H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 03 November 2011

Metode Pengukuran

PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG
            Salah satu dasar pekerjaan di dalam ilmu ukur wilayah adalah penentuan jarak antara 2 titik pada permukaan bumi. Pada jarak yang terbatas, jarak antara dua titik pada elevasi yang berbeda biasanya digunakan jarak horizontalnya. Alat penyipat datar berfungsi menjaga agar kedua ujung pita ukur terletak pada 1 garis horizontal, terutama banyak digunakan pada tanah miring dan bergelombang. Pengukuran jarak pada areal dengan kemiringan (slope) 1-2 persen jarak miringnya dapat langsung diambil sebagai jarak horizontal, sedangkan pada areal dengan kemiringan 3-10 % harus dikoreksi atau dilakukan dengan cara terpotong-potong. Pada metode dengan cara terpotong-potong, setiap kali pengukuran horizontal tidak dipergunakan seluruh panjang pita ukur  (Mulkan dan Sumaryanto, 1995).


Gambar 1. Metode Pengukuran Dengan Theodolit

            Metode-metode baku dan urutan yang telah ditentukan harus diikuti dalam mengatur alat sipat datar, transit, dan teodolit. Kedudukan yang benar daripada bagian-bagiannya dicapai dengan mengendorkan dan mengetatkan mur dan sekrup pengatur tertentu, memakai jarum-jarum khusus. Menyempurnakan tiap pengaturan pada percobaan pertama adalah membuang waktu karena beberapa pengaturan berpengaruh pada yang lain. Sebuah alat sipat datar teratur membentuk bidang bidik horizontal bila teropong diputar mengelilingi sumbu I. Garis-garis pokok pada alat sipat datar adalah (1) garis bidik, (2) garis arah nivo, (3) sumbu penopang nivo (4) sumbu I (Brinker dan Wolf, 1997).

Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang. Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung,  tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar.. Cara menghitung tinggi garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sifat datar (waterpass). Rambu ukur berjumlah 2 buah masing-masing di dirikan di atas dua patok yang merupakan titik ikat jalur pengukuran alat sifat optis kemudian di letakan di mistar-mistar yang dipasang diatas titik-titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik potong benang atau garis diagframa dengan titik tengah lensa objektif teropong.   Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Garis bidik adalah Garis lurus yang menghubungkan titik tengah lensa objektif dengan titik potong dua garis diafragma, dimana pada garis bidik pada teropong harus sejajar dengan garis arah nivo sehingga hasil dari pengukuran adalah hasil yang teliti dan tingkat kesaIahannya sangat keciI. Alat-alat yang biasa digunakan dalam pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar optis adalah:  Alat Sipat Datar  Pita Ukur  Rambu Ukur  Statif  Unting – Unting  Dll (Purwarnijaya, 2008).


Gambar 2. Pengukuran sipat datar memanjang

            Sebagai pembanding, data GPS jaringan lokal juga diproses dengan perangkat lunak commercial TGO (Trible Geomatics Office) version 1.3. Namun demikian, daat tinggi (absolute) GPS yang diperoleh dari proses ini memiliki standar deviasi yang jauh lebih kasar, yakni bervariasi antara 66-225 mm. Data sipat datar dihitung secara manual dengan memperhitungkan koreksi-koreksi yang diperlukan untuk mendapatkan tinggi dalam sistem ortometrik. Standar deviasi untuk nilai tinggi (absolut) ortometrik ini bervariasi dari 20-30 mm         (Lestariya dan Ramdani, 2006).

            Dengan demikian pengukuran sipat datar memanjang ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan apakah datar atau tidak suatu tanah dan mengetahui profil tanah hutan Tridarma yang kita ukur.

            Adapun tujuan dari perlakuan yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Memanjang ini adalah untuk mengetahui profil antara dua buah titik pada permukaan bumi.

METODOLOGI

Bahan dan Alat
Bahan
            Adapun bahan yang digunakan adalah :
  1. Buku data sebagai tempat untuk menuliskan data-data penting.
  2. Lokasi / wilayah sebagai objek yang akan diamati profilnya dan diukur.

Alat
            Adapun alat yang digunakan adalah :
  1. Pulpen sebagai alat untuk menulis data.
  2. Kalkulator sebagai alat untuk menghitung data yang diperoleh.
  3. Rambu ukur sebagai alat bantu dalam menggunakan teodolit.
  4. Pita ukur sebagai alat yang digunakan dalam mengukur jarak dan panjang.
  5. Teodolit sebagai alat yang digunakan dalam pengukuran sipat datar memanjang pada suatu daerah.
  6. Jalon sebagai alat bantu dalam pengukuran yakni menandakan stasiun-stasiun.

Prosedur Percobaan
            Adapun prosedur ini adalah sebagai berikut :
  1. Ditentukan garis sejauh 30 m kearah mana saja.
  2. Dibuat titik A sebagai titik awal dan titik B sebagai titik akhir.
  3. Dari jarak 30 m tersebut dibagi menjadi 3 bagian.
  4. Pada tiap bagian diberi tanda dengan jalon.
  5. Dibuat stasiun-stasiun antara sesuai dengan kebutuhan dan profil tanah yang diukur.
  6. Diletakkan alat antara 2 buah titik utama.
  7. Dibuat jarak dan tinggi tanah. Jarak yang diukur adalah jarak kedepan, jarak kebelakang, tinggi kedepan, tinggi kebelakang.
  8. Dipindahkan alat ke stasiun berikutnya setelah pengukuran distasiun I selesai dan dilakukan hal yang sama.
  9. Dimasukkan hasil pengukuran kedalam tabel berikut : 
Tabel I. Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Stasiun
Posisi alat
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
Ket
Bi
Mi
Dbi
Dmi
BT
TDPL
TGB











Gambar 2. Langkah-Langkah Pengukuran
Keterangan :
Bi        : Tinggi bacaan Belakang                                                       
Mi        : Tinggi bacaan Depan
Dbi      : Jarak bacaan Belakang
Dmi     : Jarak bacaan ke Depan
BT       : Beda tinggi
TDPL  : Tinggi di atas Permukaan Laut
TGB    : Tinggi Baris Balik
Dimana rumus yang dipergunakan adalah :
            BT       = Bi - Mi
            TDPL  = TDPL + BT
            TGB    = TDPL + Bi

Kesimpulan :
1.      Pada saat pengukuran sipat datar memanjang , jarak yang ditentukan yakni 30 m dibagi menjadi beberapa stasiun. Dengan demikian akan mempermudah dalam penggambaran profil tanah.
2.      Untuk mempermudah pengukuran jarak dan tinggi maka digunakan rambu ukur dan pita ukur.
3.      Apabila keadaan tanah dalam satu stasiun adalah datar maka profil tanah jika digambar akan lurus (tidak berkelok-kelok).
4.      Profil tanah yang berlekuk (tidak rata) akan memberikan beda tinggi dengan tanah yang datar.
5.      Pengukuran yang telah dilakukan memperoleh bahwa rata-rata TDPL adalah  35,5
6.      Dari hasil didapat TGB
·         TGB 1= 36,3
·         TGB 2= 37,3
·         TGB 3= 38,57
·         TGB 4= 39,87


Saran :
            Pada kegiatan pengukuran sipat datar memanjang ini dibutuhkan ketelitian dalam menentukan posisi penggambaran objek sehingga didapat profil tanah yang sesuai dengan keadaan lapangan.



DAFTAR PUSTAKA
Brinker, R dan Wolf, P. 1997. Dasar-Dasar Pengukuran Tanah. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Lestariya, A dan Ramdani, D. 2006. Analisis Koperatif Penentuan Tinggi Dengan GPS Dan Sipat Datar. http//:bakosurtanal.go.id/../penentuan%20tinggi%20dengan%20
GPS%20dan%20sipat%20datar.pdf. [13 Oktober 2009]

Mulkan, S dan Sumaryanto, E. 1995. Ilmu Ukur Wilayah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Purnaarwijaya, I. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan. http//:scribd.com/../kelas-x-SMK-tekniksurveidan pemetaan.iskandar.pdf Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar