H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Sabtu, 15 Oktober 2011

Pengolahan Briket Arang


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun dewasa ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi persediaan kayu sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif penggantiannya, dan salah satunya adalah pembuatan briket arang. Dalam upaya pemanfaatan limbah serbuk gergaji, dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi, oleh karena itu rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang.
Gambar Bentuk-bentuk Briket Arang

Kelangkaan bahan bakar minyak bumi sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional sehingga harganya samkin melonjak terus, didalam negeri minyak tanah telah digantikan hasil tambang gas atau batubara yang sama dari sumber daya alam yang masih terbatas adanya. Sedangkan beberapa orang mencoba mencari alternatif bahan bakar, mulai dari briket batubara campuran serbuk kayu atau tempurung kelapa,ampas tebu(blotong) yang dihancurkan serta dicetak, ktoran hewan yang dikeringkan, sampai bio energi dari tumbuh-tumbuhan. Kayu bakar mahal dan meminta kerja keras untuk mengumpulkannya. Disamping itu, kayu bakar menghasilkan banyak asap. Briket arang adalah bahan bakar untuk memasak yang tahan lama dan menghasilkan sedikit asap, briket arang dapat dibuat dengan mudah dan menggunakan bahan-bahan lokal
Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket arang dijual.Bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian.
Keberadaan dan peran industri hasil hutan utamanya kayu di indonesia dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat berkaitan dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan bahan baku industri dengan kemampuan industri dengan kemampuan produksi kayu secara lestari. Bila memperhatikan kondisi hutan alam yang makin menurun berarti makin langkanya bahan baku kayu, serta besarnya tantangan berbagai aspek khususnya disektor kehutanan (lingkungan, ekolabel,perdagangan karbon) maka perlu dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan pembangunan kehutanan, salah satunya dengan mengedepankan peran inovasi teknologi yang lebih berpihak kepada masyarakat khususnya industri kecil, meningkatkan efisiensi pengolaan hasil hutan serat memaksimalkan pemanfaatan kayu dan limbah biomassa yang mengarah kepada zero waste.

B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum hasil hutan non kayu yang berjudul pembuatan briket arang ini adalah untuk membandingkan kerapatan dan kadar air antara chips dan serbuk gergaji.

 TINJAUAN PUSTAKA
Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk keperluan energi sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicapur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan sistem hidroulik manual selanjutnya dikeringkan., produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943,Serbuk gergaji tersebut dipadatkan dibakar dalam tungku khusus, apinya biru menyala. Saya pikir kenapa serbuk gergaji tersebut tidak dibikin briket arang saja. Saya mulai mengutak-atik di lantai II rumah saya di Pasir Angin. Akhirnya terciptalah briket arang seperti sekarang, bahan bakunya tidak hanya serbuk gergaji, tetapi dari bermacam-macam sampah pada kesempatan ini kami ingin mengusulkan agar Pemerintah memberikan penghargaan kepada Pak Ujang atau para inventor Indonesia lainnya, agar makin banyak yang ber-kreasi dan ber-innovasi untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia (Hartoyo,1978).
Briket  arang adalah bahan bakar untuk memasak yang tahan lama dan menghasilkan sedikit asap briket arang juga dapat dibuat dengan mudah dan menggunakan bahan-bahan local. Briket arang dapat digunakan untuk memasak dengan api terbuka tungku atau oven tanah liat briket arang juga akan terbakar perlahan-lahan dan menghasilkan panas konstan mulailah membuat api kecil dengan batang kayu lalu ditambahkan arang ketika api mulai menyala perlahan briket akan terbakar dengan sendirinya. Salah satu diantaranya dengan membuat arang briket berbahan baku sampah. Sampah apa saja, terutama sampah organik kering seperti daun-daun, rumput, serpihan kayu, bongol kayu, serbuk gergaji, kertas dan segala macam sampah yang bisa dibakar jadi arang dan abu. Di tangan bapak empat anak ini, arang dan abu hasil pembakaran sampah tadi dicetak jadi briket arang setelah dipress dengan mesin khusus rancangan sendiri bapak itu sendiri (komarayati,1993).
Briket arang berbahan baku sampah buatan Ujang ini tidak menimbulkan perih asap dan tidak menyisakan limbah beracun B2 seperti halnya briket batu bara. Briket arang buatan Ujang ini bisa digunakan untuk memasak dengan memakai kompor khusus, dan juga bisa digunakan untuk bahan arang pembakar sate sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dengan harga yang bersaing. Selain briket arang sebagai alat pelengkap dalam penggunaan briket arang adalah tungku yang terbuat dari tanah liat yang digunakan dibanyak daerah cara menggunakannya yaitu dengan menggunakan sedikit kayu karena tanah liat membantu untuk menyediakan panas kompor yang terbuat dari liat tidak hanya menggunakan tanah liat sebagai bahan utama tetapi juga dibuat dari lempengan tanah liat (75%) kotoran sapi kering (25%) dan sejumlah kecil semen (5%) serta sedikit air untuk membuat campuran yang lembek tetapi tidak basah
 (Gusmailina,1999).
Pembuatan briket arang dibuat dari limbah-limbah serasah tumbuhan, potongan ranting pohon, dan juga sampah anorganik. Selain itu briket arang juga mempunyai nilai jual dan juga nilai ekonomi yang cukup tinggi. Briket arang juga mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, tetapi jika dibandingkan dengan BBM yang mempunyai harga yang jauh lebih mahal. Selain sebagai bahan bakar briket arang juga mempunyai banyak kegunaan yaitu diantaranya dapat digunakan sebagai penghangat ruagan, sebagai pengharum (aroma terapi)  briket arang juga dapat digunakan sebagai media pembersih ruangan dan juga sebagai media tanam yaitu dalam penanaman anggrek yang menggunakan arang sebagai media tanam (Pari,1999).
Arang digunakan dalam seni rupa seperti pensil atau krayon. Media ini banyak digunakan untuk membuat sketsa dalam ukuran besar atau media yang membutuhkan garis sketsa yang kuat, seperti kanvas. Sebagai media seni rupa, charcoal dijual dalam bentuk batangan. Arang memiliki sifat lembut, ringan, hitam, dan sekaligus mudah patah. Media ini sangat disenangi pelukis dalam membuat sketsa sebab sketsa yang dihasilkan sangat jelas, bahkan dalam proses pengecatan sekalipun (komarayati,1993).
Arang pada awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu. Ia juga digunakan dalam metalurgi sebagai reducing agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian orang menggunakan arang sebagai media gambar. Tetapi sebagian besar produki charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih daripada kayu biasa. Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan pada saat berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki resiko berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan (sudrajat, 1987).
Alternative pemanfaatan dapat dijadikan kompos serbuk kayu tusam(pinus merkusii) dan serbuk gergaji kayu karet (hevea braziliensis) dengan menggunakan activator EM 4 dan pupuk kandang menghasilkan kompos dengan nisbah C/N 19,94 dan rendemen 85 % dalam waktu 4 bulan. Memanfaatkan serbuk gergaji sengon (paraserianthes falcataria) sebagai bahan baku untuk kompos. Kompos yang dihasilkan mempunyai nisbah C/N 46,91 dengan rendemen 90% dalam waktu 35 hari. Hasil penelitian pemberian kompos serbuk dan serasah pohon karet dapat meningkatkanpertumbuhan eucalyptus urophyla 40-50 % dalam waktu 5 bulan disbanding tanpa pemberian kompos (Pasaribu, 1987).

 
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
            Adapun waktu dan tempat percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September 2008 pada pukul 14.00-selesai. Terletak di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
B. Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan praktikum ini adalah; chips atau serbuk kayu, tepung tapioka, minyak tanah dan air.
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan praktikum ini adalah; alat pencetak briket arang (berupa tabung suntik), beaker gelas 50 ml, spatula kaca, kaki tiga,bunsen, kaleng berukuran besar yang berlubang dan memiliki tali pengikat berupa kawat, batu bata, saringan, alat penggiling (botol), cangkul dan neraca.

C.Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      ditimbang bahan (cips atau serbuk kayu) sekitar 2 kg.
2.      dimasukkan bahab kedalam kaleng yang telah dimodifikasi.
3.      dinyalakan api pada lokasi pembakaran.
4.      diletakkan kaleng yang telah berisi bahan diatas api hingga bahan dalam kaleng menjadi arang.
5.      dicangkul tanah dalam keadaan tertentu.
6.      dimasukkan kaleng tadi kedalam tanah yang telah dilubangi.
7.      dikeluarkan bahan dari dalam tanah setelah 3(tiga) hari.
8.      dihaluskan bahan yang menjadi arang dengan mengelilingi atau menumbuk bahan.
9.      disring bahan yang telah digiling dengan menggunakan saringan.
10.  ditmbang serbuk dan sesuaikan dengan volume cetakan.dimasak perekat selama 5% dari berat serbuk sampai perekat berwarna bening.
11.  dicampur secara rata dan dimasukkan ke dalam cetakan.dibarkan selama 15 menit dan dikeluarkan.
12.  dikeringkan briket dengan suhu 600 selama 2x 24 jam
13.  ditmbang
14.  diukur dimensinya
15.  dicari kerapatan dengan rumus = M/V
16.  diambil 1 jenis briket dan ditimbang
17.  dioven dengan suhu 103±20C selama 24 jam.
18.  ditmbang kembali
19.  dicari KA dengan humus = berat awal- berat akhir x 100%
berat awal
20.dibandingkan kerapatan dengan KA antara serbuk dengan cips



Kesimpulan setelah dilakukan :

            Kadar air maksimal pada briket berbahan baku chips adalah 8,7 % dan kadar air minimumnya adalah 7,1%, sedangkan briket berbahan baku serbuk kadar air maksimalnya adalah 8,4% sedangkan kadar air minimumnya adalah 6,5% kadar air chips lebih tinggi dikarenakan luas penampang chips lebih besar daripada serbuk maka kadar air yang terdapat didalam chips lebih banyak. Selain itu penggunaan perekat juga berpengaruh pada kadara air tersebut, sebab kadar air yang digunakan pada perekat adalah 1:30 dengan air, jadi kadar air yang terdapat pada briket berbahan baku chips lebih banyak mengadung air.ini sesuai dengan pernyataan komarayati (1993),yang menyatakan bahwa apabila banyak serbuk yang dimasukkan kedalam cetakan sedikit dan ditekan dengan kekuatan yang sama dengan serbuk yang benyak mak keraptan yang dihasilkan kan berbeda.
            Dala melakukanpercobaan ini digunakan cetakan dengan bermacam- macam ukuran pada briket berbahan baku chips dan serbuk.hal ini untuk membuat ukuran briket yang beragam dan agar bisa membandingkan kadar air dan kerapatan antara briket berbahan baku chips dan serbuk kayu. Pada briket yang berbahan baku chips kerapatan yang maksimal dapat diciptakan dengan kempa manual adalah 0,36 dari 0,8 yang diharapkan. Sedangkan kerapatan maksimal yang dapat dibuat kempa manual pada briket berbahan baku serbuk adalah 0,56 dan 0,8 yang diharapkan. Keraptan yang baik adalah keraptan yang semakin mendekati 1,apabila keraptan benda 1 maka benda tersebut dikatakan padat atau solid. Apabila banyak serbuk yang dimasukkan kedalam cetakan sedikit dan ditekan dengan kekuatan yang sama dengan serbuk yang benyak maka keraptan yang dihasilkan akan berbeda.ini karena faktor bahan baku dan tekanan yang ada pada kayu. Ini sesuai dengan literatur Hartoyo (1987) yang menyatakan bahwa Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan sistem hidroulik agar mendapat hasil yang baik.

2 komentar: