H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 05 Juli 2012

EVALUASI STABILITAS DIMENSI PADA BERBAGAI PRODUK BIOKOMPOSIT


PENDAHULUAN
Kondisi hutan Indonesia menunjukkan produktivitas yang semakin menurun, padahal kebutuhan kayu semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan berbagai usaha antara lain efisiensi pemanfaatan kayu, pemanfaatan kayu secara total serta mencari alternatif melalui pengembangan teknologi pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya. 

Sejalan dengan program perlindungan hutan harga material bangunan yang berhubungan dengan kayu relatif meningkat harga jualnya karena keterbatasan barang. Sehinga muncul upaya bagaimana mengatasi masalah yang ada, yaitu inovasi untuk menambah jenis papan partikel untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kayu. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembuatan papan partikel. Meskipun bahan baku yang digunakan masih berupa kayu hasil hutan tapi dapat mengurangi pemakain kayu solid. 

Secara keseluruhan, papan komposit biasanya memiliki nilai sifat mekanis yang lebih rendah dari kayu solid. Karakteristk papan komposit secara khusus berbeda-beda tergantung pada jenis produk yang dibuat. Papan partikel dan papan serat umumnya memiliki stabilitas dimensi yang rendah, demikian halnya dengan sifat mekanisnya juga cenderung lebih rendah dari kayu solid. 

Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis ataubahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993). 

Sebagai salah satu produk komposit, papan partikel mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papan partikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan tebal pada papan partikel ini sangat 

Sebagai salah satu produk komposit,papan partikel mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papanpartikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya sertapengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan tebal pada papan partikel inisangat besar pengaruhnya pada pemakaian terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan(Haygreen dan Bowyer 1996).

Pemanfaatan serat alam, sebagai bahan baku produk papan partikel masih membutuhkan berbagai penelitian untuk mendapatkan sifat produk yang memenuhi standar. Pengembangan tebal disebabkan karena perubahan dimensi serat akibat pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran rongga serat akibat menyerap air. Penyerapan uap air akan menyebabkan mengembangnya dinding sel serat. Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat pengempaan, mudah kembali ke ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki rongga serat dan mengikatnya dengan baik (Syamani et al. 2006).

Pengembangan tebal disebabkan karena perubahan dimensi serat akibat pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran rongga serat akibat menyerap air. Penyerapan uap air akan menyebabkan mengembangnya dinding sel serat. Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat pengempaan, mudah kembali ke ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki rongga serat dan mengikatnya dengan baik (Sekino et al. 1997).


Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengevaluasi stabilitas dimensi papan produk biokomposit dengan uji siklik sesuai metode Mc.Natt dan Lau Fen Derg 


TINJAUAN PUSTAKA

Papan komposit dapat didefinisikan sebagai suatu papan yang berbentuk panel yang dibuat dengan cara mencampurkan bahan baku kayu atau bahan berlignosellulosa lainnya dalam bentuk partikel, serat, atau tepung dengan binder sebagai pengikatnya kemudian diberi perlakuan pengempaan (dingin atau panas) ataupun dengan cara ekstrusi. Papan partikel maupun papan serat merupakan dua produk yang memiliki banyak kemiripan karena secara umum, keduanya menggunakan perekat thermosetting dan kempa panas dalam proses pembuatannya. Perbedaan mendasar diantara keduanya adalah dalam hal dimensi bahan baku. Sebagaimana namanya, papan partikel menggunakan bahan baku dalam bentuk partikel baik berupa strand, flake, dan sliver, sementara produk papan serat menggunakan bahan baku berbentuk serat (Suhasman, 2008).

Salah satu masalah serius dalam pemanfaatan Kayu Kelapa Sawit (KKS) adalah sifat higroskopis yang berlebihan dan karakteristik kimia kayu sawit yang memiliki kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih banyak dibandingkan kayu biasa. Peningkatan jumlah perekat berpengaruh positif pada nilai kadar air. Hal ini dikarena perekat yang lebih banyak akan menutupi rongga sel KKS dengan sempurna dan tidak mudah terhidrolisis. Kadar air papan partikel dengan komposisi perekat yang minim memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi perekat yang lebih banyak. Hal ini menunjukan bahwa partikel yang digunakan sebagai bahan dasar memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyerap air (Mawardi, 2009).

Tebal lembaran partisi adalah jarak tegak lurus kedua permukaan bila ditekan dengan tekanan tertentu dan diukur dengan kondisi standar. Ketebalan partisi akan mempengaruhi terhadap sifat fisik lembaran. Umumnya semakin tebal kekuatannya makin baik, ketebalan dipengaruhi oleh kerapatan bahan dan proses pengepressan. Kadar air adalah kandungan air yang terdapat dalam partisi sewaktu digunakan atau diletakkan dalam lingkungan udara terbuka. Kadar udara akan sulit masuk kedalam pori-pori apabila bahan tersebut sangat kedap air. Semakin kecil daya serap air, maka semakin tinggi daya lembara partisi terhadap penetrasi cairan (Haroen, 2007). 

Meskipun bahan baku pembuatan papan komposit tersedia secara luas, akan tetapi terdapat banyak aspek yang harus dipertimbangkan sebelum memutskan layak tidaknya suatu jenis dijadikan bahan baku papan komposit. Untuk kayu, maka pertimbangan utama kelayakannya sebagai bahan baku untuk papan komposit adalah kerapatan. Untuk menghasilkan papan komposit, khususnya papan partikel, maka rasio antara kerapatan produk dengan kerapatan sasaran adalah 1,3 (Maloney 2003) atau 1,2-16 (Haygreen dan Bowyer, 1982). Dengan demikian untuk membuat papan dengan kerapatan 0,7g/cm3, maka bahan baku yang ideal digunakan adalah bahan baku berkerapatan <0,6 g/cm3. Akibatnya bahan baku yang berkerapatan lebih tinggi tidak dapat digunakan. Solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala seperti ini dapat ditempuh dengan cara menggabungkan kayu berkerapatan tinggi dengan kayu yang berkerapatan lebih rendah, sehingga kerapatan gabungannya ideal untuk bahan baku papan komposit (Suhasman, 2008).

Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan ikatan rekat menjadi lemah. Nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan berfluktuasi dikarenakan dipengaruhi oleh factor nilai kadar air partikel dan keadaan lingkungan dimana papan partikel dikondisikan. Semakin tinggi kadar air partikel maka semakin tinggi pula kadar air papan partikel yang akan dihasilkan. Meskipun telah dikeringkan hingga mencapai kadar air pada temperatur ruang, kayu kelapa sawit dapat kembali menyerap uap dari udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20% (Mawardi, 2009).

Papan partikel memiliki sejumlah kelebihan seperti :
1.    Mampu menggunakan beragam bentuk bahan baku,
2.    Teknologinya sederhana dan singkat sehingga mengehemat biaya pengerjaan,
3.    Dimensi dan kerapatannya dpat diatur sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penggunaan,
4.    Mudah dilakukan finishing.

Papan partikel juga memiliki sejumlah kelemahan seperti :
1.    Stabilitas dimensinya rendah dan tidak tahan terhadap air,
2.    Kekuatan mekanisnya rendah dan cenderung tidak tahan terhadap creep,
3.    Sebagian besar menggunakan perekat berbasis formaldehida yang emisinya dapat membahayakan kesehatan
(Suhasman, 2008).

Menurut Widarmana (1977) dalam Iswanto (2008) kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara di sekitarnya, karena papan partikel terdiri atas bahan-bahan berlignoselulosa sehingga papan partikel bersifat higroskopis. Air yang terikat pada permukaaan mengalami kesetimbangan dengan udara di sekitarnya, maka jumlahnya tergantung pada kelembaban lingkungan maupun dari suhu. Semakin halus butir-butir padatan, semakin banyak air yang teradsorpsi karena luas permukaan per satuan berat bertambah.


DAFTAR PUSTAKA
Iswanto, A. 2008. Pengujian Siklis Papan Partikel. USU press. http://www.usu.ac.id/pengujian siklis. [18 April 2011]

Haroen, W, dkk. 2007. Pemanfaatan Limbah Padat Berserat Industri Kertas sebagai Bahan Pembuat Partisi. Berita Selulosa vol. 42 (1), hal. 29-34, Juni 2007. http://www.bbpk.go.id/main/. [20 April 2011]

Mawardi, I. 2009. Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit Berbasis Perekat Polystyrene. Jurnal Teknik Mesin Vol. 11, No. 2, Oktober 2009: 91–96. Banda Aceh [20 April 2011]

Suhasman, 2008. Papan Komposit. Lembaga kajian dan pengembangan pendidikan (lkpp). http://www.unhas.ac.id/lkpp1/Papan.pdf. [18 April 2011]

Teman-teman PEH 2008 ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar