PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kayu
yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda, bahkan kayu
yang berasal dari satu jenis pohon mungkin memiliki sifat yang berbeda jika
dibandingkan dengan bagian lainnya. Karena kayu memilikikeragaman komposisi
serta susunan kimia yang berbeda, maka kayu memiliki tingkat keragaman
penggunaan yang berbeda pula (Dumanauw,1990).
Kayu adalah bagian batang atau
cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi
(pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak,
membuat perabot (meja,
kursi),
bahan
bangunan (pintu,
jendela,
rangka atap), bahan kertas, dan
banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga
dan sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu
adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan
di batang.
Dalam kehidupan kita
sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan
penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat
digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari
kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal
sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk
tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Kebutuhan manusia akan
kayu semakin hari semakin bertambah, sementara hutan di Indonesia semakin
sedikit bahkan mengalami pendegradasian hutan. Oleh karena itu diperlukan
jenis-jenis kayu yang awet dan tahan lama agar penebangan kayu dapat dikurangi
tanpa harus mengesampingkan kebutuhan manusia akan kayu. Untuk memperoleh kayu
yang awet dapat dilihat dari kandungan kimia pada kayu tersebut, terutama
kandungan zat ekstraktif yang sangat berperan dalam pengawetan kayu. Selain
untuk mengawetkan kayu, zat ekstraktif juga sangat dibutuhkan untuk berbagai
keperluan. Laporan praktikum ini membahas tentang zat ekstraktif yang terdapat
pada kayu durian. Laporan ini membahas tentang zat ekstraktif yang terkandung
dalam kayu durian (Durio ziberthinus) yang merupakan kayu
buah atau biasa disebut kayu sembarang yang dilarutkan dengan menggunakan air
dingin.
b. Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui kelarutan zat ekstraktif kayu durian pada air
dingin.
TINJAUAN
PUSTAKA
Kayu merupakan hasil
hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh
bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian,
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali
dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja
dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan,
akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya
apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu
mahal.
Komponen
kimia kayu di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan
kegunaan sesuatu jenis kayu. Juga dengan mengetahuinya, kita dapat membedakan
jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu
terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan
pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya
komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur, yaitu
unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa, unsur non-
karbohidrat terdiri dari lignin, dan unsur yang diendapkan dalam kayu selama
proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. Komponen kimia
penyusun kayu dibedakan atas komponen primer dan sekunder. Komponen primer
adalah senyawa-senyawa yang merupakan bagian integral dinding sel, artinya
menyatu dengan dinding sel. Sedangkan komponen sekunder adalah komponen di luar
dinding sel yang disebut juga ekstraktif dan atau zat-zat infiltrasi
atau komponen luar karena tidak merupakan bagian integral dinding sel, tetapi
diendapkan dalam rongga sel dan meresap dalam rongga-rongga mikro dalam dinding
sel (Soenardi, 1997).
Distribusi
komponen kimia dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan
hemiselulosa banyak tedapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak
terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di
luar dinding sel kayu. Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah Karbon
50%, Hidrogen 6%, Nitrogen 0,04 – 0,10%, Abu 0,20 – 0,50%, dan sisanya adalah
Oksigen. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO2
dan dari tanah berupa H2O. Namun, dalam kayu juga terdapat unsur-unsur lain
seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Unsur-unsur tersebut tergabung dalam
sejumlah senyawa organik, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian (Fengel danWegener
1995) yaitu:
- Komponen lapisan luar yang terdiri atas fraksi-fraksi yang dihasilkan oleh kayu selama pertumbuhannya. Komponen ini sering disebut dengan zat ekstraktif. Zat ekstraktif ini adalah senyawaan lemak, lilin, resin dan lain-lain.
- Komponen lapisan dalam terbagi menjadi dua fraksi yaitu fraksi karbohidrat yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, fraksi non karbohidrat yang terdiri dari lignin.
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi
oleh faktor tempat tumbuh,iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang
mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan air. Banyaknya
rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya
minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat wsarna. Zat
ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam
rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena dapat
mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu, dapat
digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu, dapat digunakan sebagai bahan
industri, dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada
alat-alat pertukangan (Sunyata, 2010).
Ekstraktif kayu adalah
zat-zat yang larut dalam pelarut netral seperti eter, alkohol, benzen, air, dan lain-lain. Ekstraktif tidak merupakan bagian dari
struktur dinding sel tetapi terdapat dalam rongga sel. Kehadiran bahan-bahan
ekstrakrif dapat memiliki pengaruh besar terhadap kerapatan kayu. Ekstraktif tidak hanya
penting untuk mengerti taksonomi dan biokimia pohonpohon, tetapi juga penting
bila dikaitkan dengan aspek-aspek teknologi. Ekstraktif merupakan bahan dasar yang berharga dalam
pembuatan bahan kimia organik. Hasil penelitian pada kayu Bakau kadar ekstraktif pada
arah aksial menunjukkan persentase menurun dari pangkal ke ujung pohon dan pada
arah radial meningkat dari
hati ke kulit (Suhaefi 1998).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul kelarutan
zat ekstraktif dalam air dingin dilaksanakan pada hari jumat tanggal 24 September
2010 pukul 14.00 WIB sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas piala 400 ml, kertas saring, timbangan digital, dan oven.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serbuk kayu dan aquades.
Prosedur
Kerja
Prosedur
yang digunakan adalah pertama dimasukkan 2 gram serbuk kering udara ke dalam
gelas piala 400 ml dan tambahkan aquades sebanyak 150 ml, kemudian aduk secara
berkelanjutan dngan cara manual atau dengan menggunakan tangan selama 48 jam,
selanjutnya serbuk yang telah diaduk selama 48 jam disaring dengan menggunakan
kertas saring yang telah dipotong melingkar dengan diameter 10 cm dan telah
diketahui beratnya, serbuk yang telah ditampung dengan kertas saring kemudian
dibilas dengan aquades sebanyak 150 ml. serbuk yang telah disaring dimasukan ke
dalam oven dengan suhu 100 ± 5o C selama 4 jam, lalu dinginkan dalam
desikator dan timbang beratnya. Lakukan pengeringan dan penimbangan beberapa
kali hingga beratnya konstan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar