PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber
bahan bakar yang paling banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana
penggunaannya. Namun dewasa ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga
mengurangi persediaan kayu sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif
penggantiannya, dan salah satunya adalah pembuatan briket arang. Dalam upaya
pemanfaatan limbah serbuk gergaji, dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang
masih mengikat energi, oleh karena itu rantai pelepasan energi dimaksud
diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan
briket arang.
![]() |
Gambar Bentuk-bentuk Briket Arang |
Kelangkaan bahan bakar minyak bumi sudah menjadi
masalah nasional dan bahkan internasional sehingga harganya samkin melonjak
terus, didalam negeri minyak tanah telah digantikan hasil tambang gas atau
batubara yang sama dari sumber daya alam yang masih terbatas adanya. Sedangkan
beberapa orang mencoba mencari alternatif bahan bakar, mulai dari briket
batubara campuran serbuk kayu atau tempurung kelapa,ampas tebu(blotong) yang
dihancurkan serta dicetak, ktoran hewan yang dikeringkan, sampai bio energi
dari tumbuh-tumbuhan. Kayu bakar mahal dan meminta kerja keras untuk
mengumpulkannya. Disamping itu, kayu bakar menghasilkan banyak asap. Briket arang
adalah bahan bakar untuk memasak yang tahan lama dan menghasilkan sedikit asap,
briket arang dapat dibuat dengan mudah dan menggunakan bahan-bahan lokal
Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar
maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan.
Selain itu penggunaan briket arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk
membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji
sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah
hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji
kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik
untuk selanutnya briket arang dijual.Bahan pembuatan briket arang mudah
didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian.
Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya
kayu di indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan
dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan
industri dengan kemampuan produksi kayu secara lestari. Bila memperhatikan
kondisi hutan alam yang makin menurun berarti makin langkanya bahan baku kayu,
serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya disektor kehutanan
(lingkungan, ekolabel,perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan
mendasar dalam kebijakan pembangunan kehutanan, salah satunya dengan
mengedepankan peran inovasi teknologi yang lebih berpihak kepada masyarakat
khususnya industri kecil, meningkatkan efisiensi pengolaan hasil hutan serat
memaksimalkan pemanfaatan kayu dan limbah biomassa yang mengarah kepada zero
waste.
B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum
hasil hutan non kayu yang berjudul pembuatan
briket arang ini adalah untuk membandingkan kerapatan dan kadar air antara
chips dan serbuk gergaji.
TINJAUAN PUSTAKA
Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket
(penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk
keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri
pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana bahan
baku diarangkan
terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicapur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan
sistem hidroulik manual selanjutnya dikeringkan.,
produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton
sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943,Serbuk
gergaji tersebut dipadatkan dibakar dalam tungku khusus, apinya biru menyala.
Saya pikir kenapa serbuk gergaji tersebut tidak dibikin briket arang saja. Saya
mulai mengutak-atik di lantai II rumah saya di Pasir Angin. Akhirnya
terciptalah briket arang seperti sekarang, bahan bakunya tidak hanya serbuk
gergaji, tetapi dari bermacam-macam sampah pada kesempatan ini kami ingin
mengusulkan agar Pemerintah memberikan penghargaan kepada Pak Ujang atau para
inventor Indonesia lainnya, agar makin banyak yang ber-kreasi dan ber-innovasi
untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia (Hartoyo,1978).
Briket
arang adalah bahan bakar untuk memasak yang tahan lama dan menghasilkan
sedikit asap briket arang juga dapat dibuat dengan mudah dan menggunakan
bahan-bahan local. Briket arang dapat digunakan untuk memasak dengan api
terbuka tungku atau oven tanah liat briket arang juga akan terbakar
perlahan-lahan dan menghasilkan panas konstan mulailah membuat api kecil dengan
batang kayu lalu ditambahkan arang ketika api mulai menyala perlahan briket
akan terbakar dengan sendirinya. Salah satu diantaranya dengan membuat arang
briket berbahan baku
sampah. Sampah apa saja, terutama sampah organik kering seperti daun-daun,
rumput, serpihan kayu, bongol kayu, serbuk gergaji, kertas dan segala macam
sampah yang bisa dibakar jadi arang dan abu. Di tangan bapak empat anak ini,
arang dan abu hasil pembakaran sampah tadi dicetak jadi briket arang setelah
dipress dengan mesin khusus rancangan sendiri bapak itu sendiri
(komarayati,1993).
Briket arang berbahan baku
sampah buatan Ujang ini tidak menimbulkan perih asap dan tidak menyisakan
limbah beracun B2 seperti halnya briket batu bara. Briket arang buatan Ujang
ini bisa digunakan untuk memasak dengan memakai kompor khusus, dan juga bisa
digunakan untuk bahan arang pembakar sate sebagai bahan bakar pengganti minyak
tanah dengan harga yang bersaing. Selain briket arang sebagai alat pelengkap
dalam penggunaan briket arang adalah tungku yang terbuat dari tanah liat yang
digunakan dibanyak daerah cara menggunakannya yaitu dengan menggunakan sedikit
kayu karena tanah liat membantu untuk menyediakan panas kompor yang terbuat
dari liat tidak hanya menggunakan tanah liat sebagai bahan utama tetapi juga
dibuat dari lempengan tanah liat (75%) kotoran sapi kering (25%) dan sejumlah
kecil semen (5%) serta sedikit air untuk membuat campuran yang lembek tetapi
tidak basah
(Gusmailina,1999).
Pembuatan briket arang dibuat dari limbah-limbah serasah tumbuhan,
potongan ranting pohon, dan juga sampah anorganik. Selain itu briket arang juga
mempunyai nilai jual dan juga nilai ekonomi yang cukup tinggi. Briket arang
juga mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, tetapi jika dibandingkan dengan
BBM yang mempunyai harga yang jauh lebih mahal. Selain sebagai bahan bakar
briket arang juga mempunyai banyak kegunaan yaitu diantaranya dapat digunakan
sebagai penghangat ruagan, sebagai pengharum (aroma terapi) briket arang juga dapat digunakan sebagai
media pembersih ruangan dan juga sebagai media tanam yaitu dalam penanaman
anggrek yang menggunakan arang sebagai media tanam (Pari,1999).
Arang digunakan dalam seni rupa seperti pensil atau krayon. Media ini banyak
digunakan untuk membuat sketsa dalam ukuran besar atau media yang membutuhkan garis sketsa yang
kuat, seperti kanvas. Sebagai media seni rupa, charcoal dijual
dalam bentuk batangan. Arang memiliki sifat lembut, ringan,
hitam, dan sekaligus mudah patah. Media ini sangat disenangi pelukis dalam membuat sketsa sebab sketsa yang
dihasilkan sangat jelas, bahkan dalam proses pengecatan sekalipun (komarayati,1993).
Arang pada awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu.
Ia juga digunakan dalam metalurgi sebagai reducing
agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian orang menggunakan arang
sebagai media gambar. Tetapi sebagian besar produki charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih
daripada kayu biasa. Batu arang lazim dipakai untuk
membakar makanan di luar ruangan dan pada saat berkemah.
Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar
masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari.
Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki resiko
berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan (sudrajat,
1987).
Alternative pemanfaatan dapat dijadikan kompos
serbuk kayu tusam(pinus merkusii) dan
serbuk gergaji kayu karet (hevea
braziliensis) dengan menggunakan activator EM 4 dan pupuk kandang
menghasilkan kompos dengan nisbah C/N 19,94 dan rendemen 85 % dalam waktu 4
bulan. Memanfaatkan serbuk gergaji sengon (paraserianthes
falcataria) sebagai bahan baku
untuk kompos. Kompos yang dihasilkan mempunyai nisbah C/N 46,91 dengan rendemen
90% dalam waktu 35 hari. Hasil penelitian pemberian kompos serbuk dan serasah
pohon karet dapat meningkatkanpertumbuhan eucalyptus
urophyla 40-50 % dalam waktu 5 bulan disbanding tanpa pemberian kompos
(Pasaribu, 1987).
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September 2008 pada pukul 14.00-selesai.
Terletak di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
B. Bahan dan Alat
Adapun
bahan yang digunakan dalam percobaan praktikum ini adalah; chips atau serbuk
kayu, tepung tapioka, minyak tanah dan air.
Adapun
alat yang digunakan dalam percobaan praktikum ini adalah; alat pencetak briket
arang (berupa tabung suntik), beaker gelas 50 ml, spatula kaca, kaki
tiga,bunsen, kaleng berukuran besar yang berlubang dan memiliki tali pengikat
berupa kawat, batu bata, saringan, alat penggiling (botol), cangkul dan neraca.
C.Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1.
ditimbang bahan (cips atau serbuk kayu) sekitar 2 kg.
2.
dimasukkan bahab kedalam kaleng yang telah
dimodifikasi.
3. dinyalakan api pada lokasi pembakaran.
4. diletakkan kaleng yang telah berisi bahan
diatas api hingga bahan dalam kaleng menjadi arang.
5. dicangkul tanah dalam keadaan tertentu.
6. dimasukkan kaleng tadi kedalam tanah yang
telah dilubangi.
7. dikeluarkan bahan dari dalam tanah setelah
3(tiga) hari.
8. dihaluskan bahan yang menjadi arang dengan
mengelilingi atau menumbuk bahan.
9. disring bahan yang telah digiling dengan
menggunakan saringan.
10. ditmbang serbuk dan sesuaikan dengan
volume cetakan.dimasak perekat selama 5% dari berat serbuk sampai perekat
berwarna bening.
11. dicampur secara rata dan dimasukkan ke
dalam cetakan.dibarkan selama 15 menit dan dikeluarkan.
12. dikeringkan briket dengan suhu 600 selama
2x 24 jam
13. ditmbang
14. diukur dimensinya
15. dicari kerapatan dengan rumus = M/V
16. diambil 1 jenis briket dan ditimbang
17. dioven dengan suhu 103±20C
selama 24 jam.
18. ditmbang kembali
19. dicari KA dengan humus = berat awal-
berat akhir x 100%
berat awal
20.dibandingkan
kerapatan dengan KA antara serbuk dengan cips
Kesimpulan setelah dilakukan :
Kadar air maksimal pada briket berbahan baku chips
adalah 8,7 % dan kadar air minimumnya adalah 7,1%, sedangkan briket berbahan baku
serbuk kadar air maksimalnya adalah 8,4% sedangkan kadar air minimumnya adalah
6,5% kadar air chips lebih tinggi dikarenakan luas penampang chips lebih besar
daripada serbuk maka kadar air yang terdapat didalam chips lebih banyak. Selain
itu penggunaan perekat juga berpengaruh pada kadara air tersebut, sebab kadar
air yang digunakan pada perekat adalah 1:30 dengan air, jadi kadar air yang
terdapat pada briket berbahan baku chips lebih banyak mengadung air.ini sesuai
dengan pernyataan komarayati (1993),yang menyatakan bahwa apabila banyak serbuk
yang dimasukkan kedalam cetakan sedikit dan ditekan dengan kekuatan yang sama
dengan serbuk yang benyak mak keraptan yang dihasilkan kan berbeda.
Dala
melakukanpercobaan ini digunakan cetakan dengan bermacam- macam ukuran pada
briket berbahan baku chips dan serbuk.hal ini untuk membuat ukuran briket yang
beragam dan agar bisa membandingkan kadar air dan kerapatan antara briket
berbahan baku chips dan serbuk kayu. Pada briket yang berbahan baku chips
kerapatan yang maksimal dapat diciptakan dengan kempa manual adalah 0,36 dari
0,8 yang diharapkan. Sedangkan kerapatan maksimal yang dapat dibuat kempa
manual pada briket berbahan baku serbuk adalah 0,56 dan 0,8 yang diharapkan.
Keraptan yang baik adalah keraptan yang semakin mendekati 1,apabila keraptan
benda 1 maka benda tersebut dikatakan padat atau solid. Apabila banyak serbuk
yang dimasukkan kedalam cetakan sedikit dan ditekan dengan kekuatan yang sama
dengan serbuk yang benyak maka keraptan yang dihasilkan akan berbeda.ini karena
faktor bahan baku dan tekanan yang ada pada kayu. Ini sesuai dengan literatur
Hartoyo (1987) yang menyatakan bahwa Pembuatan briket arang dari limbah
industri pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di
mana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat,
dicetak (kempa dingin) dengan sistem hidroulik agar mendapat hasil yang baik.
trimakasi impormasinya,
BalasHapusterima kasih kembali
BalasHapus