PENDAHULUAN
Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan. Asosiasi adalah suatu komunitas tumbuhan yang mempunyai komposisi tumbuhan berbunga di dalam suatu formasi. Kerapatan hutan disebabkan oleh adanya semak belukar, tanaman penutup tanah, dan adanya pohon-pohon pemanjat. Adanya rumpang dan susunan daun berlapis, maka didalamnya tercipta beraneka ragam kondisi iklim mikro yang menjadi habitat bagi berbagai jenis lumut, epifit, liana rotan, semak, dan perdu. Hal ini mendorong terciptanya habitat berbagai jasad renik dan fauna yang disebabkan oleh adanya ketersediaan pakan. Hutan yang tumbuh dan berkembang tidak lepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya, terutama lingkungan (Arief, 2004).
Kenyataan yang tak dapat disangkal adalah bahwa manusia hidup didalam sekaligus berinteraksi beserta lingkungan alamnya. Tuhan mengaruniai alam kepada manusia, sebagai makhluk berakal, agar bisa memetik kemanfaatan-kemanfaatan secara berkelanjutan (sustainable). Dalam hidupnya, manusia secara erat berhubungan dengan lingkungannya. Aktivitas manusia mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya kehidupan manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya itu membentuk suatu sistem ekologi yang disebut ekosistem. Sistem itu terdiri dari suatu kompleks komponen-komponen subsistem yang saling berhubungan (Susilo, 2005).
Komponen ekosistem yang lengkap harus mengandung produsen, konsumen, pengurai, dan komponen tak hidup (abiotik). Setiap ekosistem mempunyai tiga karakteristik dasar, yaitu (1) komponen, (2) struktur, dan (3) fungsi ekosistem. Proses terpenting dalam ekosistem adalah aliran energi dan perputaran materi sehingga kelangsungan hidup dan dinamika di dalam ekosistem tersebut tetap terjamin. Hutan dapat dipandang sebagai suatu ekosistem, berdasarkan kelengkapan komponennya. Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Oleh karena ekosistem mencakup organisme dan lingkungan abiotiknya yang saling berinteraksi, maka ekosistem merupakan satuan dasar fungsional ekologi (Onrizal, 2008).
Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya kegiatan yang berjudul “Pengenalan Ekosistem Hutan” ini adalah :
- Untuk mengenal dan mempelajari komponen-komponen pembentuk ekosistem hutan.
- Dapat membedakan ekosistem hutan dengan ekosistem selain hutan.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan dan kehutanan merupakan pengetahuan yang sangat beragam, karena didalamnya mengulas berbagai macam ilmu yang terkait dengan hutan dan kehutanan. Hutan di muka bumi ini mempunyai berbagai macam fungsi, sehingga perlu diketahui macam dan isinya, baik di dalam maupun di kawasan sekitarnya. Di dalam hutan akan terjadi pula persaingan antar anggota-anggota yang hidup saling berdekatan, misalnya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, sinar matahari, ataupun tempat tumbuh. Hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tetumbuhan paling besar yang mampu pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya, sejauh tidak melampaui batas-batas yang dapat ditoleransi (Arief, 2004).
Karena hutan diartikan sebagai suatu asosiasi, maka antara jenis pohon yang satu dan jenis pohon lain yang terdapat didalamnya akan saling tergantung. Jenis-jenis tanaman yang tidak menyukai sinar matahari penuh tentu memerlukan perlindungan dari tanaman yang lebih tinggi dan suka akan sinar matahari penuh. Tanaman yang suka sinar matahari penuh akan memperoleh keuntungan dari tanaman yang hidup di bawahnya karena mampu menjaga kelembapan dan suhu yang diperlukan oleh tanaman tinggi tersebut (Arief, 2004).
Tanah yang subur adalah tanah yang mmpunyai profil dalam lebih dari 150 cm dengan pH 6-6,5, mempunyai aktivitas mikroorganisme yang baik serta kandungan haranya cukup untuk pertumbuhan tanaman. Kalau kesuburan hanya menyangkut tentang kondisi tanah semata, maka pengertian produktivitas tanah berarti kaitan antara kesuburan tanah sekaligus cara pengaturan dan pengelolaan tanah untuk tanaman. Kritisnya tanah selain karena erosi juga disebabkan kondisi iklim mikro dan makro, pancaran sinar matahari karena berkaitan dengan penguapan, awan dan curah hujan yang turun. Oleh karena itu tanah merupakan tempat hidup hampir semua tanaman dan belum tergantikan fungsinya (Isnaini, 2006).
Suhu tanah dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada siang hari permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini juga disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya pada malam hari, permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada permukaan tanah akan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam (Lakitan, 2002).
Pengukuran dan pengambilan contoh tumbuhan atau analisis vegetasi secara garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode petak contoh dan metode tanpa petak. Pengukuran yang dilakukan pada petak contoh tersebut digunakan sebagai penaksir dari keadaan semua lokasi penelitian. Kehidupan organisme juga tergantung pada organisme lainnya, antara lain sebagai makanannya. Hewan tidak bisa menangkap energi dari sinar matahari sebagai sumber energi baginya. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi kehidupannya hewan memakan organisme lainnya. Sumber daya bagi kehidupan organisme didapatkan dari lingkungannya, yaitu habitatnya. Bila dua jenis organisme hidup pada habitat yang sama dan membutuhkan makanan yang sama, kemungkinan kedua spesies itu dapat terjadi kompetisi, walaupun belum pasti. Komposisi organisme penyusun komunitas yang menempati suatu daerah dapat ditulis berupa nama jenis penyusunnya, dan biasanya disusun dalam bentuk table (Muhammad, 2002).
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1. Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2. Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3. Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
4. Rantai Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.
Gambar 1. Tingkat tropik level
Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.
Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota tingkat trofik keempat (Anonimous, 2009).
Seluruh kehidupan di alam raya bersama lingkungan secara keseluruhan menyusun ekosfir. Ekosfir yang dihuni oleh berbagai komunitas biota yang mandiri serta lingkungan abiotik (anorganik) dan sumber-sumbernya disebut ekosistem. Setiap ekosistem dicirikan oleh adanya kombinasi yang unik antara biota (organisme) dan sumber-sumber abiotik yang berfungsi memelihara kesinambungan aliran energi dan nutrisi hara bagi biota tersebut. Dalam ekosistem tanah terdapat tiga kelompok biota terpenting, yaitu :
- Foto-ototrofik, yang mencakup tetumbuhan tingkat tinggi dan beberapa algae.
- Khemo-ototrofik, seperti bakteri nitrifikasi dan bakteri pengoksidasi sulfur.
- Khemo-heterotrofik, seperti hewan, protozoa, jamur dan beberapa bakteri. (Hanafiah, dkk, 2005).
Padang rumput dan hutan paku-pakuan merupakan vegetasi, dimana lain semak tidak memegang peranan penting. Ada beberapa bentuk transisi arah hutan semak ini. Paku-pakuan terutama merupakan jenis Nephrolepis, Blechnum, Pterdium, dan Pteris. Hutan rumput atau padang rumput dapat berbeda sekali rumputnya, kebanyakan merupakan campuran. Penyusunnya ternyata berbeda pula menurut musimnya, misalnya Andropogon aciculatus suatu rumput biasa tetapi di musim hujan merupakan gangguan bijinya, sedangkan dimusim kemarau ditempat yang sama bentuk vegetasinya adalah Polytrias. Nama ‘alang-alang’ kerap kali dipakai sebagai nama kumpulan dari rumput yang tinggi dan kasar (Steenis, 2006).
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Ekositem hutan dan 1 (satu) ekosistem selain hutan sebagai bahan percobaan
- Buku panduan praktikum ekologi hutan sebagai acuan mahasiswa dalam menjalani praktikum
- Manual pengenalan jenis tumbuhan dan satwa sebagai bahan acuan dalam mengenali flora dan fauna yang ada di areal percobaan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Meteran 20 m untuk mengukur luas areal yang dipercobakan
- Patok kayu dan bambu dengan tinggi sekitar 30 cm sebagai tanda batas areal yang dipercobakan
- Tali plastik sebagai pembatas areal yang dipercobakan
- Kaca pembesar untuk melihat organisme-organisme mikro yang ada di areal percobaan
- Termometer untuk mengukur suhu lingkungan
- Kompas untuk mengetahui arah utara bumi
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Dibuat satu petak contoh pada ekosisem hutan berukuran 20 m x 20 m dan satu petak contoh pada ekosistem selain hutan dengan ukuran 10 m x 10 m.
- Dibuat sub-sub petak contoh berukuran 5 m x 5 m pada petak contoh diatas, sehingga di ekosistem hutan akan terdapat 16 subpetak contoh dan 4 subpetak contoh di ekosistem selain hutan.
- Dilakukan inventarisasi dan identifikasi pada setiap subpetak contoh terhadap jenis dan jumlah individu semua komponen biotic (tumbuhan dan satwa) dan pengukuran terhadap komponen-komponen abiotik (suhu, kelembaban, kemasaman tanah, dan ketinggian tempat dari permukaan laut) dikedua ekosistem tersebut.
- Dilakukan inventarisasi dan identifikasi komponen biotik dilakukan di setiap subpetak.
- Dilakukan pengukuran sebanyak 3 (tiga) kali, yakni pada pagi (antara pukul 07.00-08.00), siang (antara pukul 12.00-13.00), dan sore (antara pukul 17.00-18.00).
- Dituliskan peranan komponen biotic dalam ekosistem tersebut
- Dibuat piramida jumlah individu dari komponen abiotik.
- Dibuat jaring pangan dari semua komponen biotik yang terdapat di dalam ekosistem yang dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar