H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 17 November 2011

Pemanenan hasil Hutan


PERENCANAAN JALAN SARAD

ABSTRACT
In general walke sarad made to facilitate hewer in instructing wood to be cut away so that will be more easy for tractor for the menyaradnya of. Target namely know length and wide [of] good sarad [of] especial dig or branch dig, knowing productivity walke sarad, knowing transported tree ratio, knowing single strightened damage ratio, ratio openness of areal whereas, and know ratio openness of permanent areal, with formula of RPT = amount of tree transported / amount of potential tree [of] x 100%, RKTT = strightened amount remain to be hit [by] sarad / strightened amount remain potentially [of] x 100%, RKAP = wide [of] long x [of] road;street of sarad especial / wide [of] check cut away x 100%, RKAS = wide [of] long x [of] road;street of sarad branch / wide [of] [of] check cut away x 100%, and productivity walke sarad ( PJS) = amount of tree transported / length walke sarad
 Keyword: Walke sarad, Hewing, tree transported, wide [of] sarad

ABSTRAK
Pada umumnya jalan sarad dibuat untuk memudahkan penebang dalam mengarahkan kayu yang akan ditebang sehingga akan lebih mudah bagi traktor untuk menyaradnya. Tujuan yakni mengetahui panjang dan luas sarad baik galian utama atau galian cabang, mengetahui produktivitas jalan sarad, mengetahui rasio pohon yang terangkut, mengetahui rasio kerusakan tegakan tunggal, rasio keterbukaan areal sementara, dan mengetahui rasio keterbukaan areal permanen, dengan rumus RPT = jumlah pohon terangkut/jumlah pohon potensial x 100%, RKTT = jumlah tegakan tinggal terkena sarad / jumlah tegakan tinggal potensial x 100%, RKAP = lebar x panjang jalan sarad utama / luas petak tebang x 100%, RKAS = lebar x panjang jalan sarad cabang / luas petak tebang x 100%, dan produktivitas jalan sarad (PJS) = jumlah pohon terangkut / panjang jalan sarad.
 
Kata kunci: Jalan sarad, Penebangan, pohon terangkut, luas sarad

PENDAHULUAN

Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda - tanda dan keterangan - keterangan, sehinga mudah     dibaca dan dimengerti. Jika peta adalah hasil pengukuran dan   penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung    mengenai hal - hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi     dan didasarkan pada landasan ilmiah. Peta dapat memberikan  gambaran mengenai kondisi atmosfir, mengenai kondisi permukaan tanah, mengenai keadaan lautan, mengenai bahan yang membentuk lapisan tanah dan       lain – lain (Rahmad, 2002).
Adapun peta - peta yang memberikan gambaran mengenai hal – hal      tersebut di atas, berturut - turut disebut peta meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi dan lain - lain yang kesemuanya adalah peta  dalam arti yang luas. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan                titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Beda kontur dalam        penggambaran tergantung dari skala yang telah ditentukan. Dari  bilangan skala tersebut selanjutnya dapat digamabar atau dibuat peta. Penggambaran garis kontur kontur hanya boleh dilakukan dengan      melakukan interpolasi antara dua buah titik detail saja. Pemulihan nilai     ketinggian garis kontur untuk penggambaran diambil bertahap untuk       disesuaikan dengan kelipatan beda kontur sesuai interval kontur,                    karena interval kontur merupakan jarak antara dua kontur yang berbeda  (Martono, dkk, 2006).
Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih tidak dilakukan secara professional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan mengalami kegagalan. Hal ini antara lain dikarenakan dalam penerapan silvikultur belum mengintegrasikan sistem pemanenan kayu dengan sistem silvikultur. Selain itu, teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar masih belum dipergunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia. Inventarisasi tegakan dilakukan sebelum penebangan pada plot ukuran 100 m X 100 m (1 Ha) pada petak-petak penelitian teknik konvensional dan teknik RIL untuk melihat potensi tegakan sebelum kegiatan pemanenan kayu (Hanafiah dan Muhdi, 2007).
Untuk pemetaan diperlukan adanya kerangka dasar. Kerangka dasar   adalah sejumlah titik yang diketahui koordinatnya dalam sistem tertentu          yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan pengontrol ukuran baru.     Mengingat fungsinya, titik - titik kerangka dasar harus ditempatkan         menyebar merata di seluruh daerah yang akan dipetakan dengan                kerapatan tertentu. Mengingat pula pengukuran untuk pemetaan           memerlukan waktu yang cukup lama, maka titik - titik kerangka dasar             harus ditanam cukup kuat dan terbuat dari bahan yang tahan lama.                 Dalam pengukuran untuk pembuatan peta ada dua jenis kerangka                     dasar yaitu kerangka dasar horizontal (X,Y) dan kerangka dasar                    vertikal (Z). Pada praktiknya titik - titik kerangka dasar baik horizontal         maupun vertikal dijadikan satu titik (Muhamadi, 2004).
Kontur adalah garis hubung antara titik - titik yang mempunyai     ketinggian yang sama. Garis yang dimaksud disini adalah garis khayal             yang dibuat untuk menghubungkan titik - titik yang mempunyai              ketinggian yang sama. Walaupun garis tersebut mengubungkan antara                dua titik, namum bentuk dan polanya tidak merupakan garis                            patah - patah. Garis - garis tersebut dihaluskan (smoothing) untuk membuat kontur menjadi “luwes” atau tidak kaku. Hal ini diperbolehkan pada proses kartografi (Yuwono, 2004).
Dalam melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan             unsur - unsur, titik - titik atau bangunan yang ada didaerah itu dalam             jumlah yang cukup sehingga didaerah itu dengan sisinya dapat                       dibuat suatu skala yang telah ditentukan terlebih dahulu. Peta                     berfungsi dalam menempatkan sesuatu atau fenomena – fenomena             geografis kedalam batas pandangan kita. Dimana peta tersebut                        dapat dikatakan sebagai gambaran unsur - unsur atau suatu                     representasi dari ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi.          Hasil ini sangat berkaitan dengan permukaan bumi atau benda - benda angkasa (Harjadi, dkk, 2007).
Garis kontur adalah sebuah garis yang digambarkan pada denah yang menghubungkan semua titik yang ketinggiannya sama, di atas atau di bawah datum tertentu. Konsep garis kontur tersebut dapat dengan mudah dipahami        jika kita membayangkan sejumlah kolam. Dengan mempelajari cara        pembuatan kontur kita dapat mengetahui keadaaan wilayah hutan yang            ingin digambarkan atau dipetakan pada ketinggian yang sama sehingga dapat mengetahui tinggi rendahnya suatu wilayah (Sarsito, 2001).
Kontur dapat digambarkan sebagai proyeksi garis perpotongan             bidang mendatar dengan permukaan tanah dalam ukuran dan bentuk                 yang lebih kecil. Pada pembuatan peta kontur ini , juga diperlukan               interval kontur yaitu jarak tegak antara dua kontur yang berdekatan                    dan berbanding terbalik dengan skala. Makin besar skala,maka                    semakin kecil interval kontur. Untuk penggambaran di peta harus           dikonversi sesuai dengan skala petanya, dan memperhatikan titik detail sebagai titik ekstremnya (Siti, dkk, 2007).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan kelas kemiringan lapangan pada peta, untuk menentukan luas areal hutan berdasarkan fungsi kawasan hutan, untuk menentukan persentase kemiringan lapangan, dan untuk menentukan fungsi kawasan lapangan. 


BAHAN DAN METODE
            Praktikum ini dilaksanakan pada 18 Maret 2010, di ruang 204, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.           Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu peta kontur          dengan skala 1:10.000, buku data, penggaris, alat tulis, pena warna               (hitam, biru, merah), jangka, kertas millimeter, dan pensil warna.
Dengan prosedur praktikum yakni dibuat delinasi areal kawasan lindung berdasarkan ketentuan berikut : daerah radius 100 m dari tepi sungai atau kawasan lindung, mata air 12 ha, minimal 100 m dari tepi danau atau pantai laut yang diukur dari pasang tertinggi kea rah darat minimal 100 m dari kanan kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri anak sungai yang berada diluar pemukiman dan dimulai dari sungai ordo 3. Setelah itu, ditentukan areal kawasan fungsi hutan yang telah diketahui pada saat menentukan klasifikasi kemiringan lapangan dengan ketentuan nilai kelas dikalikan dengan curah hujan, kesuburan tanah, dan kemiringan lapangan. Kriteria  peubah untuk menentukan hutan produksi atau lindung yakni kemiringan lapangan bobot 20, intensitas curah hujan bobot 10, jenis tanah bobot 15. Jika ketiga peubah dari perhitungan maksimum 25 (≤ 125), termasuk hutan produksi, skor 125-175, termasuk hutan produksi terbatas, dan skor ≥ 175, termasuk hutan lindung. Setelah itu ditentukan luasan sungai dengan menentukan ordonya terlebih dahulu. Ordo yang telah diketahui datanya dimasukkan ke dalam tabel.



DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, Prakosa, D, dan Wuryanta. 2007. Analisis  Karakteristik  Kondisi  Fisik Lahan DAS dengan PJ dan SIG di DAS Benain - Noelmina. 2007. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 thn 2007. Solo.
Martono, D, Surlan, dan Sukmana. Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung  Perencanaan Tata Ruang di Indonesia. 2006. Jurnal Inovasi. Vol.7/XVIII/Juni 2006. Jakarta.
Muhamadi, M. 2004. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi FTSP – ITS. Vol. XI No. 3 thn 2004. Surabaya.
Rahmad. 2002. Inventarisasi Sumber Daya Lahan Kabupaten Pelalawan dengan Menggunakan Citra Satelit. Jurnal Teknik Kimia. UNRI : Riau.   
Sarsito, D. 2001. Studi Deformasi secara Geometrik: Pengukuran, Pengolahan Data dan Analisis. Jurnal Surveying dan Geodesi. Vol. XI, no.1, tahun 2001. Bandung.
Siti, Saido, A, dan  Dhianarto. 2007. Kajian Genangan Banjir Saluran Drainase dengan Bantuan  Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus: Kali Jenes, Surakarta). Jurusan Teknik Sipil FT UNS. Surakarta.
Sujatmoko, B. 2002. Kalibrasi Model Matematis 2D Horizontal Feswms dalam Kasus Perubahan Pola Aliran Akibat adanya Krib di Belokan. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3, no. 1, tahun 2002. Riau.          
Yuwono. 2004. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi FTSP – ITS. Vol. XIV No. 3 thn 2004. Surabaya.

Hanafiah, D dan Muhdi. 2007. Dampak Pemanenan Kayu Berdampak Rendah Terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal di Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar