H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 03 Agustus 2012

PENGAWETAN KAYU DURIAN ( Durio zibethinus) DENGAN METODE PERENDAMAN LARUTAN ASAM BORAKS





Dosen Pembimbing:
Ridwanti Batubara, S.Hut, MP


PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pengawetan kayu, suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan meningkatkan daya tahan kayu terhadap organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu (Anonim, 1999). Bahan pengawet kayu, yaitu bahan kimia tunggal atau campuran yang dapat mencegah kerusakan kayu terhadap salah satu atau kombinasi antara pelapukan (decay), serangga (termite), binatang laut penggerek kayu (marine borer), api (fire), cuaca (weathering), penyerapan air dan reaksi kimia (Anonim, 1976). Pengawetan dapat dilakukan dengan dua cara, pertama terhadap dolok segar yang baru ditebang dan papan basah yang baru digergaji untuk mencegah jamur biru dan kumbang ambrosia. Kedua, terhadap kayu siap pakai dalam arti meningkatkan keawetan atau daya tahan kayu terhadap OPK.     Bahan pengawet kayu adalah pestisida yang bersifat racun sistemik, yaitu masuk ke dalam jaringan kayu kemudian bersentuhan atau dimakan oleh hama (sistemik) atau sebagai racun kontak, yaitu langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat pemberian sehingga beracun bagi hama. Penerapannya dapat dilakukan dengan berbagai macam cara mulai dari cara sederhana, seperti pelaburan, penyemprotan, pencelupan, perendaman, dan atau diikuti proses difusi sampai dengan cara vakum-tekan

            Bahan pengawet kayu yang dapat digunakan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu bahan pengawet: berupa minyak, larut dalam pelarut organik dan pelarut air (Hunt dan Garrat, 1986). Perbedaan bahan pengawet berupa senyawa organic dan anorganik dicirikan oleh bahan aktif, daya tahan terhadap pencucian, cara pemakaian dan tujuan akhir penggunaan kayu. Bahan pengawet pelarut organic dipakai pada pengawetan kayu kering. Sedang bahan pengawet pelarut air dapat dipakai pada mengawetkan kayu kering dan kayu basah Secara singkat metode pengawetan dibagi ke dalam dua golongan, yaitu cara tanpa tekanan (non pressure process) dan cara tekanan (pressure process). Proses tanpa tekanan atau disebut proses sederhana, seperti: pelaburan, penyemprotan, pencelupan, perendaman panas, dingin dan proses difusi mudah dalam penerapannya sehingga bisa dilakukan oleh semua orang. Proses tekanan relative lebih sulit karena memerlukan peralatan yang mahal dan keahlian khusus dalam mengoperasikannya. Proses tekanan memiliki banyak variasi, tetapi secara teknis dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu proses sel penuh (full cell process) seperti proses Bethel dan proses sel kosong (empty cell process) seperti proses Rueping. Kedua proses itu prinsip kerjanya sama yang berbeda pada pelaksanaan awal. Contoh pada proses sel penuh dilakukan vakum awal, pada proses sel kosong tanpa vakum tetapi langsung pemberian tekanan udara. Pengawetan dilakukan dalam tabung tertutup yang dibuat dari baja yang tahan terhadap tekanan tinggi sampai di atas 23,5 kg/cm2 atau 250 psi. Masing-masing proses memiliki tujuan tertentu dan berhubungan dengan banyaknya bahan pengawet yang diserap (diabsorpsi) dan kedalaman penembusannya.

Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat retensi dan penetrasi kayu durian (Durio zibethinus).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
            Praktikum yang berjudul Pengawetan Kayu Durian ( Durio zibethinus) dengan Metode Perendaman Larutan Asam Boraks dilakukan pada 18 Desember sampai selesai di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi  Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kayu Durian berukuran panjang 25 cm sebanyak 9 potong kayu, larutan asam boraks 1%, 2%, dan 3% dengan pelarut air dan ekstrak curcuma (kunyit).
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak plastik, gelas ukur, batang pengaduk, kayu ganjal, alat tulis, dan kamera digital.

Prosedur Praktikum
Pengukuran Retensi
1.        Disiapkan alat dan bahan
2.        Disiapkan larutan asam boraks dengan kadar 1%,2% dan 3% dengan bahan ulangan 3 kali
3.        Disiapkan sampel panjang 25 x 5 x 2 cm masing-masing kelompok berbeda jenis kayunya. Jadi semua ada 9 sampel
4.        Ditimbang sampel kayu tersebut semua sebelum direndam. Stelah itu diukur dimensi panjang, lebar dan tebal untuk menentukan volumenya
5.        Direndam kesembilan sampel pada bak larutan dengan konsentrasi masing-masing selama 1 minggu
6.        Ditimbang kembali sampel yang sudah direndam dan diukur kembali dimensi panjang lebar dan tebalnya.
7.        Dikering kipas anginkan, kemudian hitung retensinya dengan rumus sebagai berikut :

Retensi =  Selisih Berat   x Konsentrasi
                    Volume

                
Pengukuran Penetrasi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipotong sampel 5 cm pada ujung dan pangkal
3. Disemprotkan 4 gr ekstrak curcuma dalam 100 ml alkohol (disemprot 3 kali dalam 5 menit), lalu dibiarkan mengering
4. Disemprotkan lagi pada pereaksi kedua dengan 40 ml HCl dalam 160 ml alkohol (disemprotkan 3 kali dalam 5 menit) dibiarkan mengering.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohim, S. 1992. Pengawetan Tiga Jenis Kayu untuk Barang Kerajinan memakai Dua Jenis Bahan Pengawet Bor Secara Rendaman Dingin. Jurnal Penelitian Hasil Hutan10 (2): 54-58.
Abdurrohim, S dan A, Martawijaya. 1983. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keterawetan Kayu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengawean Kayu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Jakarta.
Basri, E. 2005. Mutu Kayu Mangium dalam Beberapa Metode Pengeringan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23 (2): 119 - 129. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.
Duljapar, K. 1996. Pengawetan Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dumanauw, J. F. 2003. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
Hunt, G. M., dan G. A. Garrat. 1994. Pengawetan Kayu (Terjemahan). Akademika Pressindo. Edisi Pertama. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar