H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 17 November 2011

Silvikultur



IDENTIFIKASI INDEKS KUALITAS TEMPAT TUMBUH


PENDAHULUAN

Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu tuntutan yang harus dipenuhi. Produktivitas itu sendiri ditentukan oleh kualitas tempat tumbuh dan teknik silvikultur yang dikembangkan.  Tantangan utama dalam rehabilitasi hutan produksi bekas tebangan adalah menciptakan kondisi tempat tumbuh yang cocok bagi pertumbuhan jenis dipterocarpa.  Relevansinya dengan peningkatan produktivitas hutan alam produksi bekas tebangan, maka penerapan Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) yang kemudian beralih menjadi TPTI-Intensif atau SILIN (Silvikultur Intensif) merupakan salah satu alternatif yang patut dipertimbangkan dalam pengelolaan hutan alam produksi dengan cara penanaman jenis dipterocarpa secara jalur.  Dalam sistem ini, setelah dilakukan tebang pilih, dibuat jalur tanam selebar 3 m, dan 20 m untuk jalur antara yang dibuat secara berselang-seling.  Sepintas sistem ini diduga menimbulkan pengaruh yang cukup besar, terhadap kualitas tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Faktor tempat tumbuh tegakan adalah totalitas dari perubahan tempat tegakan , mencakup bentuk lapangan , sifat-sifat tanah dan iklim yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup tinggi dengan dimensi tegakan . P0ubah ubah ini tidak perlu berupa faktor – faktor yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tegakan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tegakan
Fungsi pertumbuhan dan hasil tegakan merupakan alat yang sangat berguna dalam pengaturan hasil hutan dengan berlandasrkan kepada prinsip kelestarian hasil. Model fungsi ini sangat baik dalam penyusunan studi kelayakan pembangunan HTI maupun dalam penyususnan rencana karya pembangunan pengusahaan hutan. Pembentukan fungsi pertumbuhan dan hasil tegakan harus memperhatikan ketiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tegakan, yaitu : faktor genetik, keadaan tempat tum,buh dan tindakan silvikultur.
Kramer dan Koslowski (1960) menyatakan bahwa pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor, yaitu keturunan, lingkungan dan terknik silvikultur. Secara skematis digambarkannya interaksi dari ketiga faktor itu
      Kramer dan Koslowski (1960) mengelompokkan faktor-faktor lingkungan (luar) ke dalam tanah, iklim, api, pencemaran, dan faktor biotic. Faktor-faktor tanah, iklim, api, pencemaran termasuk faktor abiotik, sedangkan faktor pengatur tumbuh (hormaon), keseimbangan air dan genetic dimasukkannya ke dalam faktor dalam dari pohon
            Kualitas tanah merupakan gambaran utuh dari suatu kondisi spesifik tanah untuk melakukan fungsinya (Karlen et al. 1997).  Untuk itu maka kajian tentang perubahan kualitas tanah merupakan studi yang sangat penting dalam praktek Silin yang selama ini belum banyak dibahas.  Informasi tentang kualitas tanah, sebagai indikator yang bersifat sensitif, dapat digunakan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan dugaan menurunnya produktivitas hutan dan banyaknya carbon yang disimpan di dalam tanah hutan.  Lebih lanjut lagi, informasi kualitas tanah akan turut membantu dalam meneliti beberapa kunci penting ekosistem hutan, seperti produktivitas dan kelestarian sistem pengelolaan hutan, konservasi sumberdaya tanah dan air, serta kontribusi kawasan hutan terhadap siklus carbon global (O’Neill dan Arnacher 2004).  Dengan demikian kualitas tanah merupakan aspek penting dalam kaitannya dengan isu kelestarian dan lingkungan (Lal 1998)



Tapak, Persediaan Tanaman, dan Jarak Tanam
            Bahasa internasional (inggris) subbab diatas sering disebut sebagai 3 S yaitu site, stocking, dan spacing, merupakan dasar utama dalam pengelolaan hutan. Mengapa dikatakan begitu karena memang yang namanya hutan harus menempati lahan atau tapak dan beberapa persediaan (stock = tandon) dari tumbuhan atau tegakan yang ada dalam kaitannya dengan jarak tanam dari individu yang menyusun tegakan tersebut.
            Untuk mengetahui kapasitas suatu tapak menghasilkan produksi kayu rimbawan menggunakan suatu metoda yaitu pengukuran bonita. Bonita merupakan parameter untuk klasifikasi kesuburan suatu tapak dalam memproduksi hasil kayu dari satu jenis pohon tertentu. Dalam hal ini yang dinamakan grafik bonita ialah grafik yang menunjukkan hubungan antara umur suatu tegakan pohon dengan peninggi. Peninggi ditentukan atas dasar mengukur tinggi rata-rata dari 100 pohon tertinggi dari suatu areal hutan yang luasnya 1 Ha.

PENILAIAN LAHAN HUTAN DAN TEGAKAN

A.    Pengertian
Penilaian hutan merupakan alat yang penting dari manajemen untuk mencari pilihan financial terbaik pada kondisi yang ada. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada 3 dasar untuk melakukan penilaian yaitu :
1.      Nilai biaya (cost value) yang dalam hal ini berdasarkan adanya biaya yang dikeluarkan, penggantian atau restorasi;
2.      Nilai pendapatan (income value) yaitu perkiraan dari nilai kiwari bersih dari semua pengeluaran atau penerimaan yang diharapkan;
3.      Nilai pasar , nilai pasar apabila ada dan dapat diaplikasikan merupakan pendekatan yang sangat bagus dan realistik dalam penilaian hutan.
Dalam penilaian lahan hutan dan tegakan karena berhubungan dengan waktu yang panjang maka konsep tingkat bunga merupakan hal tidak dapat ditinggalkan atau diabaikan.
B.     Nilai Harapan Lahan
Modal utama dari perusahaan hutan adalah lahan dan tegakan sehingga penilaian lahan dan tegakan merupakan langkah yang penting dalam rangka penilaian ekonomis perusahaan hutan. Untuk menilai lahan hutan dikenal adanya rumus Faustmann yang merupakan metode untuk mengukur nilai harapan lahan (Land Expectation Value) apabila kita menganggap investasi berupa penanaman dan pemeliharaan pada suatu tanah yang kosong.

Faktor-Faktor Untuk Menentukan Nilai Lahan Hutan
            Oleh karena nilai lahan hutan diperoleh dari hasil tanaman yang diperoleh dari hasil tanaman yang tumbuh diatas lahan tersebut maka penaksiran nilai ini memerlukan pengukuran hasil tanaman yang diperoleh dalam kurun  waktu tertentu. Masalah yang timbul ialah bagaimana menentukan nilai pendapatan yang diperoleh di masa datang atau kontribusi dari lahan tersebut. Empat faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah :
1.      Kesuburan Tanah (bonita)
2.      Intensitas manajemen yang dipraktekkan termasuk biaya yang dikeluarkan
3.      Nilai pasar dari produk yang dihasilkan
4.      Pentingnya kurun waktu dalam pelibatannya yang diukur dengan tingkat bunga.

            Teras individu adal ah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman  terutama tanaman tahunan (Gambar 7). Jenis teras ini biasa diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan. Selain untuk mengurangi erosi, pembuatan teras indi vidu ditujukan pula untuk meningkatkan ketersediaan a ir bagi tanaman tahuna n (Agus dan Widianto,  2004). Fungsi lain dari teras ini adalah untu k memfasilitasi pemeliharaan tanaman  tahunan, sehingga tid ak semua lahan terganggu dengan adanya aktivitas pemeliharan, seperti pemberian pupuk, penyiangan, dan  lain-lain. P ada bagian lain, lahan dibiarkan tertutup oleh rumput dan atau leguminosa penutup tanah (legum  cover crop). Jajaran teras individu tidak perlu searah kontur, tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman tanaman (misal nya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari yang maksimal). Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan umur tanaman, namun ukurannya berkisar antara 50-100 cm untuk panjang dan lebar, serta 10-30 cm untuk kedalamannya.
Teras individ u tergolong efektif dalam mengendalikan erosi. Hasil  penelitian Haryati et al. (1992) menunjukkan pada tahun pertama setelah  pembuatan teras individu, erosi yang terjadi 8,5 t ha-1, da n menurun pada tahun  kedua menjadi 3,3 t ha-1.




DAFTAR PUSTAKA

Latifah, S. 2004. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan Dan Hasil Tegakan Hutan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Pamoengkas, P. 2007. Pertumbuhan dan Kualitas Tanah Tanaman Jenis Shorea Umur 7 Tahun Dalam Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur di HPH PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. http://www.pt-sbk.com/index.php?option=com_content&view=article&id=70&Itemid =95 [Diakses tanggal 19 April 2010]

Kuncoro, I. 1995. Diktat Manajemen Hutan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar