H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 03 Agustus 2012

KELARUTAN EKSTRAK DENGAN AIR DINGIN



PENDAHULUAN

a.       Latar Belakang
Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda, bahkan kayu yang berasal dari satu jenis pohon mungkin memiliki sifat yang berbeda jika dibandingkan dengan bagian lainnya. Karena kayu memilikikeragaman komposisi serta susunan kimia yang berbeda, maka kayu memiliki tingkat keragaman penggunaan yang berbeda pula (Dumanauw,1990).

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.  Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. 

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. 

Kebutuhan manusia akan kayu semakin hari semakin bertambah, sementara hutan di Indonesia semakin sedikit bahkan mengalami pendegradasian hutan. Oleh karena itu diperlukan jenis-jenis kayu yang awet dan tahan lama agar penebangan kayu dapat dikurangi tanpa harus mengesampingkan kebutuhan manusia akan kayu. Untuk memperoleh kayu yang awet dapat dilihat dari kandungan kimia pada kayu tersebut, terutama kandungan zat ekstraktif yang sangat berperan dalam pengawetan kayu. Selain untuk mengawetkan kayu, zat ekstraktif juga sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan. Laporan praktikum ini membahas tentang zat ekstraktif yang terdapat pada kayu durian. Laporan ini membahas tentang zat ekstraktif yang terkandung dalam kayu durian  (Durio ziberthinus) yang merupakan kayu buah atau biasa disebut kayu sembarang yang dilarutkan dengan menggunakan air dingin.



b.       Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kelarutan zat ekstraktif kayu durian pada air dingin.



TINJAUAN PUSTAKA


Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.

Komponen kimia kayu di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Juga dengan mengetahuinya, kita dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur, yaitu unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa, unsur non- karbohidrat terdiri dari lignin, dan unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. Komponen kimia penyusun kayu dibedakan atas komponen primer dan sekunder. Komponen primer adalah senyawa-senyawa yang merupakan bagian integral dinding sel, artinya menyatu dengan dinding sel. Sedangkan komponen sekunder adalah komponen di luar dinding sel yang disebut juga ekstraktif dan atau zat-zat infiltrasi atau komponen luar karena tidak merupakan bagian integral dinding sel, tetapi diendapkan dalam rongga sel dan meresap dalam rongga-rongga mikro dalam dinding sel (Soenardi, 1997).

Distribusi komponen kimia dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak tedapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu. Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah Karbon 50%, Hidrogen 6%, Nitrogen 0,04 – 0,10%, Abu 0,20 – 0,50%, dan sisanya adalah Oksigen. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO2 dan dari tanah berupa H2O. Namun, dalam kayu juga terdapat unsur-unsur lain seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Unsur-unsur tersebut tergabung dalam sejumlah senyawa organik, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian (Fengel danWegener 1995) yaitu:
  1. Komponen lapisan luar yang terdiri atas fraksi-fraksi yang dihasilkan oleh kayu selama pertumbuhannya. Komponen ini sering disebut dengan zat ekstraktif. Zat ekstraktif ini adalah senyawaan lemak, lilin, resin dan lain-lain.
  2. Komponen lapisan dalam terbagi menjadi dua fraksi yaitu fraksi karbohidrat yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, fraksi non karbohidrat yang terdiri dari lignin.
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh,iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat wsarna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu, dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu, dapat digunakan sebagai bahan industri, dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat pertukangan (Sunyata, 2010).

Ekstraktif kayu adalah zat-zat yang larut dalam pelarut netral seperti eter, alkohol, benzen, air, dan lain-lain.  Ekstraktif tidak merupakan bagian dari struktur dinding sel tetapi terdapat dalam rongga sel. Kehadiran bahan-bahan ekstrakrif dapat memiliki pengaruh besar terhadap kerapatan kayu. Ekstraktif tidak hanya penting untuk mengerti taksonomi dan biokimia pohonpohon, tetapi juga penting bila dikaitkan dengan aspek-aspek teknologi. Ekstraktif merupakan bahan dasar yang berharga dalam pembuatan bahan kimia organik. Hasil penelitian pada kayu Bakau kadar ekstraktif pada arah aksial menunjukkan persentase menurun dari pangkal ke ujung pohon dan pada arah radial meningkat dari hati ke kulit   (Suhaefi 1998).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
            Praktikum yang berjudul kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin dilaksanakan pada hari jumat tanggal 24 September 2010 pukul 14.00 WIB sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas piala 400 ml,  kertas saring, timbangan digital, dan oven. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serbuk kayu dan aquades.

Prosedur Kerja
            Prosedur yang digunakan adalah pertama dimasukkan 2 gram serbuk kering udara ke dalam gelas piala 400 ml dan tambahkan aquades sebanyak 150 ml, kemudian aduk secara berkelanjutan dngan cara manual atau dengan menggunakan tangan selama 48 jam, selanjutnya serbuk yang telah diaduk selama 48 jam disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah dipotong melingkar dengan diameter 10 cm dan telah diketahui beratnya, serbuk yang telah ditampung dengan kertas saring kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 150 ml. serbuk yang telah disaring dimasukan ke dalam oven dengan suhu 100 ± 5o C selama 4 jam, lalu dinginkan dalam desikator dan timbang beratnya. Lakukan pengeringan dan penimbangan beberapa kali hingga beratnya konstan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar