H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 06 Mei 2011

VOLUME KAYU KEHUTANAN


VOLUME KAYU

PENDAHULUAN
Latar Belakang
          Kayu adalah bahan yang bersifat higroskopis yaitu kemampuan kayu untuk menyerap dan melepaskan air, baik dalam bentuk cairan atau uap air. Penyerapan atau pelepasan air tergantung pada suhu dan kelembapan sekitarnya, serta jumlah air yang ada di dalam kayu. Kadar air kayu akan berubah dengan berubahnya kondisi udara di sekitarnya. Perubahan kadar air kayu akan berpengaruh terhadap dimensi dan sifat-sifat kayu.
            
                                        Gambar 1. Batang Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
          Kadar air kayu adalah kandungan (banyaknya) air yang terdapat di dalam kayu diperbandingkan dengan berat kering tanur (BKT) kayu tersebuut dan dinyatakan dalam persen (%). Air di dalam kayu bergerak dalam 3 arah yaitu arah longitudinal, radial, dan tangensial. Pergerakan air yang paling cepat adalah pada arah longitudinal kemudian ke arah radial dan paling lambat arah tangensial. Kayu juvenil memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan kayu dewasa. Hal ini terjadi karena kayu juvenil memiliki dinding sel yang lebih tipis dan rongga sel yang lebih lebar dibandingkan kayu dewasa sehingga kemampuan kayu juvenil untuk menampung air menjadi lebih besar.
                       
Tujuan
            Adapun tujuan dari kegiatan penelitian yang berjudul “Pengukuran Volume Kayu” ini adalah agar dapat memahami cara  pengukuran volume kayu dan mengetahui bagian tiga dimensi pada kayu.

TINJAUAN PUSTAKA

Semakin tingginya kebutuhan kayu dari hutan telah menyebabkan menipisnya persediaan sehingga untuk menanggulanginya pemerintah mengeluarkan program HTI yang tertuang dalam PP No. 6 dan 7 tahun 1990 tentang kawasan non produktif serta Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, yang bertujuan agar kebutuhan kayu di masa yang akan datang tidak terlalu bergantung pada hutan alam. Seiring dengan menipisnya potensi jenis-jenis kayu yang diminati (kayu komersial), maka masyarakat mulai beralih mencari jenis kayu lainnya sebagai pengganti, yang pemanfaatannya mengarah kepada sifat yang dimiliki oleh kayu tersebut dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Kadar air maksimum terjadi pada waktu seluruh rongga sel penuh berisi air dan dinding sel jenuh air. Pada kayu basah yang baru ditebang, kadar air dapat mencapai 40 % pada kayu berat dan 200 % pada kayu ringan, bahkan untuk kayu yang sangat ringan seperti kayu Balsa kadar airnya dapat mencapai 400 %. Kadar air pada bagian gubal lebih tinggi dari pada bagian kayu teras. Kadar air keseimbangan adalah kadar air dimana kayu tidak melepaskan atau mengikat uap air dari dalam udara sekelilingnya atau kadar air kayu sesuai dengan kadar air lingkungan sekitarnya. Dalam praktiknya terjadi perubahan kelembaban dan suhu udara. Perubahan ini akan diikuti dengan perubahan kadar air kayu secara bertahap sampai terjadi keseimbangan.
            Apabila kayu dikeringkan maka kayu air di dalam kayu akan menguap sehingga kadar airnya berada di bawah TJS. Pada saat kadar air di bawah TJS, adanya pelepasan dan pengikatan uap air oleh kayu akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi kayu. Susut terjadi apabila kayu kehilangan air terikat dalam dinding sel di bawah TJS, sedangkan kembang terjadi apabila air masuk ke dalam struktur kayu dan berinteraksi dengan selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Di dalam satu jenis pohon, bisa terjadi variasi kadar air, misalnya antara kayu gubal dengan kayu teras, kayu juvenil (remaja) dengan kayu dewasa.
Ada dua hal yang terjadi pada perubahan dimensi kayu, yaitu penyusutan dan pengembangan kayu. Penyusutan kayu merupakan Penyusutan dinding sel terjadi saat molekul‑molekul air terikat melepaskan diri dari molekul‑molekul selulosa berantai panjang dan molekul-­molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak saling mendekat. Banyaknya penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Pengembangan secara sederhana adalah kebalikan proses ini.
Penyusutan dan pengembangan dinyatakan sebagai persen dimensi sebelum perubahan terjadi.  % penyusutan = (pengurangan dalam dimensi atau volume / dimensi atau volume awal) x 100 , % pengembangan = (pertambahan dalam dimensi atau volume / dimensi atau volume awal) x 100
Penyusutan longitudinal kayu normal dapat diabaikan dalam penggunaan praktek, sehingga papan gergajian dan produk‑produk papan gergajian­ dalam pemanfaatannya sebagai bahan bangunan menjadi sangat berguna. Biasanya penyusutan longitudinal terjadi dalam pengeringan dari keadaan segar ke kering tanur dengan besar sekitar 0,1‑0,2 % untuk kebanyakan spesies dan biasanya jarang melebihi 0,4%.

METODE KERJA KEGIATAN

Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1.      Kayu keranji, sebagai objek yang diamati,
2.      Kayu embacang, sebagai objek yang diamati,
3.      Buku data, untuk menulis hasil-hasil pengukuran,
4.      Air, sebagai bahan untuk membasahi kayu keranji dan kayu embacang,
5.      Label nama, sebagai penanda kayu,
6.      Alat tulis, untuk menuliskan data-data pengukuran,
7.      Penggaris, sebagai pelurus dalam membuat tabel pengukuran.
Alat
            Adapun alat yang digunakan pada paktikum ini adalah :
1.      Pisau, sebagai alat untuk memotong pisau,
2.      Ember, sebagai wadah pembasah kayu,
3.      Kipas angin, untuk mengeringkan kayu yang basah,
4.      Desikator, sebagai penetral suhu

Prosedur Praktikum
            Adapun prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut :

A. Pengukuran Bidang 3 Dimensi Kayu
  1. Disiapkan alat dan bahan yang akan diamati
  2. Dipotong masing-masing kayu menjadi 4 bagian serta dilakkukan pembagian yaitu no 1 dikembalikan ke asisten, no 2 dibagi lagi menjadi 4 bagian menjadi 2a dan 2b. Kayu 2a (2 buah) dipakai pengukuran panjang bidang 3 dimensi dan kayu 2b (2 buah) digunakan untuk penngukuran volume.
1                       2a        2b                                        


1                       2a      2b
 
1                       2


1                       2
 
                                                                                












 






  1. Pada kayu keranji dan kayu embacang (2a) sebanyak dua buah diukur panjang longitudinal, radial, dan tangensialnya dan dicatat di buku data.

B. Pengukuran Volume Kayu
  1. Setelah diukur bidang tiga dimensi kayu tersebut dan berat awal, maka dilakukan perendaman pada kedua jenis kayu tersebut selama 1 minggu.
  2. Setelah satu minggu maka kedua jenis kayu tersebut diukur kembali bidang 3 dimensinya dan juga berat akhirnya tetapi sebelum diukur dikeringakan selama 1 jam.
  3. Dilakukan perbandingan dengan data yang sebelumnya.
  4. Dikipasanginkan kedua jenis kayu tersebut selama 1 minggu.
  5. Diukur kembali bidang 3 dimensi kayu tersebut beserta berat akhirnya setelah itu di ukur panjang, lebar, dan tebalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar