PENGUKURAN JARAK HORIZONTAL
llmu ukur tanah merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan ilmu Geodesi.
Plan
Surveying
Geodesi
Geodetic Survaying
Ilmu Geodesi
mempunyai dua maksud :
- Maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi
- Maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi.
Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga
bagian besar yaitu :
A) Pengukuran kerangka dasar Vertikal(KDV)
B) Pengukuran kerangka dasar Horizontal(KDH)
C)
Pengukuran Titik-titik Detail
Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan perhatian
dalam Ilmu ukur tanah. Proses penggambaran permukaan bumi secara fisiknya
adalah berupa bola yang tidak beraturan bentuknya dan mendekati bentuk sebuah
jeruk. Hal tersebut terbukti dengan adanya pegunungan, Lereng-lereng, dan
jurang jurang. Karena bentuknya yang tidak beraturan maka diperlukan suatu
bidang matematis. Para pakar kebumian yang ingin menyajikan informasi tentang
bentuk bumi, mengalami kesulitan karena bentuknya yang tidak beraturan ini,
oleh sebab itu, mereka berusaha mencari bentuk sistematis yang dapat mendekati
bentuk bumi. (Purwaarnijaya, 2008).
Gambar : Bentuk Bumi |
Pengukuran
jarak (Triono. B.A, 2001 adalah penentuan jarak antara dua titik di permukaan
bumi, biasanya yang digunakan adalah jarak horizontalnya. Hal ini terjadi
karena bidang peta adalah bidang datar sedangkan bidang muka bumi adalah bidang
lengkung. Distorsi yang terjadi akan semakin besar jika memetakan daerah yang
lebih dari kurang lebih 50 m2 , jika kurang dari 50 m2
permukaan bumi dianggap datar. Hal ini menjadi kesepakatan umum dalam ilmu
geodesi (ilmu ukur tanah). Mencari titik di lapangan adalah suatu pekerjaan
pengukuran yang hasilnya nanti akan digambar. Sebelum titik diukur. Hasil
pengukuran diberi tanda terlebih dahulu sehingga dalam pengukuran tanda mudah
dilihat dari dekat atau jauh. Dalam pengukuran yang terpenting adalah
pengukuran titik-titik baik yang sudah ada atau baru mencari. Pengukuran
jarak dilapangan berdasarkan jenis alatnya dapat dibedakan menjadi :
- Pengukuran jarak langsung, pengukuran ini biasanya menggunakan instrumen atau alat ukur jarak langsung misalnya pita ukur, alat ukur jarak elektronik, dan lain-lain
- Pengukuran jarak tidak langsung, pengukuran ini biasanya menggunakan instrument alat ukur jarak takimetri dan metode optik. Misalnya theodolit, alat sipat datar, dan lain-lain.
Sebelum
melakukan survei ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu
mengidentifikasi jenis data yang akan dikumulkan pada saat survey (Yulfa,
2007).
Pengukuran dan Pemetaan Titik
Dasar TeknikTitik-titik dasar teknik diperlukan sebagai kerangka dasar
referensi nasional. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa titik-titik ini diperlukan untuk pemetaan bidang tanah
secara nasional, di mana letak, ukuran, luas dan dimensi lain dari suatu bidang
tanah dapat diketahui dan direkonstruksi secara tepat dan akurat. Pengukuran
titik dasar teknik orde 2, 3, dan 4 dilaksanakan dengan menggunakan metoda pengamatan
satelit atau metoda lainnya. Metoda yang dimaksud adalah penentuan posisi
dengan Global Positioning System (GPS). GPS adalah sistem penentuan posisi dan
radio navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan oleh banyak orang
sekaligus (simultan) dan dalam segala keadaan cuaca, memberikan posisi dan
kecepatan tiga dimensi secara teliti, dan juga informasi mengenai waktu, secara
kontinyu di seluruh dunia. Sebelum suatu bidang tanah diukur, wajib dipasang
dan ditetapkan tanda-tanda batasnya, setelah mendapat persetujuan dari pemilik
tanah yang berbatasan langsung. Apabila sampai dilakukannya penetapan batas dan
pengukuran bidang tanah tidak tercapai kesepakatan mengenai batas-batasnya
(terjadi sengketa batas), maka ditetapkan batas sementara yang menurut kenyataannya
merupakan batas bidang-bidang tanah yang bersangkutan. Kepada yang bersengketa
diberitahukan agar menyelesaikannya melalui Pengadilan. Pengukuran bidang tanah
dapat dilakukan secara terestrial, fotogrametrik, atau metoda lainnya.
Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite
berikut perlengkapannya seperti: pita ukur, baak ukur, electronik distance
measurement (EDM), GPS receiver, dan lain sebagainya. Adapun pemetaan secara
fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara (periksa foto simulasi di
atas). Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto tidak dapat
langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan Sertipikat Hak atas Tanah.
Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran
secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar
kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang
diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan (Oktaviory, 2008).
Salah
satu dasar pekerjaan dalam ilmu ukur wilayah adalah penentuan jarak antara dua
titik pada permukaan bumi. Pada jarak yang terbatas, jarak antara dua titik
pada elevasi yang berbeda biasanya digunakan jarak horizontalnya. Pada
pengukuran jarak dengan kira-kira dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan skala pada peta dan metode langkah (pacing).
- Menggunakan skala pada peta = pengukuran ini memberikan hasil yang tepat dan hanya dilakukan di atas peta, bukan dilapang. Pengukuran cara ini dilakukan dengan mengukur jarak pada peta, yang kemudian dikalikan dengan angka skala peta tersebut.
- Metode Langkah (pacing) = P
Dari sisi metoda pengukuran dapat dibedakan antara metoda pengukuran statik
dengan pengukuran kinematik. Metoda pengukuran statik mengasumsikan bahwa antenna
receiver tidak bergerak terhadap kerangka referensi, sedangkan metoda
pengukuran kinematik menggunakan asumsi bahwa antena receiver bergerak terhadap
titik referensi. Sedangkan dari sisi metoda pengolahan data, dapat dibedakan
antara pengolahan satu titik (single
point positioning - SPS, absolute positioning) dan pengolahan
baseline (differential positioning, relative positioning) tunggal maupun
dalam bentuk jaring. Berdasarkan variasi-variasi kemungkinan penggunaan
teknologi di atas, dapat diurutkan sejumlah kemungkinan aplikasi GPS mulai dari
yang paling teliti (dan paling mahal) untuk
keperluan ilmiah sampai yang paling seadanya (dan paling murah) untuk
keperluan hiburan. Dalam rangka pembangunan informasi spasial, GPS dapat
berperan mulai dari realisasi referensi koordinat dengan survai yang sangat
teliti sampai pada kegiatan pematokan yang merupakan aplikasi hasil analisis
informasi spasial. Geomatika adalah disiplin ilmu modern yang mengintegrasikan
proses akuisisi, pemodelan, analisis, dan pengelolaan data yang bereferensi
secara spasial. Dengan berdasar pada kerangka kerja ilmiah geodesi, geomatika
menggunakan sensor-sensor terestris, kelautan, udara dan dirgantara untuk memperoleh data spasial
dan yang lainnya. Geomatika juga melibatkan Salah satu teknologi yang mampu
mewujudkankan sistem referensi spasial yang bersifat global adalah teknologi Global Positioning System (GPS) (Setyadji, 2006).
Pengukuran titik-titik poligon
dilakukan dengan menggunakan alat theodolit dan rambu ukur, pengoperasiannya dilakukan
baik di atas calon titik ikat topografi maupun titik bantu, metodenya dengan
poligon tertutup dan terbuka, dan system yang dipakai adalah Tachymetry
(penentuan jarak dan beda tinggi dengan cara optis dan rambu ukur). Titik awal
pengukurannya adalah TU.O dan BATAN
1, sedangkan proses pengukurannya adalah sebagai berikut :
- Mendirikan rangkaian theodolit diatas titik (patok) polygon.
- Mendirikan rambu ukur diatas titik poligon yang ada di depan dan di belakang titik dimana rangkaian theodolit didirikan.
- Memfokus dan mengarahkan teropong pada rambu ukur yang ada di belakang mengatur posisi nonius theodolit pada angka 000000000 , kemudian memutar teropong kearah rambu didepannya.
- Membaca dan mencatat pada tabel situasi terdiri dari : benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb), sudut mendatar (α) , heling (β), dan tinggi alat (ta).
- Membuat sketsa dan memberi keterangan situasi pada titik yang diukur.
Titik ikat
adalah titik yang diketahui kordinat dan ketinggiannya, sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman pemetaan topografi (Sularto, 2002).
Mendirikan waterpas di antara dua titik target merupakan pekerjaan yang
sering dijumpai di lapangan. Penempatan waterpas di antara dua titik target ini
tidak perlu segaris dengan kedua titik tersebut, yang penting jarak di antara
waterpas dan titik-titik tersebut diusahakan sama atau hampir sama panjangnya.
Dalam aplikasi sesungguhnya jarak-jarak antara titik-titik tersebut panjangnya
tidak diukur (secara optis) dengan alat waterpas, tetapi diukur dengan alat
ukur jarak langsung (misalnya pita ukur, EDM dan lainnya)(Teknik, 2001).
Adapun
pengukuran dengan menggunakan teodolit dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Untuk mempermudah pengukuran maka dibuat stasiun-stasiun. Pada jarak yang
terbatas, jarak antara dua titik pada elevasi yang berbeda biasanya digunakan
jarak horizontalnya.
Oleh karena itu pengukuran jarak
horizontal ini sangat penting dilakukan karena selain kita dapat pandai
mengukur suatu permukaan datar dan miring maka kita dapat juga memperoleh
profil tanah datar atau tanah yang dalam keadaan miring yang kita ukur jarak
horizontalnya. Pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan teodolit manual dan digital serta rambu ukur untuk
mengukur jarak dan tingginya.
Adapun tujuan dari praktikum
pengukuran jarak horizontal adalah untuk mempelajari cara pengukuran jarak
horizontal antara dua titik atau objek yang dijadikan sebagai batas-batas
pengukuran.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1.
Buku data untuk mencatat data-data yang penting
2. Langkah kaki untuk menentukan jarak pada
pengukuran jarak horizontal
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
1. Pulpen sebagai alat tulis dalam penulisan
data
2. Kalkulator sebagai alat hitung data yang
diperoleh
3. Rambu ukur sebagai alat bantu dalam
pengukuran jarak horizontal yakni dalam penggunaan teodolit
4. Pita ukur sebagai alat untuk mengukur
jarak dan panjang
5. Teodolit manual dan teodolit digital
sebagai alat pengukur jarak horizontal
6. Jalon sebagai alat bantu teodolit dalam
pengukuran jarak dan tinggi pohon
7. Phi-band sebagai alat untuk mengukur
diameter pohon
8. Chreesten meter sebagai alat untuk
mengukur tinggi pohon
9. Clinometer sebagai alat untuk mengukur
tinggi pohon secara praktis
Prosedur
Adapun prosedur ini adalah sebagai
berikut :
- Metode Langkah
- Dipersiapkan / distel teodolit beserta statifnya.
- Diukur jarak 30 m dari kaki statif dengan menggunakan pita ukur .
- Ditancapkan jalon pada jarak 30 m.
- Diukur jarak 30 m tersebut dengan menggunakan langkah kaki setiap praktikan anggota pergi dan pulang .
- Dijumlahkan lalu dibagi dua (langkah pergi dan pulang).
- Dilakukan sebanyak jumlah praktikan dalam kelompok.
- Dimasukkan hasilnya ke dalam tabel.
- Dihitung konversi langkah tiap praktikan dengan menggunakan rumus :
Tabel I. Hasil
Pengukuran Metode Langkah
No
|
Nama
Praktikan
|
Langkah A-B
|
Langkah B-A
|
Rata-rata
|
Konversi
langkah
|
|
|
|
|
|
|
å
(Rata-rata konversi langkah )
|
|
- Metode Stadia
- Diletakkan jalon di titik yang berjarak 10 m dari teodolit.
- Diatur teodolit sampai terdapat fokus dari rambu ukur.
- Dibaca hasil dari teodolit.
- Dicatat dalam buku data.
Tabel II. Hasil Pengukuran Metode Stadia
Theodolit
|
Bacaan atas
|
Bacaan bawah
|
Jarak (m)
|
Azimut
|
Kelerengan
|
Manual
|
|
|
|
|
|
Digital
|
|
|
|
|
|
Tabel
III. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi
No
|
Jenis Pohon
|
Christeen meter
|
Clinometer
|
Pita Ukur
|
Phiband
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan :
1.
Pengukuran langkah sangat dipengaruhi oleh lebar
langkah praktikan yakni semakin lebar langkah praktikan maka jumlah langkah
yang diperoleh sedikit tetapi jika semakin kecil praktikan melangkah maka
jumlah langkah yang diperoleh praktikan tersebut sedikit.
2.
Pengukuran jarak horizontal dilakukan di hutan Tridarma
dan ternyata hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa hutan Tridarma
memiliki profil tanah yang rata.
3.
Pengukuran tinggi dan diameter pohon yang diperoleh
menunjukkan bahwa pohon-pohon tersebut memiliki ukuran diameter yang sama dan
diperkirakan umur pohon-pohon tersebut masa juvenil.
4.
Pengukuran jarak horizontal yang dilakukan dengan
menggunakan teodolit manual yakni sebesar 28 m memiliki ukuran jarak yang
berbeda bila diukur dengan teodolit digital yakni 22 m.
5. Untuk mengukur tinggi dan diameter pohon
dapat digunakan alat sebagai berikut : pita ukur, clinometer, chreesten meter,
dan phy-band.
DAFTAR PUSTAKA
Oktaviory, D. 2008. Pemetaan Pengukuran dan.http: //dennyoktaviory.co.cc/index2.php?
option=com_content&do [20 September
2009]
Purnaarwijaya, I. 2008. Teknik Survei
dan Pemetaan. . http//:scribd.com/../kelas-x-SMK-tekniksurveidan
pemetaan.iskandar.pdf Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Setyadji, B. 2006. Pemanfaatan Teknologi Global Positioning Global
(GPS) Dalam Pembangunan Informasi Spasial.
http//oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=403 ITB Press. Bandung.
Sularto, P. 2002. Penentuan Titik Ikat Topografi Dengan Menggunakan
Theodolit T1 di Efka dan Sekitarnya.
http//:digilib.batan.go.id/e-jurnal/artikel/eksplorium/..124../
priyo-s.pdf. ITB Press. Bandung.
Teknik. 2001. Dasar-Dasar Pengukuran
Beda Tinggi Dengan Alat Sipat Datar. http//:bos.
fkip.uns.ac.id/../penentuan-beda-tinggi-dan-posisi-titik.pdf. Universitas Negeri
Yogyakarta
Press. Yogyakarta.
Waluyanti, S, Santoso, D.,Slamet dan Rochayati, U. 2007. Alat Ukur Dan
Teknik Pengukuran. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar