PENDAHULUAN
Kondisi hutan Indonesia
menunjukkan produktivitas yang semakin menurun, padahal kebutuhan kayu semakin
meningkat. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan berbagai usaha
antara lain efisiensi pemanfaatan kayu, pemanfaatan kayu secara total serta
mencari alternatif melalui pengembangan teknologi pengolahan kayu dan bahan
berlignoselulosa lainnya.
Sejalan dengan program perlindungan hutan harga
material bangunan yang berhubungan dengan kayu relatif meningkat harga jualnya
karena keterbatasan barang. Sehinga muncul upaya bagaimana mengatasi masalah
yang ada, yaitu inovasi untuk menambah jenis papan partikel untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap kayu. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
pembuatan papan partikel. Meskipun bahan baku yang digunakan masih berupa kayu
hasil hutan tapi dapat mengurangi pemakain kayu solid.
Secara keseluruhan, papan komposit biasanya memiliki
nilai sifat mekanis yang lebih rendah dari kayu solid. Karakteristk papan
komposit secara khusus berbeda-beda tergantung pada jenis produk yang dibuat.
Papan partikel dan papan serat umumnya memiliki stabilitas dimensi yang rendah,
demikian halnya dengan sifat mekanisnya juga cenderung lebih rendah dari kayu
solid.
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk
komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan
berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis ataubahan
pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993).
Sebagai salah satu produk komposit, papan partikel
mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papan
partikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu
utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan
tebal pada papan partikel ini sangat
Sebagai salah satu produk komposit,papan partikel
mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal
papanpartikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan
kayu utuhnya sertapengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan
tebal pada papan partikel inisangat besar pengaruhnya pada pemakaian terutama
bila digunakan sebagai bahan bangunan(Haygreen dan Bowyer 1996).
Pemanfaatan serat alam, sebagai bahan baku produk
papan partikel masih membutuhkan berbagai penelitian untuk mendapatkan sifat
produk yang memenuhi standar. Pengembangan tebal disebabkan karena perubahan
dimensi serat akibat pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran
rongga serat akibat menyerap air. Penyerapan uap air akan menyebabkan
mengembangnya dinding sel serat. Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat
pengempaan, mudah kembali ke ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki
rongga serat dan mengikatnya dengan baik (Syamani et al. 2006).
Pengembangan tebal disebabkan karena perubahan
dimensi serat akibat pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran
rongga serat akibat menyerap air. Penyerapan uap air akan menyebabkan
mengembangnya dinding sel serat. Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat
pengempaan, mudah kembali ke ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki
rongga serat dan mengikatnya dengan baik (Sekino et al. 1997).
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengevaluasi stabilitas dimensi papan produk
biokomposit dengan uji siklik sesuai metode Mc.Natt dan Lau Fen Derg
TINJAUAN PUSTAKA
Papan komposit dapat didefinisikan sebagai suatu
papan yang berbentuk panel yang dibuat dengan cara mencampurkan bahan baku kayu
atau bahan berlignosellulosa lainnya dalam bentuk partikel, serat, atau tepung
dengan binder sebagai pengikatnya kemudian diberi perlakuan pengempaan (dingin
atau panas) ataupun dengan cara ekstrusi. Papan partikel maupun papan serat
merupakan dua produk yang memiliki banyak kemiripan karena secara umum,
keduanya menggunakan perekat thermosetting dan kempa panas dalam proses pembuatannya.
Perbedaan mendasar diantara keduanya adalah dalam hal dimensi bahan baku.
Sebagaimana namanya, papan partikel menggunakan bahan baku dalam bentuk
partikel baik berupa strand, flake, dan sliver, sementara produk papan serat
menggunakan bahan baku berbentuk serat (Suhasman, 2008).
Salah satu masalah serius dalam pemanfaatan Kayu
Kelapa Sawit (KKS) adalah sifat higroskopis yang berlebihan dan karakteristik
kimia kayu sawit yang memiliki kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih
banyak dibandingkan kayu biasa. Peningkatan jumlah perekat berpengaruh positif
pada nilai kadar air. Hal ini dikarena perekat yang lebih banyak akan menutupi
rongga sel KKS dengan sempurna dan tidak mudah terhidrolisis. Kadar air papan
partikel dengan komposisi perekat yang minim memiliki nilai yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan komposisi perekat yang lebih banyak. Hal ini
menunjukan bahwa partikel yang digunakan sebagai bahan dasar memiliki kemampuan
yang tinggi dalam menyerap air (Mawardi, 2009).
Tebal lembaran partisi adalah jarak tegak lurus
kedua permukaan bila ditekan dengan tekanan tertentu dan diukur dengan kondisi
standar. Ketebalan partisi akan mempengaruhi terhadap sifat fisik lembaran.
Umumnya semakin tebal kekuatannya makin baik, ketebalan dipengaruhi oleh
kerapatan bahan dan proses pengepressan. Kadar air adalah kandungan air yang
terdapat dalam partisi sewaktu digunakan atau diletakkan dalam lingkungan udara
terbuka. Kadar udara akan sulit masuk kedalam pori-pori apabila bahan tersebut
sangat kedap air. Semakin kecil daya serap air, maka semakin tinggi daya
lembara partisi terhadap penetrasi cairan (Haroen, 2007).
Meskipun bahan baku pembuatan papan komposit
tersedia secara luas, akan tetapi terdapat banyak aspek yang harus
dipertimbangkan sebelum memutskan layak tidaknya suatu jenis dijadikan bahan
baku papan komposit. Untuk kayu, maka pertimbangan utama kelayakannya sebagai
bahan baku untuk papan komposit adalah kerapatan. Untuk menghasilkan papan
komposit, khususnya papan partikel, maka rasio antara kerapatan produk dengan
kerapatan sasaran adalah 1,3 (Maloney 2003) atau 1,2-16 (Haygreen dan Bowyer,
1982). Dengan demikian untuk membuat papan dengan kerapatan 0,7g/cm3, maka
bahan baku yang ideal digunakan adalah bahan baku berkerapatan <0,6 g/cm3. Akibatnya
bahan baku yang berkerapatan lebih tinggi tidak dapat digunakan. Solusi yang
dapat ditempuh untuk mengatasi kendala seperti ini dapat ditempuh dengan cara
menggabungkan kayu berkerapatan tinggi dengan kayu yang berkerapatan lebih
rendah, sehingga kerapatan gabungannya ideal untuk bahan baku papan komposit
(Suhasman, 2008).
Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan ikatan
rekat menjadi lemah. Nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan
berfluktuasi dikarenakan dipengaruhi oleh factor nilai kadar air partikel dan
keadaan lingkungan dimana papan partikel dikondisikan. Semakin tinggi kadar air
partikel maka semakin tinggi pula kadar air papan partikel yang akan
dihasilkan. Meskipun telah dikeringkan hingga mencapai kadar air pada
temperatur ruang, kayu kelapa sawit dapat kembali menyerap uap dari udara
hingga mencapai kadar air lebih dari 20% (Mawardi, 2009).
Papan partikel memiliki sejumlah kelebihan seperti :
1.
Mampu menggunakan beragam bentuk bahan baku,
2.
Teknologinya sederhana dan singkat sehingga mengehemat
biaya pengerjaan,
3.
Dimensi dan kerapatannya dpat diatur sedemikian rupa
sesuai dengan tujuan penggunaan,
4.
Mudah dilakukan finishing.
Papan partikel juga memiliki sejumlah kelemahan
seperti :
1.
Stabilitas dimensinya rendah dan tidak tahan terhadap
air,
2.
Kekuatan mekanisnya rendah dan cenderung tidak tahan
terhadap creep,
3.
Sebagian besar menggunakan perekat berbasis
formaldehida yang emisinya dapat membahayakan kesehatan
(Suhasman,
2008).
Menurut Widarmana (1977) dalam Iswanto (2008) kadar
air papan partikel tergantung pada kondisi udara di sekitarnya, karena papan
partikel terdiri atas bahan-bahan berlignoselulosa sehingga papan partikel
bersifat higroskopis. Air yang terikat pada permukaaan mengalami kesetimbangan
dengan udara di sekitarnya, maka jumlahnya tergantung pada kelembaban
lingkungan maupun dari suhu. Semakin halus butir-butir padatan, semakin banyak
air yang teradsorpsi karena luas permukaan per satuan berat bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Iswanto, A. 2008. Pengujian Siklis Papan Partikel. USU press. http://www.usu.ac.id/pengujian siklis. [18 April 2011]
Haroen, W, dkk. 2007. Pemanfaatan Limbah Padat Berserat Industri Kertas
sebagai Bahan Pembuat Partisi. Berita Selulosa vol. 42 (1), hal. 29-34, Juni
2007. http://www.bbpk.go.id/main/. [20 April 2011]
Mawardi, I. 2009. Mutu
Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit Berbasis Perekat Polystyrene. Jurnal
Teknik Mesin Vol. 11, No. 2, Oktober 2009: 91–96. Banda Aceh [20 April 2011]
Suhasman, 2008. Papan
Komposit. Lembaga kajian dan
pengembangan pendidikan (lkpp). http://www.unhas.ac.id/lkpp1/Papan.pdf. [18 April 2011]
Teman-teman PEH 2008 ^^ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar