*Perang pesan rokok vs. kesehatan?*
Tulisan ini dikutip dari media sosial Risang Rimbatmaja
Di billboard yang besar itu terkandung dua yang saling bertubrukan. Yang satu “menjual rokok”, dengan strategi tidak langsung (indirect) yang lebih menginspirasi hidup (never quit). Satunya lagi, “menjual kesehatan” dengan strategi pesan langsung (direct) dan fear (leher bolong).
Mana yang lebih efektif? Yang pesan menjual rokok atau kesehatan?
Kalau berpikir dua iklan itu saling berusaha menarik perhatian, maka kita cenderung berpikir khalayak itu pasif. Mereka diterpa pesan dan pesan mana yang paling menarik adalah pemenangnya.
Saya pribadi menganut asumsi bahwa khalayak itu aktif, punya kekuatan memilih alias selective exposure. Alih-alih menerima pesan, warga memilih pesan mana yang ingin dilihat.
Para perokok akan melihat bagian besar billboard yang mengetengahkan pebasket yang never quit. Orang yang suka basket juga akan lebih melihat bagian itu.
Sementara, mereka yang tidak merokok, kurang suka dengan rokok, atau penggiat anti-rokok akan melihat bagian bawah, gambar leher bolong.
Perokok akan melewati saja gambar leher bolong atau hanya melihat sekilas tanpa ketertarikan. Demikian pula sebaliknya.
Kalau orang aktif memilih berdasarkan minatnya, apa gunanya menaruh dua iklan itu di satu media semacam billboard itu? Kan orang perhatian orang tergantung minatnya? Kan, orang tidak akan serius memperhatikan keduanya sekaligus?
Pertanyaan di atas tentu tidak akan muncul kalau kita berasumsi bahwa orang itu pasif, tidak memiliki kekuatan memilih. Kalau ada billboard besar, maka orang pasti melihat. Kalau di sana ada dua pesan bertolak belakang, maka orang akan melihat keduanya dan mempertimbangkan keduanya. Hmm, dalam mimpikah?
Maros, 31 Januari 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar