*Why Don't You Believe It?
[Mengapa kamu tidak percaya?]
*Markus 4:40,* _"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"_
Dari bagian dalam ayat ini, dimana Yesus berbicara kepada para murid-Nya selama badai di Laut Galilea. Laut Galilea dikenal dengan badai yang tiba-tiba dan dahsyat oleh sebab lokasi geografisnya, dan dikelilingi oleh bukit-bukit. Sebenarnya para murid banyak di antaranya sebagai nelayan berpengalaman, tetapi merasa takut karena betapa dahsyatnya badai tersebut. Ketakutan merupakan respons manusia yang umum terhadap bahaya, namun Yesus menantang rasa takut tersebut dengan menunjukkan bahwa reaksi mereka tidak proporsional mengingat kehadiran-Nya bersama mereka. Hal ini menyoroti kontras antara ketakutan manusia dan kepastian ilahi. Dalam konteks Alkitab secara luas, rasa takut sering kali disandingkan dengan iman, seperti yang terlihat dalam bagian-bagian seperti Yesaya 41:10 , di mana Tuhan meyakinkan umat-Nya untuk tidak takut karena Dia bersama mereka. Adanya pertanyaan Yesus tidak hanya bersifat retoris, namun berfungsi sebagai momen pengajaran.
Pada seluruh Injil, Yesus menggunakan pertanyaan untuk memancing pemikiran dan refleksi diri di antara para pengikut-Nya. Jadi metode ini mendorong para pengikut-Nya untuk menguji pemahamannya tentang siapa Yesus serta hakikat kuasa-Nya. Maka pertanyaan tersebut juga berfungsi untuk menarik perhatian pada kurangnya kepercayaan para pengikut-Nya, meskipun mereka telah menyaksikan mujizat dan ajaran Yesus. Sehingga pendekatan pedagogis ini konsisten dengan metode pengajaran rabi pada masa itu, yang sering kali melibatkan pengajuan pertanyaan untuk melibatkan siswa dalam suatu refleksi yang lebih dalam. Intinya dalam percakapan ini, Yesus menantang murid-murid-Nya untuk memilih iman daripada rasa takut. Lalu muncul pertanyaan, _“apakah kamu masih belum memiliki iman?”_ Frasa ini menggarisbawahi tema utama iman dalam Injil Markus. Walaupun telah menyaksikan otoritas Yesus atas penyakit, setan, dan alam, para pengikutnya berjuang dengan keraguan. Kalimat _“masih”_ menunjukkan atau menggarisbawahi akan perjalanan mereka bersama Yesus, yang seharusnya telah mengembangkan kepercayaan yang lebih dalam kepada-Nya. Kekurangnya iman ini merupakan masalah yang berulang bagi para pengikutnya, seperti yang terlihat dalam bagian lain seperti Markus 8:17-21 , di mana Yesus mempertanyakan pemahaman mereka setelah memberi makan orang banyak.
Tentu panggilan untuk beriman merupakan panggilan untuk mengenali identitas ilahi Yesus dan percaya pada kedaulatan-Nya. Momen ini menjadi "ramalan" tantangan iman yang lebih besar yang akan dihadapi para pengikut setelah penyaliban dan kebangkitan Yesus. Tentu iman dalam konteks ini, bukan hanya kepercayaan pada kuasa Yesus namun kepercayaan pada pemeliharaan dan tujuan-Nya, bahkan di tengah badai kehidupan juga. Dalam keseharian para murid yang senantiasa bersama Tuhan, serta telah mengalami kuasa dan kasih-Nya. Selayaknya mereka yakin bahwa Tuhan akan selalu menjaga, realitanya meski seperahu bersama Tuhan, mereka begitu ketakutan hingga berkata, _"Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?"_ Ada perasaan *Tuhan tak peduli, dan kehadiran Tuhan seakan tak berarti, padahah Dia begitu dekat di tengah-tengah mereka. Nampaknya jelas bahwa para murid ketakutan bukan karena Tuhan tidak peduli, tetapi sebab hati mereka yang jauh dari-Nya. Itulah sebabnya, Tuhan bertanya, _"mengapa kamu ketakutan, kamu belum percaya?"_ Kita juga nampaknya seperti para murid tersebut? Baik terucap maupun dalam hati, kadang kita ada pernyataan, _"asalkan Tuhan di dekatku, hal seberat apa pun aku sanggup memikulnya"._ Benarkah? Kadang ketika jalan yang lurus teramat sulit, seseorang tanpa ragu berbelok ke jalan yang bengkok. Kadangkala juga jika risiko berat menghadang, maka seseorang sering tidak berani bertindak benar. Padahal Tuhan selalu ada di sisi kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita (Imanuel). Ingatlah bahwa tidak sedetik pun Tuhan pernah jauh dari kita, tetapi kitalah yang kadang selalu menjauh dari-Nya. Dan benarkah jika Tuhan di sisi kita maka kita berani menghadapi risiko apapun, sebab Dia selalu beserta kita? Dalam suatu pernyataan dinyatakan, _"Terkadang hal tersulit untuk dilakukan adalah kita ingin mengendalikan hidup atau situasi kita alih-alih percaya kepada Tuhan. Percaya saja sepenuhnya kepada-Nya dengan penyerahan diri seutuhnya. Dia akan bekerja melalui kita"._
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*
Terkadang hal tersulit untuk dilakukan adalah kita ingin mengendalikan hidup atau situasi kita alih-alih percaya kepada Tuhan. Percaya saja sepenuhnya kepada-Nya dengan penyerahan diri seutuhnya. Dia akan bekerja melalui kita.
BalasHapus*Markus 4:40,* _"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"_
BalasHapus