepada kepemimpinan kita.
BalasHapus