PEMBUATAN BELOKAN
Dalam setiap ilmu pengetahuan, pengukuran
menghasilkan deskripsi kuantitatif dari suatu proses dan produk yang membuat
kita memahami tingkah laku dan hasil. Dan akan semakin berkembang jika kita
memilih teknik dan utilitas yang lebih baik untuk mengendalikan dan
memaksimalkan kinerja suatu proses, produk dan resources (sumber) yang ada.
Karena seorang engineer tidak dapat dikatakan sebagai engineer sejati, sampai kita dapat membangun
pondasi yang solid untuk mengukur berbasiskan teori. (Pfleeger et al.,
1997).
Lord Kelvin mengartikan ketika
kalian dapat mengukur apa yang kalian
katakan dan mengekspresikannya dalam angka-angka, maka kalian mengetahui
sesuatu tentang itu. Tetapi jika kalian tidak dapat mengukur dan
mengekspresikan sesuatu dengan angka-angka, pengetahuan tersebut tidak lengkap
dan belum mencukupi dengan baik. J. C.
Maxwell mengatakan bahwa mengukur berarti mengetahuiProses pengukuran adalah
proses memetakan properti atau hubungan empiris ke model formal. Pengukuran
dimungkinkan dengan adanya isomorphism antara :
- Hubungan empiris diantara properti suatu obyek dan kejadian yang ada padanya.
- Properti dari model formal yang terdiri dari angka dan perubahan operator.
Ini berarti, bahwa
kita disebut mengukur jika
kita mengukur atribut dari
sesuatu. Pengukuran harus dapat membuat kita dapat menyebutkan dengan pasti
dalam bentuk angka-angka dan simbol dari suatu atribut entitas yang
dideskripsikan tersebut. Angka-angka sangat berguna dan sangat penting dalam
meringkas sesuatu. Dan mengukur itu tidak hanya sekedar angka-angka saja, tapi
juga mendefinisikan pemetaan entitas dan atribut dalam bentuk pertanyaan. (Nuijten, 2007)
Bila harus menentukan tempat
beberapa titik dan titik itu semuanya letak diatas satu garis lurus, maka
tempat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan jarak dari suatu titik yang
letak diatas garis lurus itu pula. Titik
yang diambil sebagai dasar untuk menghitung jarak-jarak dinamakan titik nol. Karena
titik-titik dapat letak di sebelah kiri dan di sebelah kanan titik nol. Maka
haruslah diberi tanda kepada jarak-jarak untuk dapat membedakan dua macam
jarak. Umumnya kepada titik-titik yang letak disebelah kanan titik nol, diberi
jarak dengan tanda positif dan kepada
titik yang letak disebelah kiri titik nol, diberi jarak dengan tanda negatif.
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat
hubungan mendatar titik – titik yang diukur di atas permukaan bumi dan
pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik
yang diukur (Wongsotjitro, 2006).
Pada bagian ini tidak perlu panjang lebar
dijelaskan tentang Pemetaan Partisipatif, yang penting diperhatikan pada bagian ini adalah
mempertegas kembali visi gerakan pemetaan partisipatif dengan turunan yang jelas dan
targetan-targetan yang harus ditentukan dalam setiap fase gerakan Pemetaan Partisipatif (Trajektory). Artinya,
jika hendak mengaitkan visi kedepan gerakan pemetaan partisipatif dengan
penguatan komunitas perempuan sebagai pengelola sumberdaya alam, sangat
sederhana yang harus direncanakan oleh para pelaku gerakan ini adalah menyusun
trajectory agar gerakan ini dapat terukur keberhasilannya dan teridentifikasi
berbagai kelemahannya.
![]() |
Gambar. Pembuatan Belokan |
Namun sebelum sampai kesitu, konsepsi tentang gerakan
pemetaan partisipatif inipun perlu dibedah bersama, apakah pemetaan
partisipatif ini memang sudah menjadi sebuah gerakan atau hanya satu komponen
gerakan rakyat secara keseluruhan? Tanpa bermaksud mengulang-ulang sejumlah
diskusi yang sudah ada, untuk dapat disebut sebuah gerakan, pemetaan
partisipatif masih harus menempuh jalan panjang. Sejumlah kenyataan dapat
diuraikan satu persatu, dan dapat
ditarik pelajaran pentingnya bahwa pada kenyataannya PP sesungguhnya adalah
sebuah metode, dan secara efektif
dipergunakan (pertama kali) oleh komunitas-komunitas yang melakukan advokasi
untuk isu-isu konservasi, perkembangan terkininya adalah komunitas-komunitas
petani yang berhadapan dengan sengketa tanah structural dimana mereka
memperkuat kerangka advokasinya dengan menggunakan metode PP (Safitri, 2006).
Konstruksi interblok adalah konstruksi perkerasan
lentur yang menjadikan interblok sebagai bahan lapis permukaan, sedangkan
lapisan pondasi (base dan sub-base) memiliki persyaratan dan fungsi yang sama
dengan perkerasan lentur jalan lainnya. Interblok atau yang lebih dikenal
sebagai Concrete Blok Pavement (CBP),
pertama kali diperkenalkan di Negeri Belanda awal tahun 1950 sebagai pengganti
konstruksi perkerasan jalan yang memakai batu dari tanah liat yang dibakar (Van
der Vlist 1980). Secara umum, bentuk interblok yang indah, serta mahalnya aspal
sebagai bahan perkerasan lentur dan biaya konstruksi dan perawatan perkerasan
lentur jalan, menyebabkan perencana jalan memilih konstruksi interblok sebagai
konstruksi inovatif perkerasan lentur jalan.
Konstruksi interblok memiliki prinsip yang sama dengan perkerasan lentur jalan dengan 3
(tiga) lapisan, di dalam mendistribusi
beban lalu-lintas, suhu perkerasan dan
ketebalan dari masing-masing lapisan. Di
dalam metoda perkerasan lentur dengan 3 (tiga) lapisan, memiliki:
a. Lapisan Permukaan (Surface Course)
b. Lapisan
Pondasi Atas (Base Course)
c. Lapisan
Pondasi Bawah (Sub-base Course), dan
d. Lapisan
tanah dasar.
Kekuatan dan ketahanan serta bentuk yang indah,
membuat Konstruksi Interblok menjadi cocok untuk dipergunkan di daerah
komersial, di daerah pemerintahan dan di daerah industri. Kurang lebih 50 tahun
yang lalu, telah dilakukan penelitian mendalam terhadap konstruksi interblok di
seluruh dunia Konstruksi interblok yang memiliki kekuatan dan kekokohan yang baik, serta tahan beberapa
bahan kimia, membuatnya dapat
dipergunakan di daerah – daerah yang
memiliki beban barang dan peralatan yang
amat berat (ultra-heavy duty areas), seperti: kawasan industri, daerah bongkar-muat
kontainer, terminal penumpang bandara, daerah
perparkiran (Ferry, 2006).
Penggunaan
konstruksi perkuatan pada tanah lunak pertama kali dengan menggunakan
steel mesh dibawah konstruksi timbunan pada daerah pasang surut di
Perancis. Perbandingan antara
timbunan diatas tanah gambut di Afrika dengan dan tanpa kekuatan. Konstruksi
perkuatan pada timbunan diatas gambut
dengan memasang instrumentasi yang menyatakan bahwa selain woven polypropylene fabric, tegangan tarik semua jenis geotextile
yang diambil contohnya dari pemasangan setahun sebelumnya berkurang antara 25%
sampai 36% dari tegangan tarik awalnya, meskipun tidak berpengaruh banyak pada
fungsinya. Penggunaan berbagai jenis geotextile pada 17 lokasi proyek US Army
Corps of Engineer di Amerika Serikat
pada tanah yang sangat lunak.
Penggunaan metoda elemen hingga pada design
konstruksi timbunan diatas tanah lunak dengan perkuatan pertama kali. Tanah
timbunan dimodelkan sebagai linier-elastis, sedangkan tanah lunak dimodelkan
sebagai anisotropic elastic perfectly
plastic. Metoda perencanaan konstruksi timbunan diatas tanah lunak dengan
metoda elemen. Metoda perencanaan dengan
analisa keseimbangan batas (limit
equilibrium) untuk konstruksi timbunan diatas tanah lunak dengan perkuatan geotextile.
Metoda ini dimaksudkan untuk mencari tegangan yang diperlukan oleh geotextile
pada modus keruntuhan yang ditinjau untuk menjaga stabilitas konstruksi.
Perumusan yang dipergunakan adalah kaidah yang berlaku pada bidang Mekanika
Tanah sehingga memudahkan dalam memahami metoda ini. (Djarwadi, 2006).
Pada penelitian sebelumnya, dijelaskan bahwa
kendaraan dapat mengalami kondisi
understeer, oversteer, dan netral pada kendaraan. Pada gerakan belok
kendaraan sudut slip pada roda depan dan roda belakang (αf dan αr) sangat dominan mempengaruhi stabilitas
belok dari sebuah kendaraan. Ada daerah batasan kwadran II dan III pada
kendaraan sehubungan dengan besarnya sudut
side slip (β) yang terbentuk pada body kendaraan
tersebut yang mempengaruhi kualitas belok sebuah kendaraan. Artinya bahwa
kendaraan dengan sudut side slip (β) berada pada kwadran
III, mudah untuk berbelok karena radius beloknya kecil, sedangkan kendaraan
yang berada pada kwadran ke II sudut
side slipnya (β) kendaraan akan cendrung mengalami understeer atau susah untuk dibelokkan.
Kondisi Ackerman adalah kondisi yang
ideal pada sebuah kendaraan karena kecepatannya rendah dan radius beloknya yang
kecil. Pada kondisi sudut belok roda
depan 250, terlihat bahwa pada sudut slip roda belakang 0 derajat,
sudut side slip yang terjadi pada kendaraan juga menurun setelah 10 derajat
juga semakin menurun, artinya kemampuan belok kendaraan semakin menurun.
Pada
sudut slip roda belakang 10 derajat mengalami penurunan, setelah sudut belok
roda depan 10 derajat mengalami peningkatan, ini artinya setelah sudut slip
roda depan 10 derajat kemampuan belok semakin baik, namun kemungkinan oversteer
lebih dominan. Begitu juga pada sudut slip roda belakang 15 derajat mengalami
hal yang sama dengan sudut slip roda
belakang 10 derajat, kemungkinan oversteer lebih tinggi dibanding yang sudut
slip roda belakang 10 derajat. Menurut peneliti lainnya dikatakan bahwa sudut
belok roda depan sebagai fungsi dari kecepatan, artinya bahwa batas kecepatan
sebuah kendaraan menentukan seberapa besar sudut belok maksimum yang seharusnya
terjadi pada kendaraan tersebut, karena jika melampaui akan menyebabkan
kendaraan tersebut berada pada region skid. Jadi setiap kecepatan pada sebuah
kendaraan, batas sudut belok roda depan maksimumnya merupakan suatu ketetapan
supaya kendaraan stabil. (Jonoadji dan Siahaan, 2008).
Dalam merencanakan jalan-jalan
tidaklah mungkin untuk menghubungkan dengan garis lurus dua arah yang harus
dihubungkan. Oleh karena itu dua garis lurus itu harus dihubungkan dengan
membuat belokan. Dalam menentukan busur-busur lingkaran kita mengenal apa yang
disebut dengan titik-titik utama dan titik detail. Titik utama adalah titik
yang paling dibutuhkan dalam pembuatan peta dan titik detail adalah titik
pembantu dalam pembuatan peta.
Adapun
tujuan yang berjudul “Pembuatan Belokan” ini adalah untuk mengetahui cara
menghubungkan dua arah yang saling berhubungan, sehingga perpindahan jalur yang
satu dengan yang lainnya dapat berjalan dengan baik.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan adalah :
- Data pembuatan belokan sebagai data untuk membuat jalan.
- Buku panduan sebagai bahan pemandu praktikan dalam praktikum Geodesi dan Kartografi.
- Kertas milimeter A2 untuk menggambar belokan yang akan dihitung datanya.
Alat
Adapun
alat yang digunakan adalah :
- Busur sebagai alat untuk menentukan sudut.
- Pensil sebagai alat untuk menggambar pembuatan belokan.
- Kalkulator sebagai alat hitung data yang diperoleh.
- Penggaris sebagai alat untuk menggambar lurusan pembuatan belokan.
- Pulpen sebagai alat tulis dalam pembuatan belokan.
Prosedur
Adapun
prosedur dari Pembuatan Belokan adalah :
1.
Ditentukan azimuth ab (αab )
2. Ditentukan titik belokan Ti (T1a) dan
ditentukan titik S
3.
ST1 = ST2 = R tan ½ β
4.
½ β = 900 – ½ α
5.
Ditentukan αba dari titik S (αba
= 1800 + αab)
6.
Ditentukan αsc dengan rumus : αsc
= αba – α
7. Dibidik T2 dari B sejauh αsc (T2=T1)
8. Ditentukan titik utama M dan S (SM = R tan
½ β tan ¼ β)
9.
PTB = β/3600 x 2 π r
10. Ditentukan
titik - titik detail :
T1a’ = k cos ½ θ
aa’ = k sin ½ θ
ab’ = bc’ = cd’ = ……k cos θ
bb’ = cc’ = dd =….k sin θ
θ = sudut detail (θ = β / BTD)
Metode Perlakuan
Adapun
metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode perpanjangan tali busur.
Pembahasan
Dalam
pembuatan belokan ini akan dipergunakan metode perpanjangan tali busur. Pembuatan
busur dilapangan dijumpai pada waktu membuat jalan raya, jalan kereta api,
saluran air untuk pengairan, dan sebagainya. Dengan demikian untuk
menghubungkan dua arah yang saling berpotongan maka digunakanlah busur
lingkaran supaya perpindahan dari arah yang satu ke arah yang lain berjalan
dengan lancar. Dari busur lingkaran ini akan ditentukan titik-titiknya dengan
jumlah yang cukup hingga letak busur lingkaran itu dilapangan dapat terlihat
dengan jelas.
Didalam praktikum ini, kita
akan dapat mengetahui titik utama dalam pusat lingkaran, sehingga titik detail
dan sudut detail juga harus dicari agar terbentuk belokan yang kita cari. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Wongsotjitro (2006) yang menyatakan bahwa
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat
hubungan mendatar titik – titik yang diukur di atas permukaan bumi. Dengan
demikian penggabungan titik-titik detail akan menghasilkan belokan apabila
antara titik yang satu dengan yang lainnya kita hubungkan. Pembuatan belokan
ini dapat kita hitung karena data-data telah diketahui.
Perhitungan data-data yang
diperoleh agar dapat menggambar belokan dibutuhkan ketelitian yang tinggi. Kita
melakukan perhitungan data-data belokan dengan menggunakan kalkulator dan
angka-angka yang diperoleh dibulatkan dua angka dibelakang koma, walaupun
demikian sudut yang dihitung tidak boleh dibulatkan. Sewaktu dilakukan penggambaran
belokan di kertas milimeter A2 banyak gambar yang diperoleh yang
tidak sesuai karena ada yang tidak pas mengenai T2 (belokan yang
diperoleh berlebihan atau melewati garis T2) dan ada yang tidak
mengenai T2 (belokan yang diperoleh tidak melewati T2).
Hal ini dikarenakan pada saat penggambaran ada terdapat faktor-faktor yang mem
pengaruhi si pengukur (penggambar belokan) yakni sewaktu menggambar si
penggambar menggunakan mata pensil yang terlalu tebal, si penggambar tidak tahu
dalam menggambar sudut atau matanya rabun sehingga ada kesilapan sewaktu
menentukan sudut, posisi menggambar juga menentukan gambar belokan yang kita
peroleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nuijten (2007)
yang menyatakan bahwa pengukuran menghasilkan deskripsi kuantitatif dari suatu
proses dan produk yang membuat kita memahami tingkah laku dan hasil. Oleh
karena itu pengukuran yang akurat akan menentukan gambar belokan yang kita
gambar. Pengukuran harus dapat membuat kita dapat menyebutkan dengan pasti dalam
bentuk angka-angka dan simbol dari suatu atribut entitas yang dideskripsikan
tersebut. Angka-angka sangat berguna dan sangat penting dalam meringkas
sesuatu.
Pembuatan
belokan harus dilakukan secara teliti agar tidak membahayakan para pengguna
jalan misalnya si pengemudi dalam mengendarai motor dengan kecepatan yang
tinggi. Pada saat si pengemudi akan menjumpai titik belokan maka dia harus
mengurangi kecepatannya sehingga dengan mudah si pengemudi dapat berpindah dari
satu arah ke arah yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan
oleh Jonoadji dan Siahaan (2008) yang menyatakan bahwa kendaraan dapat
mengalami kondisi understeer, oversteer,
dan netral pada kendaraan Jadi setiap kecepatan pada sebuah kendaraan, batas
sudut belok roda depan maksimumnya merupakan suatu ketetapan supaya kendaraan
stabil.
Pada
perhitungan data-data belokan maka hasilnya dapat diperoleh ST1 = ST2
= 52,3 cm, SM = 38,7 cm,
PTB =40,75 cm dan banyak titik detail yang dibutuhkan dalam pembuatan
belokan diperlukan sebanyak 8 titik detail. T1a’ = 4,94 cm, aa' = 0,78
cm, αba = 2140,dan αsc = 1800 . oleh karena itu
perhitungan dapat dilakukan sebanyak tiga kali untuk memastikan keakuratannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Pada pembuatan data belokan dapat kita lihat bahwa sudut dan jarak menentukan sebuah bentuk ukuran yang kita ukur.
- Pembuatan belokan sangat berguna bagi kehutanan karena berfungsi dalam pembuatan jalan, jalan kereta api dan jalan saluran air untuk pengairan.
- Kesulitan dalam pengukuran data belokan adalah untuk menentukan sudut dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam menggunakan busur dan juga pengukuran jarak harus menggunakan belebas yang memiliki nomor (angka) yang jelas.
- Banyak titik detail dari analisa data adalah sebanyak 8 titik detail dan sudut detail sebesar 17,9 0
- Pada saat penggambaran belokan di kertas millimeter, titik P tidak ketemu, gambar belokan terbentuk walaupun antara T1 dan T2 tidak ketemu.
- Dari hasil perhitungan diperoleh yakni ST1 = ST2 = 52,3 cm, SM = 38,7 cm, PTB =40,75 cm dan banyak titik detail yang dibutuhkan dalam pembuatan belokan diperlukan sebanyak 8 titik detail.
DAFTAR PUSTAKA
Djarwadi, D. 2006. Konstruksi Jalan Diatas Tanah Lunak Dengan Perkuatan
Geotextile. http://petra.ac.id/kts06/papers/25-kts-GE-04.pdf. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Ferry, F. 2006. Keberadaan Konstruksi Interblok Sebagai Konstruksi
Perkerasan Lentur Jalan. http://jurnalsipiluph.files.wordpress.com/2006/12/vol3-no2-naskah-6.pdf.
Vol.3, No.2. Universitas Pelita Harapan Press. Tangerang.
Jonoadji dan Siahaan. 2008. Studi Perbandingan Karakteristik Analisa
Kinematika Akibat Pengaruh Sudut Belok Roda Depan Yang Variabel Terhadap
Stabilitas Kendaraan.http://fportfolio.petra.ac.id/../studi%20perbandingan20karakteritik
%20analisa%20kinematika. UGM Press. Yogyakarta.
Nuijten, H. 2007. Mengukur dan Meletakkan Ukuran. http://oasen.ni/.../mengukur%20dan%20meletakkan%20ukuran%20(measuring%20an..). OASEN
drinkwater. Pontianak.
Safitri, H. 2006. Pilihan itu berdasarkan ’Belokan-Belokan” yang
Disediakan. http://Images.agrarianrc.multiply.multiplycontent.com/.../HS-pilihan %20
itu %20berdasarkan%20belokan%20yang%20disediakn. Tim Jaringan Kerja
Pemetaan Partisipatif. Jakarta.
Wongsotjitro, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar