H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Sabtu, 15 Oktober 2011

Gospel in Gospel (By : ayub Yahya, penulis renungan hidup)


      Renungan 


                Sebuah Koran memuat iklan berita kehilangan :”Telah hilang. Kekasih setia. Sahabat sejati. Mata bulat. Bulu coklat keemasan. Mengenakan kalung leher berwarna perak. Senang menjulurkan lidah. Bagi yang menemukan, silahkan hubungi nomor telepon di bawah ini. Anak-anak membutuhkannya. Ia penting dan berharga bagi kami.”

                Iklan itu lengkap dengan foto kecil dan tulisan di sudut kanan :” Anjing Hilang”. Mungkin bagi kita hal itu lucu. Bayangkan, kehilangan seekor anjing saja sampai diiklankan. Tentunya mengeluarkan biaya tidak sedikit. Penggambaran tentang anjing yang hilang itu pun begitu mengesankan. Tetapi, bagi si pemasang iklan, itu adalah hal serius. Ia tidak melakukannya sekadar iseng. Baginya, anjing itu adalah bagian penting dan berharga bagi keluarganya. Dengan penggambaran tersebut, kita bisa membayangkan betapa besar rasa kehilangan keluarga itu.

                Bagi orang lain mungkin “yang hilang” itu tidak berharga, tetapi bagi yang kehilangan, sebaliknya, “yang hilang” itu sangat berharga. Kita di mata Allah pun demikian. Bagi orang lain, mungkin kita bukan siapa-siapa. Tidak penting dan tidak berharga. Tetapi di mata Allah, entah kita sipit, keriting, hitam, pesek, langsing, atau pendek, kita ini berharga. Kita penting. Firman Tuhan,”Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaanKu” (Yesaya 43:1). Maka , tidak pernah sekali pun Allah rela kehilangan kita. Tidak akan dibiarkanNya kita “terhilang”.

                Begitu pentingnya penggambaran tentang menemukan orang yang terhilang ini sampai-sampai Tuhan Yesus mengambil tiga contoh kasus. Pertama, tentang orang yang memiliki 100 domba dan kehilangan satu domba. Ia meninggalkan 99 ekor dan mencari yang seekor (Luk 15:1-7). Kedua, perempuan yang punya 10 dirham dan bersusah payah mencari satu dirham yang hilang (Luk 15:8-10). Ketiga, kisah klasik si anak hilang yang disambut ayahnya dengan pesta sukacita (Luk 15:11-32).

                Sebuah penggambaran yang bertolak belakang dengan kebiasaan dan keyakinan para pemimpin agama Yahudi pada zaman itu. Orang berdosa adalah orang yang tidak penting. Kaum buangan. Tidak berharga. Aib. Jadi, harus disingkirkan, supaya tidak mencemari komunitas.  Pendek kata, ada batasan yang jelas untuk para pendosa. Mereka bahkan tidak layak untuk diterima sebagai tamu. Segala jenis relasi dengan mereka harus dihindari. Maka, ketika orang Farisi dan para ahli Taurat mendapati Yesus duduk dan makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa, marahlah mereka.
Kasih setiaMu..
                Namun, Tuhan Yesus menjelaskan,”Aku berkata kepadamu : demikian juga akan ada sukacita disurga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena Sembilan puluh Sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” (ayat 7). Dan, Aku berkata kepadamu : demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat” (ayat 10).
                Injil Lukas pasal 15 ini sangat terkenal. Kerap disebut “gospel in gospel”. Kabar baik dalam kabar baik. Isinya adalah esensi dari kabar baik yang dibawa Tuhan Yesus di dunia. Tuhan Yesus dating dengan misi luhur, yaitu mencari dan menyelamatkan orang berdosa.

                Bagi sang gembala, mencari dan menemukan domba yang hilang adalah tanggung jawabnya. Walaupun ia harus meninggalkan domba-dombanya yang lain. Ia harus mencarinya sampai ketemu. Hidup atau mati. Di tengah perbukitan terjal dan ancaman binatang buas. Sang gembala harus mengambil risiko dengan taruhan nyawanya. Maka, betapa sukacitanya ia ketika domba yang hilang itu akhirnya ditemukan.
                
              Bagi perempuan Yahudi, 10 dirham yang diikat dengan rantai perak dikenakan sebagai penutup kepala adalah tanda bahwa ia telah menikah. Sama dengan cincin pernikahan di zaman sekarang. Sebuah hak yang tidak bisa diambil daripadanya. Jadi, ketika salah satu dirham ini hilang (benda yang sangat berharga itu hilang) sang wanita akan berupaya mencarinya. Resikonya harus berlelah-lelah; menyalakan pelita, menyapu rumah, dan sebagainya. Tetapi, semua itu tidak menyurutkan niatnya untuk terus mencari. Dan, ketika dirham itu ditemukan, ia sangat bersukacita.

                Bagi sang ayah, bagaimanapun buruknya perilaku sang anak (meminta harta bagiannya dan menghamburkannya) tetapi ketika si anak dalam keadaan menderita dan memutuskan kembali ke rumahnya; ayahnya menyambutnya dengan sukacita dan pesta syukur, karena anaknya telah kembali.

                Demikian Allah memandang kita. Berharga dan penting. Tak ternilai, sehingga berbagai upaya dilakukanNya untuk mencari dan merangkul kita. Orang lain mungkin memandang kita dengan sebelah mata (menyingkirkan dan menghakimi kita), tidak merasa kehilangan ketika kita tidak ada. Namun, Allah tidak. Akan seribu kali lebih mudah bagi kita untuk datang dan kembali kepada Allah daripada berharap disambut dengan tangan terbuka oleh sesame kita. Dan, akan ada sukacita yang luar biasa besar, ketika yang terhilang akhirnya ditemukan.
Tuhan Kita Menyayangi kita semua..GBU ^*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar