H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 18 Oktober 2011

Air Curahan Huj


PENGERTIAN CURAH HUJAN
Yang dimaksud dengan curahan adalah endapan atau deposit air dalam bentuk cair maupun padat yang berasal dari atmosfer. Hal ini berarti curahan mencakup antara lain tetesan hujan, salju, batu es, embun, dan embun kristal. Embun kristal adalah kristal-kristal yang terbentuk pada permukaan, misalnya pada tanaman yang disebabkan oleh rendahnya suhu, yaitu lebih rendah dari O0 C. Banyaknya curah hujan yang mencapai tanah atau permukaan bumi selama selang waktu tertentu dinyatakan dengan ketebalan atau ketinggian air hujan tadi seandainya menutupi proyeksi horizontal permukaan bumi tersebut dan tidak ada yang hilang karena penguapan, lumpasan, infiltrasi, atau penyerapan (Prawirowardoyo, 1996).
indahnya tetesan air

Presipitasi adalah air dalam bentuk cair atau padat yang jatuh sampai ke permukaan bumi. Terjadinya presptasi ini selalu didahului oleh proses-proses kondensasi dan atau pembekuan uap air. Awan adalah suspensi koloida udara atau aerosol. Selama butir-butir belum bersatu akan tetapi melayang-layang di udara. Ini menyebabkan awan itu kekal dan tidak akan terjadi prespitasi. Jika butir-butir cenderung bersatu sehingga menjadi lebih besar dan berat maka awan menjadi tidak kekal dan akan terjadi prespitasi. Hujan mempunyai susunan kimia yang cukup kompleks dan bervariasi dari tempat yang satu dengan tempat yang lainnya, dari musim ke musim pada tempat yang sama dan waktu hujan yang berbeda-beda. Air hujan terdiri dari ion-ion natrium, kalsium, kalor, bikarbonat, dan dapat sulfat yang merupakan jumlah yang besar bersama-sama. Asal unsur ini adalah dari lautan, sungai-sungai, danau, permukaan tanah, regelasi, industri, dan gunung-gunung berapi. Air hujan pHnya berkisar antara 3.0 - 9.8. berdasarkan bentuknya, prespitasi dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hujan salju dan hujan es (Wisnubroto, dkk, 1986).

Tujuan utama dari setiap metode pengukuran adalah untuk mendapatkan contoh yang benar-benar melalui air hujan diseluruh kawasan tempat pengukuran. Karena itu, bila memasang suatu alat penakar prespitasi haruslah diayun bahwa penakar tetes hujan kedalam dan ke luar penampung, kehilangan air dan reservoir oleh penguapan haruslah seminimal mugkin, dan jika ada salju haruslah melebur (Prawirowardoyo, 1996).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan yang berjudul “Pengukuran Curah Hujan” adalah
  1. Mengumpulkan data curah hujan
  2. Mengukur serta menganalisis data curah hujan
  3. Menentukan lama hujan
  4. Menentukan  intensitas curah hujan
  5. Menentukan  volume curah hujan
Hujan Datang....
CURAH HUJAN
Sumber hampir semua curahan hujan adalah lautan. Penguapan berlangsung dari lautan dan uap air yang terserap dalam arus udara yang bergerak melewati permukaan laut. Udara yang bermuatan ke lengaser tetap terus menyrap uap air itu hingga ia mendingin sampai dibawah suhu titik embun pada waktu uap itu sebagai hujan. Penyebab turunnya suhu massa udara mungkin karena proses golah gotik, udara yang panas dan lengas membubung untuk membentuk awan dan setelah itu mencurahkan hujan, ini dicontohkan oleh badai guntur sore hari yang berkembang dari pemanasan udara lengas sepanjang hari, yang membubung tinggi menjadi awan terbentuk panas. Curahan air (aerografi) dihasilkan dari arus udara lautan yang melewatu daratan dan terlencangkan ke atas oleh pegunungan pantai, sehingga mendingin di bawah titik jenuh dan limpaskan kelengasan. Sabahagian air hujan tercurah dilereng yang mengarah ke angin, apabila terdapat daerah tekanan rendah, udara cenderung masih kedalamnya dari daerah di sekelilingnya, dan dengan itu memindahkan udara tekanan rendah ke atas, mendingin dan mencurahkan hujan (Wilson, 1993).

Kabut berisi butiran air yang sangat kecil yang kerapatan jatuhnya hampir tidak berarti. Partikel-partikel kabut yang bersentuhan dengan tumbuhan mungkin melekat, bersatu dengan butiran-butiran lain, dan akhirnya membentuk tetesan yang cukup besar dan jatuh ke tanah. Pada malam-malam yang terang, hilangnya panas akibat radiasi dari tanah menyebabkan pendinginan permukaan tanah dan udara yang terletak berdekatan di atasnya. Kondensasi dari uap air yang berada di udara menghasilkan timbunan embun. Angin menyebabkan adanya arus udara di sekitar alat ukur presipitasi yang biasanya mengakibatkan penangkapan hujan yang kurang dari seharusnya. Kecepatan jatuh yang rendah dari serpihan salju menyebabkan berpengaruh pada curah salju dari pada hujan. Kekurangan tangkapan air berkisar 0% hingga 5% atau lebih, tergantung kepada beberapa hal, antara lain: jenis alat ukur yang digunakan, kecepatan angin, keadaan lapangan setempat. Dari segi pandangan teknis, variasi waktu dari prespitasi boleh jadi lebih penting dari pada variasi daerah. Hal ini jelas dalam masalah variasi ini adalah daur hujan tahunan yang ditunjukan untuk beberapa pos yang dipilih (Linsky, dkk, 1985).

Pemilihan suatu tipe penakar hujan tertentu dan lokasinya di suatu tempat bergantung pada beberapa faktor, antara lain: dapat dipercaya, tipe data yang diperlukan (menit, harian dll), tipe prespitasi yang diukur, dapat diperbandingkan dengan penakar hujan yang ada, biaya instalasi dan perawatannya, intensitas perawatan, mudahnya pengamatan, gangguan oleh hewan dan manusia. Contoh alat-alat pengukur prespitasi seperti penakar hujan bukan pencatat dan penakar hujan otomatik (Subagyo, 1990).

Semua penakar hujan otomatis akan mencatat data (dalam hal ini jumlah hujan) secara kontinu (antara 1 menit, 5 menit, 10 menit, dan lain lain) maupun berkala. Karena itu batasan ini berbeda dengan batasan kebanyakan bulu-bulu jelas yang memberi batasan penakar hujan otomatik sebagai penakar hujan yang menekan secara kontinu saja (Seyhan, 1990).

Mengenai hubungan antara arah angin dan curah hujan dapat dikemukakan bahwa arah angin yang menyebabkan hujan biasanya tetap tiap wilayah. Umumnya hujan kebanyakan jatuh dilereng yang menghadap arah angin sebahagian kecil jatuh di lereng belakang. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah dalam penentuan tempat yang sedapat mungkin menghindarkan tempat dimana selalu terjadi angin kencang, tempat dimana arus angin naik harus dihindari, tanah-tanah yang tandus, tempat-tempat diantara gedung-gedung yang dilalui angin, tentu tidak cocok. Tempat-tempat dimana tiupan angin itu telah sangat berkurang oleh karena gedung-gedung dan pohon-pohon sekelilingnya adalah untuk penempatan pencatat hujan.

Tetapi jika terlalu dekat, maka disekeliling pengamatan akan dihalangi oleh gedung dan pohon tersebut. Salah satu pengaruh angin ialah tumbuhnya turbolensi sekitar lubang kolektor yang umumnya mengurangi banyaknya air hjan yang masuk, atau berkurangnya hasil pengamatan dari pada yang semestinya. Penyimpangan ini makin besar pemikiran semakin besarnya kecepatan angin, karena kecepatan angin bertambah dengan ketinggian, maka pengumpanan tersebut di atas makin besar semakin tinggi lubang kolektor berada di atas permukaan bumi. Jadi semakin rendah lokasi lubang kolektor maka semakin baik hasil pengamatan (Prawirowardoyo, 1996).
Rintik-Rintik Air hujan

Ada dua pendapat mengenai bagaimana terjadinya butir-butir hasil kondensasi sampai butir-butir yang dapat menimbulkan prespitasi. Pendapat pertama mengatakan bahwa terjadinya butiran-butiran yang dapat menimbulkan hujan itu disebabkan adanya penyatuan antara beberapa butir hasil kondensasi. Pendapat ini kurang tepat dalam menerangkan mengapa hal ini hanya terjadi untuk beberapa macam saja. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa butiran-butiran yang lebih besar itu karena tumbuh dari adanya air dan partikel es dalam awan yang sama seperti yang diketahui tetesan air mempunyai tekanan uap air yang lebih besar (menguap lebih besar) dari pada partikel es pada awan yang sama. Hal ini menyebabkan terjadinya pemindahan air yang menguap dari butir-butir air dan kondensasi dari partikel es, sehingga partikel es ini diselubungi oleh air yang semakin besar sehingga mampu jatuh. Dengan jatuhnya melalui awan data terus tumbuh dengan proses kondensasi dan bergabung dengan butir-butir yang lain. Kebanyakan hujan di daerah lintang menengah dan besar adalah terjadi akibat proses kodensasi dan bergabung dengan butir-butir yang lain   (Wisnubroto, dkk, 1986)

METODE PERCOBAAN

Alat dan Bahan
            Alat
            Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yang berjudul “Penetapan Curah Hujan adalah:
1.        Penakar Hujan sebagai alat pengukur curah hujan
2.        Gelas Ukur sebagai wadah dan pengukur air hujan
3.        Tali untuk mengikat penakar hujan
4.        Tiang untuk tempat menggantungkan penakar hujan
            Bahan
            Adapun bahan yang digunakan pada Praktikum Klimatologi Hutan yang berjudul “Penetapan Curah Hujan adalah:
1.        Air Hujan sebagai objek pengamatan
2.        Lokasi persemaian terbuka sebagai tempat pengamatan

Prosedur Praktikum
Adapun prosedur Praktikum Klimatologi Hutan yang berjudul “Penetapan Curah Hujan adalah:
1.        Disiapkan alat dan bahan
2.        Dipasang alat penakar hujan di lokasi persemaian terbuka
3.        Diamati pada setiap kejadian hujan selama 10 hari
4.        Dicatat hari dan tanggal terjadinya hujan
5.        Ditentukan lama hujan dan besar curah hujan
6.        Dihitung besar intensitas curah hujan
7.        Ditentukan besarnya volume curah hujan tiap hari dan dihitung juga volume komulatif curah hujan tersebut
8.        Dibuat tabel dan grafiknya

Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 10 hari, didapat hasil pengukuran yang disajikan pada data  di atas. Jumlah volume hujan yang terjadi selama pengamatan adalah 805 cm3 pada pengamatan penakar hujan yang digantung dan 900 cm3  pada pengamatan penakar hujan yang ditanam. Perbedaan dari volume kedua dua penakar hujan ini desebabkan oleh beberapa hal diantaranya kecepatan angin, arah angin dan arah jatuh hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Linsky (1985) yang mengatakan bahwa kecepatan jatuh yang rendah dari serpihan salju menyebabkan berpengaruh pada curah salju dari pada hujan. Kekurangan tangkapan air berkisar 0% hingga 5% atau lebih, tergantung kepada beberapa hal, antara lain: jenis alat ukur yang digunakan, kecepatan angin, keadaan lapangan setempat. Dari segi pandangan teknis, variasi waktu dari prespitasi boleh jadi lebih penting dari pada variasi daerah. Hal ini jelas dalam masalah variasi ini adalah daur hujan tahunan yang ditunjukan untuk beberapa pos yang dipilih.

Perbedaan volume yang terjadi pada saat pengukuran disebabkan oleh letak dari penakar hujan yang digunakan. Hal ini terlihat jelas dari data yang disajikan. Pada pengukur penakar hujan yang digantung diperoleh, data diantaranya 11.94 mm/jam; 13.54 mm/jam; 8.63 mm/jam; 2.65 mm/jam; 0.50 mm/jam; 21.89 mm/jam; 23.89 mm/jam; 9.29 mm/jam. Sedangkan pada pengukur penakar hujan yang ditanam diperoleh, data diantaranya 9.95 mm/jam; 19.90 mm/jam; 9.29 mm/jam; 3.98 mm/jam; 0.50 mm/jam; 21.89 mm/jam; 24.38 mm/jam; 9.29 mm/jam. Berdasarkan data-data ini dapat diketahui hubungan amtara angin dan curah hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Prawirowardoyo (1996) yang mengatakan bahwa arah angin yang menyebabkan hujan biasanya tetap tiap wilayah. Umumnya hujan kebanyakan jatuh dilereng yang menghadap arah angin sebahagian kecil jatuh di lereng belakang. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah dalam penentuan tempat yang sedapat mungkin menghindarkan tempat dimana selalu terjadi angin kencang, tempat dimana arus angin naik harus dihindari, tanah-tanah yang tandus, tempat-tempat diantara gedung-gedung yang dilalui angin, tentu tidak cocok. Tetapi jika terlalu dekat, maka disekeliling pengamatan akan dihalangi oleh gedung dan pohon tersebut. Salah satu pengaruh angin ialah tumbuhnya turbulensi sekitar lubang kolektor yang umumnya mengurangi banyaknya air hujan yang masuk, atau berkurangnya hasil pengamatan dari pada yang semestinya. Jadi semakin rendah lokasi lubang kolekor maka semakin baik hasil pengamatan.










 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar