PENDAHULUAN
Setiap tumbuhan memiliki zat
ekstraktif yang berupa tanin, karbohidrat dan tanin. Tanin merupakan salah satu
komponen perekat yang benyak dijumpai pada tumbuhan khususnya rhizophora. Dalam
hal ini perekat tanin ditambahkan dengan sodium dengan penambahan senyawa air
sebagai solvent. Perekat ini pada umumnya ramahlingkungan karena menggunakan
bahan langsung yang didapat dari alam.
Perekat ini sifatnya adalah
termoplastis yang artinya kedudukan atau fungsi dari perekat itu dapat berubah
sesuai dengan kondisisnya. Jika perekat tersebut dilebur maka akan terjadi
curing dan sebaliknya jika perekat tersebut didinginkan.
Keragaman ph juga akan mempengaruhi
kualitas perekat. Dalam hal ini semakin tinggi ph suatu perekat maka kualitas
perekat tersebut akan menurun. Rhizophora dapat diambil dari wilayah hutan
mangrove yang dekat dengan laut. Otomatis kandungan yang terdapat paa tanin
umumnya asam dan memiliki nilai ph yang relatif redah.
Penambahan alkali pada dasarnya dapat digunalkan.
Alkali akan membentuk ikatan perekat yang relatif kuat. Ikatan yang dibentuk
bukanlah formaldehida seperti pada umumnya. Alkali yang digunakan adalah sodium
dengan kadar yang rendah. Dengan tidak adanya emisi yang timbul maka perekat
ini dapat divonis ramah lingkungan, tahan lama, namun memiliki garis rekat yang
relatif tebal. Namun hal itu dapat dihindari dengan pengaplikasian terhadap
bahan melalui perhitungan berdasarkan ketetapan berat labur yang digunakan.
Dengan kata lain, tanin merupakan polimer
alami yang dibentuk dari isomer alami yang akhirnya membentuk kopolomer yang
dapat diterapkan setelah membentuk ikatan sesuai dengan sifat mekanik maupun
sifat kimianya. Pada umumnya sifat rekat ini tergantung poada banyak atau
tidaknya perekat atau kadar tambahan perekat yang akan digunakan. Pada masa
sekarang hardener untuk enggunaan perekat ini sulit dicari walaupun pada
dasarnya setiap perekat dapat curing.
![]() |
Pengerjaan Kayu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar