MENGALAH UNTUK DAMAI
Ulangan 19-20 , 7 April 2024
Tidak mudah bagi manusia untuk mengalah. Banyak orang yang merasa jika mengalah itu tanda kekalahan. Dalam pemilu beberapa waktu yang lalu, tidak sedikit orang yang menjadi depresi karena kalah. Bahkan ada juga caleg yang gagal sampai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Yang agak naif itu justru yang banyak mengalami depresi malahan orang-orang biasa yang menjadi pendukung “garis keras” salah satu paslon Capres. Ketika hasil quick count maupun real count capres yang didukungnya kalah, banyak yang depresi, mengurung diri di kamar berhari-hari, nafsu makan berkurang, bahkan ada juga yang hampir gila.
Setiap orang akan terus berupaya untuk menjadi pemenang. Yang penting harus menang dan tidak boleh kalah. Dan ketika hasilnya sebaliknya, kekecewaan pun tak terelakkan. Ternyata tidak mudah bagi seseorang untuk menerima kekalahan tanpa kemarahan dan kekecewaan.
Dari kisah Abraham dan Lot ini, kita bisa membayangkan suasana perkelahian yang begitu hebat antara para gembala Abraham dan para gembala Lot. Mereka berebut tempat untuk menggembalakan ternak masing-masing. Tidak ada satupun yang mau mengalah sehingga terjadi perkelahian yang sengit antara mereka. Mendengar keributan itu, Abram tentu merasa sedih hatinya. Apalagi disitu tinggal juga bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah yaitu bangsa Kanaan dan bangsa feris.
Lalu Abram berinisiatif untuk menemui Lot yang umurnya jauh lebih muda darinya. Abram rela merendahkan dirinya untuk datang dan berupaya untuk damai. Kita tahu saat itu Abram seorang yang terkenal dan hidupnya diberkati Allah. Abram yang pada akhirnya ditetapkan oleh Allah sendiri sebagai Bapa bagi banyak bangsa. “Karena itu namamu bukan lagi Abram, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa (Kejadian 17:5)”. Abram tidak menganggap senioritas dan popularitas menjadi penghalang baginya untuk mengalah, Abram dengan berani mengambil sikap untuk mengalah dari Lot, keponakannya sendiri. Abram rela mengalah demi terciptanya suatu kedamaian.
Mengalah itu bersedia berkorban. Tuhan Yesus memberikan teladan bagi kita sebagai warga Kerajaan Allah, Tuhan Yesus, Dia Raja diatas segala raja rela turun menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia. Di dalam hidupNya sebagai Manusia, Tuhan Yesus banyak mengalami penderitaan seperti perlakuan tidak adil, dicaci maki, difitnah bahkan disalibkan sampai mati. Sekalipun Tuhan Yesus sama sekali tidak ditemukan kesalahan dalam pengadilan masa itu. Namun karena kasihNya terhadap manusia yang berdosa, Dia rela mengosongkan DiriNya. Rela berkorban dan menanggung dosa serta menerima konsekuensi dosa seluruh manusia. Manusia tidak menerimaNya tetapi rencana Allah tetap harus dikerjakan sampai selesai. Tuhan Yesus memiliki tujuan yang besar yaitu mendamaikan manusia dengan Allah.
Biarlah kita sebagai warga Kerajaan Allah belajar meneladani Tuhan Yesus, bersedia dan rela berkorban untuk tujuan damai. Amin (RJ)
Questions :
1. Apakah bagi warga Kerajaan sikap mengalah itu berarti kalah ?
2. Bagaimana kita bisa mengalah kepada orang lain ?
Values :
Belajar rendah hati untuk bisa mengalah demi tujuan kedamaian.
“Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu. Maka berkatalah Abram kepada Lot : “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat (Kejadian 13:7-8)”
Mengalah itu bersedia berkorban bagi orang lain.
![]() |
Naposo Melda Lubis (Sarapan Mie Bangka Bt.9) |
Biarlah kita sebagai warga Kerajaan Allah belajar meneladani Tuhan Yesus, bersedia dan rela berkorban untuk tujuan damai. Amin (RJ)
BalasHapusMengalah itu bersedia berkorban.
BalasHapus