PERENCANAAN PETAK TEBANG
ABSTRACT
Activities
- timber harvesting activities led to the openness of land. the openness of the
land due to these activities, among others, influenced by the harvesting
system. Harvesting intensity, felling plot planning to use influence to the
disclosure and disruption of land located on the ground.
Destination map workmanship which determining planning logging on forest plots. Plot was felled in the image on the results show that the patch cut made economically. Terms of TPN location (plot logging) that is both flat, free bajir, close to roads and communities safe from interference. And cutting the number of spaces that can be made of 6 TPN.
Key words: harvesting, patch cutting, flat.
Destination map workmanship which determining planning logging on forest plots. Plot was felled in the image on the results show that the patch cut made economically. Terms of TPN location (plot logging) that is both flat, free bajir, close to roads and communities safe from interference. And cutting the number of spaces that can be made of 6 TPN.
Key words: harvesting, patch cutting, flat.
ABSTRAK
Kegiatan
– kegiatan pemanenan kayu menyebabkan keterbukaan lahan. besarnya keterbukaan
lahan akibat kegiatan ini antara lain di pengaruhi oleh sistem pemanenan.
Intensitas pemanenan, perencanaan petak tebang digunakan berpengaruh terhadap
besarnya keterbukaan lahan dan gangguan yang berada pada tanah.
Tujuan
pengerjaan peta yakni menentukan perencanaan
petak tebang pada hutan. Petak tebang pada gambar di hasil
menunjukan bahwa petak tebang yang dibuat ekonomis. Syarat lokasi TPn (petak
tebang) yang baik adalah datar, bebas bajir, dekat dengan jalan dan aman dari
gangguan masyarakat. Dan jumlah petak tebang yang dapat dibuat sejumlah 6 TPn.
Kata kunci: pemanenan,
petak tebang, datar.
PENDAHULUAN
Dalam
melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur - unsur, titik - titik atau
bangunan yang ada didaerah itu dalam jumlah yang cukup sehingga didaerah itu
dengan sisinya dapat dibuat suatu skala yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Peta berfungsi dalam menempatkan sesuatu atau fenomena – fenomena geografis
kedalam batas pandangan kita. Dimana peta tersebut dapat dikatakan sebagai
gambaran unsur - unsur atau suatu representasi dari ketampakan abstrak yang
dipilih dari permukaan bumi. Hasil ini sangat berkaitan dengan permukaan bumi
atau benda - benda angkasa
(Harjadi, dkk, 2007).
Pada
umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat
di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda - tanda dan
keterangan - keterangan, sehinga mudah dibaca dan dimengerti. Jika peta adalah
hasil pengukuran dan
penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal - hal yang bersangkutan
dengan permukaan bumi dan didasarkan pada
landasan ilmiah. Peta dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
atmosfir, mengenai kondisi permukaan tanah, mengenai keadaan lautan, mengenai
bahan yang membentuk lapisan tanah dan
lain – lain (Rahmad, 2002).
Adapun
peta - peta yang memberikan gambaran mengnai hal – hal tersebut di atas, berturut - turut
disebut peta meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi
dan lain - lain yang kesemuanya adalah peta dalam arti yang luas. Garis kontur
adalah garis yang menghubungkan
titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Beda kontur dalam penggambaran tergantung dari skala yang
telah ditentukan. Dari
bilangan skala tersebut selanjutnya dapat digamabar atau dibuat peta.
Penggambaran garis kontur kontur hanya boleh dilakukan dengan melakukan interpolasi antara dua
buah titik detail saja. Pemulihan nilai
ketinggian garis kontur untuk penggambaran diambil bertahap untuk disesuaikan dengan kelipatan beda kontur
sesuai interval kontur,
karena interval kontur merupakan jarak antara dua kontur yang
berbeda (Martono, dkk, 2006).
Adapun
isi dari perencanaan kayu secara umum adalah deskripsi tentang faktor input
yang tersedia meliputi kondisi hutan (potensi hutan, topografi, geologi dan
tanah, iklim dan areal-areal yang spesifik perlu dilindungi) serta peralatan
yang meliputi jenis dan jumlah yang tersedia, tingkat kehandalan alat dan
jumlah serta tingkat keahlian tenaga kerja yang dimiliki, catatan tentang
standar biaya, peraturan terkait, rancangan volume produksi, pemilihan metode
alternatif, rancangan petak tebang dan urutan pengerjaannya, jenis dan tingkat
keahlian tenaga kerja, sistem pengorganisasiannya, jadwal pengerahan alat, tenaga
kerja dan dana yang dilibatkan, serta estimasi keuntungan (Yuwono, 2004).
Sebelum
melakukan pemanenan kayu, semua anggota yang terlibat dalam kegiatan pemanenan
kayu harus diinformasikan tentang perencnaan pemanenan kayu yang dibuat,
sehingga setiap individu terlibat mengetahui tanggung jawabnya, apa yang perlu
dilakukan, prosedur-prosedur kerja, apayang harus dilakukan termasuk standar
kerja yang diharapkan, hubungan antara organisasi antar tahap perencnaan,
pembangunan jalan sarad, penebangan penyaradan, gali timbun jalan. Frekuensi
pertemuan diperlukan (Harjadi, dkk,
2007).
Kegiatan
– kegiatan pemanenan kayu menyebabkan keterbukaan lahan. besarnya keterbukaan
lahan akibat kegiatan ini antara lain di pengaruhi oleh sistem pemanenan.
Intensitas pemanenan, perencanaan petak tebang digunakan berpengaruh terhadap
besarnya keterbukaan lahan dan gangguan yang berada pada tanah (Sarsito, 2001).
Pembuatan
petak tebang merupakan salah satu usaha pengelolaan yang lestari, bahwa
pemanfaatan jenis tanaman dan satwa harus diperhatikan kaidah – kaidah
konservasi. Di dalam penentuan luas petak tebang, pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan teknis. Yang dimaksud dengan pendekatan teknis adalah
menentukan luas petak tebang berdasarkan jangkauan terjauh (jarak sarad). Alat
sarad sesuai keterbatasan atau kemampuan teknis alat – alat yang digunakan.
Sistem peyaradan yang digunakan adalah sistem traktor dimana alat yang
digunakan adalah traktor (Sujatmoko,
2002).
Desain
petak menempatkan batas petak, luas dan bentuk petak. Unit pengelolaan di bagi
ke dalam petak pemanenan dengan menggunakan sungai dan jalan sebagai batas
petak. Di dalam unit pengelolaan hutan produksi areal HPH terdapat lima tingkat
desain. Tingkat desain lapangan yang akan dibuat yaitu desain tingkat tegakan, desain
tingkat jalan sarad, desain tingkat hurid, desain tingkat petak, desain tingkat
pengelola. Petak digunakan untuk memonitor luas lahan dan kondisi vegetasi.
Pada tebang rumpang ini tidak diperlukan inventarisasi pohon sebelum dan
sesudah penebangan, tidak dilakukan penanaman perkayaan, tidak penunjukan pohon
inti, tidak ada penanaman tanah kosong dan tidak ada petak ukur permanenan
(PUP). Biaya pembinaan areal tegakan tebangan tebang rumpang amat kecil
(Muhamadi, 2004).
Rencana
pemetaan hutan meliputi kegiatan – kegiatan guna penyusun rencana kerja untuk
jangka waktu tertentu. Adapun kegiatan – kegiatan penyusunan rencana kerja
tersebut antara lain : Penentuan batas – batas hutan yang akan di tata, Pembagian
hutan dalam petak – petak kerja, Pembagian wilayah hutan, Pengumpulan data
lainnya untuk menyusun rencana kerja, Pengukuran dan perpetaan, Perisalahan
hutan (Sarsito, 2001).
Sistem
“petak ukur variabel” adalah penerapan pencuplikan “peluang imbang ukuran”
(PPs). Pada sisitem ini tidak ditetapkan areal yang tetap. Dikaji untuk dilihat
apakah mereka akan dipilih sebagai cuplikan. Bergantung kepada luas bidang
dasar pohon serta jaraknya terhadap titik cuplikan, tidak ada batas atau areal
tertentu tetapi pada setiap pohon yang terlihat dari titik cuplikan mempunyai
peluang untuk dipi;ih tergantung kepada diameter setinggi dada (LBDS) (Siti, dkk, 2007).
Desain
petak merupakan batas petak luas dan bentuk petak unit pengelolaan dibagi ke
dalam kotak pemanenan dengan menggunakan sungai dan jalan sebagai batas petak.
Petak digunakan untuk memonitor luas dan kondisi vegetasi. Areal kerja dibagi
dalam kotak permenen dengan menggunakan jalan dan sungai sebagai batas petak
atau luas 500 – 4000 ha, tergantung adanya batas alam setiap petak mempunyai
nomor. Petak berfungsi bagi monitoring luas lahan dan monitoring kondisi
vegetasi (Sujatmoko, 2002).
BAHAN
DAN METODE
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
peta kontur dengan skala 1:10.000, buku data, penggaris, alat tulis, pena warna
(hitam, biru, merah), dot grid, kalkulator dan pensil warna.
Dengan
prosedur praktikum yakni Ditentukan petak tebang dengan cara menentukan lokasi
TPn sebanyak – banyaknya, dimana syarat lokasi itu antara lain : lokasi datar,
bebas banjir, dekat dengan jalan, dan aman dari gangguan masyarakat, Ditarik
garis melingkar dengan menggunakan jangka dan radius 750 m (jarak sarad
maksimum) = 15 cm, Ditentukan pusat lokasi TPn dan ditandai dengan membuat
petak ukuran 1 cm x 1 cm, Direncanakan petak tebang yang akan direncanakan,
Apabila ada dua atau lebih petak tebang yang overlap, maka dimasukkan ke dalam
salah satu petak tebang yang dianggap lebih bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, Prakosa, D, dan
Wuryanta. 2007. Analisis Karakteristik
Kondisi Fisik Lahan DAS dengan PJ
dan SIG di DAS Benain - Noelmina. 2007. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7
No.2 thn 2007. Solo.
Martono, D, Surlan, dan
Sukmana. Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan Tata Ruang di Indonesia. 2006. Jurnal Inovasi. Vol.7/XVIII/Juni 2006. Jakarta.
Muhamadi,
M. 2004. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi
FTSP – ITS. Vol. XI No. 3 thn 2004. Surabaya.
Rahmad.
2002. Inventarisasi Sumber Daya Lahan Kabupaten Pelalawan dengan Menggunakan
Citra Satelit. Jurnal Teknik Kimia. UNRI : Riau.
Sarsito, D. 2001. Studi Deformasi secara Geometrik:
Pengukuran, Pengolahan Data dan Analisis. Jurnal Surveying dan Geodesi. Vol. XI, no.1, tahun
2001. Bandung.
Siti,
Saido, A, dan Dhianarto. 2007. Kajian Genangan Banjir
Saluran Drainase dengan Bantuan Sistem
Informasi Geografi (Studi Kasus: Kali Jenes, Surakarta). Jurusan Teknik Sipil
FT UNS. Surakarta.
Sujatmoko, B. 2002.
Kalibrasi Model Matematis 2D Horizontal Feswms dalam Kasus Perubahan Pola
Aliran Akibat adanya Krib di Belokan. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3, no. 1, tahun 2002. Riau.
Yuwono.
2004. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi
FTSP – ITS. Vol. XIV No. 3 thn 2004. Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar