Hanya Dekat Allah
___________________
*Kasihanilah Aku, Ya Allah*
Daud memulai Mazmur 51 ini dengan sebuah permohonan: ”Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” Daud mendasarkan permohonannya hanya pada kasih dan rahmat Allah sendiri.
Anak Isai itu sadar, tak ada lagi yang bisa dibanggakannya. Dia insaf: ”Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm. 51:5-7).
Manusia memang senantiasa bergumul akan dosanya. Manusia cenderung berbuat dosa. Sehingga penting bagi manusia untuk senantiasa eling dan waspada. Kisah Daud juga memperlihatkan bahwa satu kesalahan—jika tidak diakui dan bertobat—akan beranak pinak.
Mulanya Daud menginginkan istri orang lain. Lalu Dia berzina. Dengan berzina, Daud telah mencuri milik orang lain. Selanjutnya Daud membunuh. Dan terakhir dia melakukan kebohongan publik ketika menjadikan Batsyeba sebagai istrinya. Tindakan Daud mengambil janda Uria sebagai istri bisa dipandang orang sebagai penghormatan terhadap Uria. Dengan demikian Daud berhasil menjaga citranya. Namun demikian, setidaknya Daud telah melanggar hukum 6-10 dari Sepuluh Hukum. Itu berarti 50 persen! Jika dibiarkan, dosa akan beranak pinak.
Karena itulah, Daud memohon, ”Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mzm. 51:13). Dia mengakui bahwa kehidupan tanpa Allah adalah kosong belaka, tiada makna. Dan kita tahu akhir ceritanya: Tuhan pun mengampuni Daud, yang membuat dia mampu menggubah mazmur ini.
Manusia tidak steril dari kecenderungan berbuat dosa. Karena itu, sikap eling dan waspada perlu terus kita kembangkan dalam diri, juga di tengah pandemi Covid-19 ini.
SMaNGaT,
___________________
*Kasihanilah Aku, Ya Allah*
Daud memulai Mazmur 51 ini dengan sebuah permohonan: ”Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” Daud mendasarkan permohonannya hanya pada kasih dan rahmat Allah sendiri.
Anak Isai itu sadar, tak ada lagi yang bisa dibanggakannya. Dia insaf: ”Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm. 51:5-7).
Manusia memang senantiasa bergumul akan dosanya. Manusia cenderung berbuat dosa. Sehingga penting bagi manusia untuk senantiasa eling dan waspada. Kisah Daud juga memperlihatkan bahwa satu kesalahan—jika tidak diakui dan bertobat—akan beranak pinak.
Mulanya Daud menginginkan istri orang lain. Lalu Dia berzina. Dengan berzina, Daud telah mencuri milik orang lain. Selanjutnya Daud membunuh. Dan terakhir dia melakukan kebohongan publik ketika menjadikan Batsyeba sebagai istrinya. Tindakan Daud mengambil janda Uria sebagai istri bisa dipandang orang sebagai penghormatan terhadap Uria. Dengan demikian Daud berhasil menjaga citranya. Namun demikian, setidaknya Daud telah melanggar hukum 6-10 dari Sepuluh Hukum. Itu berarti 50 persen! Jika dibiarkan, dosa akan beranak pinak.
Karena itulah, Daud memohon, ”Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mzm. 51:13). Dia mengakui bahwa kehidupan tanpa Allah adalah kosong belaka, tiada makna. Dan kita tahu akhir ceritanya: Tuhan pun mengampuni Daud, yang membuat dia mampu menggubah mazmur ini.
Manusia tidak steril dari kecenderungan berbuat dosa. Karena itu, sikap eling dan waspada perlu terus kita kembangkan dalam diri, juga di tengah pandemi Covid-19 ini.
SMaNGaT,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar