H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 17 November 2011

Pemanenan Hasil Hutan 2


PERENCANAAN PETAK TEBANG

ABSTRACT

Activities - timber harvesting activities led to the openness of land. the openness of the land due to these activities, among others, influenced by the harvesting system. Harvesting intensity, felling plot planning to use influence to the disclosure and disruption of land located on the ground.
          Destination map workmanship which determining planning logging on forest plots. Plot was felled in the image on the results show that the patch cut made economically.
Terms of TPN location (plot logging) that is both flat, free bajir, close to roads and communities safe from interference. And cutting the number of spaces that can be made of 6 TPN.   
Key words: harvesting, patch cutting, flat.



ABSTRAK
Kegiatan – kegiatan pemanenan kayu menyebabkan keterbukaan lahan. besarnya keterbukaan lahan akibat kegiatan ini antara lain di pengaruhi oleh sistem pemanenan. Intensitas pemanenan, perencanaan petak tebang digunakan berpengaruh terhadap besarnya keterbukaan lahan dan gangguan yang berada pada tanah.
Tujuan pengerjaan peta yakni menentukan perencanaan petak tebang pada hutan. Petak tebang pada gambar di hasil menunjukan bahwa petak tebang yang dibuat ekonomis. Syarat lokasi TPn (petak tebang) yang baik adalah datar, bebas bajir, dekat dengan jalan dan aman dari gangguan masyarakat. Dan jumlah petak tebang yang dapat dibuat sejumlah 6 TPn.
Kata kunci: pemanenan, petak tebang, datar.




PENDAHULUAN

Dalam melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan              unsur - unsur, titik - titik atau bangunan yang ada didaerah itu dalam jumlah yang cukup sehingga didaerah itu dengan sisinya dapat dibuat suatu skala yang telah ditentukan terlebih dahulu. Peta berfungsi dalam menempatkan sesuatu atau fenomena – fenomena geografis kedalam batas pandangan kita. Dimana peta tersebut dapat dikatakan sebagai gambaran unsur - unsur atau suatu representasi dari ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi. Hasil ini sangat berkaitan dengan permukaan bumi atau benda - benda angkasa   (Harjadi, dkk, 2007).
Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda - tanda dan keterangan - keterangan, sehinga mudah  dibaca dan dimengerti. Jika peta adalah hasil pengukuran dan   penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung  mengenai hal - hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah. Peta dapat memberikan  gambaran mengenai kondisi atmosfir, mengenai kondisi permukaan tanah, mengenai keadaan lautan, mengenai bahan yang membentuk lapisan tanah dan       lain – lain (Rahmad, 2002).
Adapun peta - peta yang memberikan gambaran mengnai hal – hal      tersebut di atas, berturut - turut disebut peta meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi dan lain - lain yang kesemuanya adalah peta   dalam arti yang luas. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan                titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Beda kontur dalam   penggambaran tergantung dari skala yang telah ditentukan. Dari bilangan skala tersebut selanjutnya dapat digamabar atau dibuat peta. Penggambaran garis kontur kontur hanya boleh dilakukan dengan   melakukan interpolasi antara dua buah titik detail saja. Pemulihan nilai     ketinggian garis kontur untuk penggambaran diambil bertahap untuk  disesuaikan dengan kelipatan beda kontur sesuai interval kontur,   karena interval kontur merupakan jarak antara dua kontur yang berbeda  (Martono, dkk, 2006).
Adapun isi dari perencanaan kayu secara umum adalah deskripsi tentang faktor input yang tersedia meliputi kondisi hutan (potensi hutan, topografi, geologi dan tanah, iklim dan areal-areal yang spesifik perlu dilindungi) serta peralatan yang meliputi jenis dan jumlah yang tersedia, tingkat kehandalan alat dan jumlah serta tingkat keahlian tenaga kerja yang dimiliki, catatan tentang standar biaya, peraturan terkait, rancangan volume produksi, pemilihan metode alternatif, rancangan petak tebang dan urutan pengerjaannya, jenis dan tingkat keahlian tenaga kerja, sistem pengorganisasiannya, jadwal pengerahan alat, tenaga kerja dan dana yang dilibatkan, serta estimasi keuntungan (Yuwono, 2004).
Sebelum melakukan pemanenan kayu, semua anggota yang terlibat dalam kegiatan pemanenan kayu harus diinformasikan tentang perencnaan pemanenan kayu yang dibuat, sehingga setiap individu terlibat mengetahui tanggung jawabnya, apa yang perlu dilakukan, prosedur-prosedur kerja, apayang harus dilakukan termasuk standar kerja yang diharapkan, hubungan antara organisasi antar tahap perencnaan, pembangunan jalan sarad, penebangan penyaradan, gali timbun jalan. Frekuensi pertemuan diperlukan (Harjadi, dkk, 2007).
Kegiatan – kegiatan pemanenan kayu menyebabkan keterbukaan lahan. besarnya keterbukaan lahan akibat kegiatan ini antara lain di pengaruhi oleh sistem pemanenan. Intensitas pemanenan, perencanaan petak tebang digunakan berpengaruh terhadap besarnya keterbukaan lahan dan gangguan yang berada pada tanah (Sarsito, 2001).
Pembuatan petak tebang merupakan salah satu usaha pengelolaan yang lestari, bahwa pemanfaatan jenis tanaman dan satwa harus diperhatikan kaidah – kaidah konservasi. Di dalam penentuan luas petak tebang, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan teknis. Yang dimaksud dengan pendekatan teknis adalah menentukan luas petak tebang berdasarkan jangkauan terjauh (jarak sarad). Alat sarad sesuai keterbatasan atau kemampuan teknis alat – alat yang digunakan. Sistem peyaradan yang digunakan adalah sistem traktor dimana alat yang digunakan adalah traktor (Sujatmoko, 2002).
Desain petak menempatkan batas petak, luas dan bentuk petak. Unit pengelolaan di bagi ke dalam petak pemanenan dengan menggunakan sungai dan jalan sebagai batas petak. Di dalam unit pengelolaan hutan produksi areal HPH terdapat lima tingkat desain. Tingkat desain lapangan yang akan dibuat yaitu desain tingkat tegakan, desain tingkat jalan sarad, desain tingkat hurid, desain tingkat petak, desain tingkat pengelola. Petak digunakan untuk memonitor luas lahan dan kondisi vegetasi. Pada tebang rumpang ini tidak diperlukan inventarisasi pohon sebelum dan sesudah penebangan, tidak dilakukan penanaman perkayaan, tidak penunjukan pohon inti, tidak ada penanaman tanah kosong dan tidak ada petak ukur permanenan (PUP). Biaya pembinaan areal tegakan tebangan tebang rumpang amat kecil (Muhamadi, 2004).
Rencana pemetaan hutan meliputi kegiatan – kegiatan guna penyusun rencana kerja untuk jangka waktu tertentu. Adapun kegiatan – kegiatan penyusunan rencana kerja tersebut antara lain : Penentuan batas – batas hutan yang akan di tata, Pembagian hutan dalam petak – petak kerja, Pembagian wilayah hutan, Pengumpulan data lainnya untuk menyusun rencana kerja, Pengukuran dan perpetaan, Perisalahan hutan (Sarsito, 2001).
Sistem “petak ukur variabel” adalah penerapan pencuplikan “peluang imbang ukuran” (PPs). Pada sisitem ini tidak ditetapkan areal yang tetap. Dikaji untuk dilihat apakah mereka akan dipilih sebagai cuplikan. Bergantung kepada luas bidang dasar pohon serta jaraknya terhadap titik cuplikan, tidak ada batas atau areal tertentu tetapi pada setiap pohon yang terlihat dari titik cuplikan mempunyai peluang untuk dipi;ih tergantung kepada diameter setinggi dada (LBDS) (Siti, dkk, 2007).
Desain petak merupakan batas petak luas dan bentuk petak unit pengelolaan dibagi ke dalam kotak pemanenan dengan menggunakan sungai dan jalan sebagai batas petak. Petak digunakan untuk memonitor luas dan kondisi vegetasi. Areal kerja dibagi dalam kotak permenen dengan menggunakan jalan dan sungai sebagai batas petak atau luas 500 – 4000 ha, tergantung adanya batas alam setiap petak mempunyai nomor. Petak berfungsi bagi monitoring luas lahan dan monitoring kondisi vegetasi (Sujatmoko, 2002).


BAHAN DAN METODE

            Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu peta kontur dengan skala 1:10.000, buku data, penggaris, alat tulis, pena warna (hitam, biru, merah), dot grid, kalkulator dan pensil warna.
Dengan prosedur praktikum yakni Ditentukan petak tebang dengan cara menentukan lokasi TPn sebanyak – banyaknya, dimana syarat lokasi itu antara lain : lokasi datar, bebas banjir, dekat dengan jalan, dan aman dari gangguan masyarakat, Ditarik garis melingkar dengan menggunakan jangka dan radius 750 m (jarak sarad maksimum) = 15 cm, Ditentukan pusat lokasi TPn dan ditandai dengan membuat petak ukuran 1 cm x 1 cm, Direncanakan petak tebang yang akan direncanakan, Apabila ada dua atau lebih petak tebang yang overlap, maka dimasukkan ke dalam salah satu petak tebang yang dianggap lebih bagus.



DAFTAR PUSTAKA


Harjadi, Prakosa, D, dan Wuryanta. 2007. Analisis  Karakteristik  Kondisi  Fisik Lahan DAS dengan PJ dan SIG di DAS Benain - Noelmina. 2007. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 thn 2007. Solo.

Martono, D, Surlan, dan Sukmana. Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung  Perencanaan Tata Ruang di Indonesia. 2006. Jurnal Inovasi. Vol.7/XVIII/Juni 2006. Jakarta.

Muhamadi, M. 2004. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi FTSP – ITS. Vol. XI No. 3 thn 2004. Surabaya.

Rahmad. 2002. Inventarisasi Sumber Daya Lahan Kabupaten Pelalawan dengan Menggunakan Citra Satelit. Jurnal Teknik Kimia. UNRI : Riau.
    
Sarsito, D. 2001. Studi Deformasi secara Geometrik: Pengukuran, Pengolahan Data dan Analisis. Jurnal Surveying dan Geodesi. Vol. XI, no.1, tahun 2001. Bandung.

Siti, Saido, A, dan  Dhianarto. 2007. Kajian Genangan Banjir Saluran Drainase dengan Bantuan  Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus: Kali Jenes, Surakarta). Jurusan Teknik Sipil FT UNS. Surakarta.

Sujatmoko, B. 2002. Kalibrasi Model Matematis 2D Horizontal Feswms dalam Kasus Perubahan Pola Aliran Akibat adanya Krib di Belokan. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3, no. 1, tahun 2002. Riau. 
             
Yuwono. 2004. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi FTSP – ITS. Vol. XIV No. 3 thn 2004. Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar