H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Sabtu, 22 Oktober 2011

KONSERVASI FAUNA : HARIMAU


TEKNIK KONSERVASI HARIMAU SUMATERA
(Panthera tigris sumatrae) DI TAMAN SAFARI BOGOR

Latar Belakang
Dalam mengelola hutan, kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih dominan daripada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan. Proses ini berjalan linear dengan akselerasi perekonomian global dan pasar bebas. Pasar bebas pada umumnya mendorong setiap negara mencari komposisi sumberdaya yang paling optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor. Negara yang kapabilitas teknologinya rendah seperti Indonesia cenderung akan membasiskan industrinya pada bidang yang padat yaitu sumber daya alam. Hal ini ditambah dengan adanya pemahaman bahwa mengexploitasi sumber daya alam termasuk hutan adalah cara yang paling mudah dan murah untuk mendapatkan devisa ekspor.
Industrialisasi di Indonesia yang belum mencapai taraf kematangan juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri padat seperti itu. Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut membuat Indonesia terpaksa mengeksploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan untuk dapat membayar hutang negara. Inilah yang membuat ekspor non-migas Indonesia masih didominasi dan bertumpu pada produk-produk yang padat seperti hasil-hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang dan eksplorasi hasil hutan lainnya terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatan-kegiatan ini sering dilakukan dengan cara yang exploitative dan disertai oleh aktivitas-aktivitas illegal yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya memperparah dan mempercepat terjadinya kerusakan hutan.
Kerusakan hutan yang sudah sedemikian parah, selain berimbas pada rusaknya lingkungan secara global, juga menimbulkan masalah baru. Kemiskinan, bencana alam, kekeringan dan banjir sepertinya sudah menjadi agenda rutin bagi masyarakat Indonesia. Menyempitnya lahan hutan menimbulkan masalah baru, yaitu tergerusnya ekosistem satwa-satwa di habitatnya. Akibatnya konflik antara satwa dengan manusia tidak terelakan lagi. Menyempitnya habitat satwa, mengakibatkan jumlah satwa terus menerus menurun, belum lagi ditambah oleh perburuan liar meengakibatkan jumlah satwa semakin sedikit saja.
Hal itu pula yang terjadi pada harimau Sumatra, Setelah 2 spesies yang pernah hidup di Indonesia yaitu Harimau Jawa dan Bali punah, keberadaannya semakin mengkhawatirkan. Jumlahnya sekarang ditengarai tidak lebih dari 300 ekor saja.  Banyaknya perburuan terhadap satwa yang merupakan mangsa Harimau juga semakin mengancam keberadaan populasi harimau Sumatera. Dari waktu ke waktu habitat harimau Sumatera mengalami penyusutan dan penurunan kualitas. Kondisi ini telah menyebabkan Harimau Sumatera yang populasinya terancam punah dan statusnya dilindungi undang-undang menjadi terdesak lalu masuk ke pemukiman dan menimbulkan konflik yang menyebabkan korban jiwa, luka-luka, dan kerugian harta benda. Selain itu populasi harimau yang terpencar di berbagai kawasan hutan yang terfragmentasi sebagian besar dari populasinya berada di bawah populasi normal (Viable Population) yang kondisinya sulit untuk melangsungkan keturunannya dalam waktu panjang. 


Gambar 1. Keterangan Lembaga Konservasi Di Sumatera

Upaya penanganan konflik antara manusia dengan harimau selama ini masih terbatas pada kegiatan menangkap harimau penyebab konflik dan memindahkannya ke Kebun Binatang atau Lembaga Konservasi Eksitu lainnya. Apabila upaya penanganan konflik seperti ini terus dilakukan maka akan terjadi kepunahan harimau sumatera secara lokal di alam dan selanjutnya akan terjadi kepunahan secara menyeluruh di habitat aslinya, yaitu di Pulau Sumatera. Pelepasliaran Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNNBS) di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung merupakan upaya penyelamatan satwa langka Indonesia. 

Gambaran Umum Kondisi Taman Safari Bogor
Taman Safari Indonesia I (TSI I) atau biasa disebut Taman Safari Indonesia Cisarua adalah sebuah tempat rekreasi keluarga yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada habitat satwa di alam bebas. Obyek wisata Taman Safari Indonesia Cisarua adalah merupakan perpaduan antara kebun binatang modern dan wisata alam. Taman Safari Indonesia I (TSI I) terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia.  Taman Safari Indonesia Cisarua berdiri pada tahun 1980 dengan menempati areal seluas 138,5 Ha dan resmi dibuka untuk umum pada tahun 1986. Taman ini didirikan diatas sebuah perkebunan teh yang sudah tidak produktif lagi, terletak pada ketinggian 900 m sampai 1.800 m diatas permukaan laut, suhu rata-rata 16 °C – 24 °C dan sekaligus menjadi penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Oleh Bapak Soesilo Soedarman, sebagai Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada masa itu, ditetapkanlah Taman Safari Indonesia di Cisarua sebagai Obyek Wisata Nasional.  Pada tanggal 16 Maret 1990, oleh Bapak Ir. Hasyrul Harahap, sebagai Menteri Kehutanan pada masa itu, diresmikanlah Taman Safari Indonesia di Cisarua menjadi Lembaga Konservasi Ex-situ dan Pusat Penangkaran Satwa Langka di Indonesia.  Taman Safari Indonesia Cisarua selain sebagai lokasi rekreasi, Taman Safari juga mempunyai beberapa fungsi, yaitu ikut aktif didalam membantu usaha perlindungan dan pelestarian populasi jenis satwa yang terancam punah karena kehilangan habitat. Selain itu berfungsi juga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dengan melakukan berbagai penelitian untuk mendukung pelestarian satwa, serta melakukan kampanye, pendidikan dan penyuluhan mengenai konservasi.
Taman Safari memiliki koleksi satwa lebih dari 2.500 ekor, yang terdiri dari 250 species dan sebagian besar merupakan satwa langka.  Beberapa macam satwa langka antara lain : Harimau Sumatera ( panthera tigris sumatrae ), Gajah Sumatera ( elephas maximus sumatrae ), Curik Bali ( leucopsar rotsildi ), Anoa   (bubalus depressicornis) dan berbagai jenis reptil. Taman Safari Indonesia Cisarua memiliki koleksi satwa lokal maupun satwa dari luarnegeri. Satwa lokal, antara lain seperti : Komodo, Bison, Beruang Hitam Madu, Harimau Putih, Gajah, Anoa dan lain-lainnya.
Deskripsi tentang Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)
Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg. 


Gambar 2. Harimau Sumatera

Harimau sumatera jantan memiliki rata-rata panjang dari kepala hingga ekor 240 cm dan berat 120 kg. Sedangkan betina memiliki ratarata panjang dari kepala hingga ekor 220 cm dan berat 90 kg. Sejak tahun 1996 harimau sumatera dikategorikan sebagai sangat terancam kepunahan (critically endangered) oleh IUCN (Cat Specialist Group 2002). Pada tahun 1992, populasi harimau sumatera diperkirakan hanya tersisa 400 ekor di lima taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak dan Bukit Barisan Selatan) dan dua suaka margasatwa (Kerumutan dan Rimbang), sementara sekitar 100 ekor lainnya berada di luar ketujuh kawasan konservasi tersebut (PHPA 1994).
Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatra mengalami ancaman akan kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dimana seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
Makanan Harimau Sumatra tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, dan mereka berburu di malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan.
Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

Ancaman terhadap kelestarian Harimau Sumatera
a.      Deforestasi dan degradasi
Deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Sumatera merupakan salah satu ancaman yang signifikan terhadap kelestarian keanekaragaman hayati di pulau ini, terutama terhadap jenis-jenis mamalia besar yang memiliki daerah jelajah yang luas seperti harimau. Hilangnya hutan yang cukup luas dan cepat pada dasawarsa terakhir menyebabkan luas habitat harimau sumatera berkurang dan terpecah menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah satu dengan yang lain. Holmes (2003) memperkirakan hampir 6.700.000 hektar tutupan hutan telah menghilang dari pulau ini antara 1985-1997 Departemen Kehutanan memperkirakan deforestasi di Pulau Sumatera mencapai 1.345.500 ha, dengan rata-rata per tahun sebesar 269.100 ha.
Ancaman terbesar terhadap kelestarian harimau sumatera adalah aktivitas manusia, terutama konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan seperti perkebunan, pertambangan, perluasan pemukiman, transmigrasi dan pembangunan infrastruktur lainnya. Selain mengakibatkan fragmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik antara manusia dan harimau, sehingga menyebabkan korban di kedua belah pihak, bahkan sering berakhir dengan tersingkirnya harimau dari habitatnya.
b.      Perburuan dan Perdagangan
Ancaman lain yang membahayakan kelangsungan hidup dan keberadaan harimau sumatera adalah perburuan ilegal. Perburuan ilegal ini terjadi mulai awal dasawarsa 1990. Ancaman ini tidak hanya berasal dari perburuan langsung terhadap harimau, tetapi juga karena perburuan terhadap mangsanya. Hasil dari kegiatan ilegal ini merupakan sumber potensial untuk mensuplai produk asli harimau yang beredar di pasar gelap, terutama kulit dan tulang. Harimau dan produknya diperjualbelikan untuk berbagai macam alasan, termasuk untuk penggunaan obat-obatan tradisional Asia dan bahan supranatural. Selain itu, harimau juga diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan dan simbol status (TRAFFIC SEA, 2007). Antara tahun 1970 – 1993 tercatat sebanyak 3.994 kg tulang harimau sumatera di ekspor secara ilegal ke Korea Selatan dari Indonesia (Mills & Jackson 1994).
Harga tulang harimau di pasar internasional cenderung naik dari waktu ke waktu. Sementara itu hukum pasar pun berlaku, di mana harga tulang akan meningkat dengan semakin langkanya ketersediaan di pasaran dan sebaliknya Dalam catatan sejarah, kulit adalah bagian yang paling berharga dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Harga selembar kulit harimau sumatera dewasa dalam bentuk lembaran utuh pada tahun 1930- an berkisar antara 150-350 gulden (Treep 1973)


Teknik Konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae)
Harimau loreng (Panthera tigris) merupakan satwa yang sudah tergolong langka. Dalam Red Data Book, harimau sudah masuk daIam Appendix I yang. merupakan satwa yang dilndungi. Melihat gejala ancaman terhadap pcpulasi tersebut, maka perlu dilakukan suatu tindakan konservasi. Konservasi dapat dilaknkan dengan cara in situ ataupun secara eks situ. Namun bagi banyak spesies langka yang telah terdesak oleh pengaruh kegiatan manusia, pelestarian in situ bukan pilihan yang nyata. Maka sebagai keluarnya dilakukan pelestarian eks situ yaitu penangkaran. Dengan demikian sangat perlu dilakukan observasi tentang teknik yang digunakan pada penangkaran. Hasil pengamatan Suharyo (2001) menunjukkan bahwa jumlah harimau di Taman Safari Indonesia sampai bulan Desember 2000 ada 28 ekor harimau Sumatera.
 Harimau Sumatera yang ditangkarkan di Taman Safari Indonesia sebagian besar berasal dari a1am yaitu dari beberapa propinsi di pulau Sumatera, diantaranya dari propinsi Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, Aceh, dan Sumatera Utara yang merupakan hasiI tangkapan oleh penduduk. Kandang untuk pemeliharaan harimau ada dua jenis yaitu kandang luar yang berfungsi untuk pameran terhadap pengunjung (pada siang hari) dan kandang tidur yang berfungsi sebagai tempat untuk tidur dan makan untuk harimau (pada malam hari).
Taman Safari Indonesia belum tersedia kandang luar terbuka khusus untuk harimau Sumatera. Namun hal ini sudah dalam tahap perencanaan pembangunan hanya saja belum dimulai pelaksanaannya. Kandang luar yang ada saat ini berupa kandang tertutup yang terdiri dari jeruji pada bagian depanuya dan dikelilingi dengan dinding beton. Lantainya merupakan Iantai semen (terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, dan air). Bagian dalamnya terdapat dipan kayu untuk tidur. Khusus kandang luar untuk anak satu tahun di dalamnya terdapat batang-batang kayu sebagai mainannya.
Jenis pakan yang diberikan di Taman Safari Indonesia adalah daging kangguru mentah dan daging ayam mentah. Daging kangguru mentah hanya diberikan pada hari Minggu, Senin, Selasa, dan Jum'at. Khusus untuk hari Kamis, harimau Sumatera di Taman Safari Indonesia diberikan daging ayam mentah. Sedangkan untuk bari Rabu dan Sabtu harimau puasa. Jumiah pakan yang diberikan di Taman Safari Indonesia tergantung berat badan dan umur harimau. Untuk harimau dewasa jumlah pakannya sekitar 5,00-10,00 kg per hari. Untuk harimau yang sedang bunting, pakan yang diberikan antara 7,00-8,00 kg per hari. Untuk anakan harimau diberikan 1,00-3,00 kg per hari.
Di Taman Safari Indonesia, pasangan kawin harimau yang dijodohkan harus memenuhi syarat yang ditentukan. Syarat yang ditentukan oleh Taman Safari Indonesia adaIah harimau yang dijodohkan harus dari daerah yang berbeda, berumur lima tahun ke atas, kedua harimau yang dijodohkan usianya hampir sarna, mempunyai koefisien inbreeding rendah (bukan kerabat dekat). Dalam upaya penyelamatan harimau Sumatera dari kepunahan, Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.

PENUTUP
Satu-satunya spesies harimau yang tersisa di Indonesia adalah Harimau Sumatra. Namun meskipun hanya tinggal satu-satunya spesies harimau yang tersisa, tidak menjadikan nasibnya beruntung atau mendapat perlakuan yang lebih baik. Malahan, semakin hari keberadaannya semakin mengkhawatirkan. Habitat alaminya semakin terdesak oleh perkebunan, perladangan dan perubahan fungsi lahan. Ditambah lagi dengan perburuan ilegal yang semakin lama membuat keberadaan mereka semakin terdesak. Dengan segala kondisi yang serba sulit meski hanya untuk bertahan hidup, Harimau-harimau sumatra masih harus berebut makan dengan manusia.
Manusia masih juga berburu rusa, babi hutan dan seterusnya yang jelas-jelas merupakan buruan dari harimau. Kondisi yang serba tidak menguntungkan ini mengakibatkan harimau harus turun ke pemukiman yang tunjuannya hanya sekedar bertahan hidup dan melanjutkan keturunannya. Di pemukiman, jelas-jelas nasib harimau sudah dapat dipastikan, mereka akan dibunuh sampai mati, karena harimau yang turun ke pemukiman dianggap sebagai pengganggu dan pembunuh manusia serta hewan peliharaan. Konflik antara harimau dan warga telah terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang panjang. Meninggalkan jejak sejarah yang sangat tidak menguntungkan bagi harimau-harimau Sumatra.
Sebagai upaya menyelamatkan harimau sumatera dari kepunahan, untuk pertama kalinya pada tahun 1994 pemerintah bersama para pihak terkait menerbitkan dokumen rencana aksi konservasi harimau sumatera. Rencana aksi tersebut merekomendasikan:
·         Strategi pengembangan dan pengelolaan konservasi populasi harimau sumatera.
·         Pengamanan dan perlindungan populasi harimau sumatera yang masih ada di habitatnya.
·         Mengembangkan penangkaran harimau sumatera untuk mendukung pemulihan populasi di alam.
·         Membangun jaringan kerja untuk kelestarian harimau sumatera di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Alamendah. 2009. Harimau Sumatera Semakin Langka. www.lablink.or.id/Satwa/stw-harimau.htm. (Diakses tanggal 3 November 2010).
Cat Spesialist Group. 2002. Panthera Tigris. www.iucnredlist.org. (Diakses tanggal 3 November 2010).
Dephut. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007-2017. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Holmes, D. 2000. Deforestation in Indonesia: A View of the Situation in 1999.  Jakarta.
Mills, J. A., dan P. Jackson. 1994. Killed for a cure: a review of the worldwide trade in tiger bone. TRAFFIC International, Cambridge, UK.
Suharyo. 2001. Tehnik Penangkaran Harimau Benggala (Panthera tigris Tigris) ) di Sriracha Tiger Zoo, Chonburi, Thailand dan Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. (Diakses tanggal 3 November 2010).
TSI. 2010. Pelepasliaran Harimau Sumatera. pr@tamansafari.com. (Diakses tanggal 3 November 2010).
Treep, L. 1973. On the Tiger in Indonesia (with special reference to its status and conservation). Report no. 164, Department of Nature Conservation and Nature Management, Wageningen, The Netherlands.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar