Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu
merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan
tertentu. Terkadang sebagai barang
tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu
tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik
dan mekanik) serta macam penggunaannya (Haygreen, G dan Bowyer, 1993).
Kayu bersifat higroskopis, artinya kayu
memiliki daya tarik terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan.
Kemampuan kayu untuk mengisap atau mengeluarkan air tergantung pada suhu dan
kelembaban udara sekelilingnya. Sehingga banyaknya air dalam kayu selalu
berubah-ubah menurut keadaan udara atau atmosfer sekelilingnya. Semua sifat
fisik kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Oleh karena itu
dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku bangunan, perabot dan lain sebagainya
perlu diketahui kandungan kadar air, letaknya
air dalam kayu dan
bagaimana air itu bergerak di
dalam kayu (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, 1997).
Kadar air
akan berubah dengan berubahnya kondisi sekitarnya. Perubahan kadar air akan
berpengaruh terhadap dimensi dan sifat-sifat kayu. Hampir semua sifat kayu atau
produk kayu dipengaruhi oleh kadar air. Maka penting untuk mengetahui keberadaan
air dalam kayu, macam-macam kadar air dalam kaitan keberadaannya dangan
perubahan dimensi atau sifat-sifat kayu yang terjadi (Anonim, 1996).
Banyaknya
air yang tetap tinggal di dalam dinding sel suatu produk akhir tergantung pada
tingkat pengeringan selama pembuatan dan lingkungan tempat produk tersebut di
kemudian hari ditempatkan. Setelah sekali dikeluarkan dengan pengeringan, air
akan terdapat kembali di dalam rongga sel hanya apabila produk tersebut
dikenakan air cair untuk keperluan tertentu. Sistem pengeringan alami ini
sangat bergantung pada
musim dan sinar matahari. Atas dasar kesulitan-kesulitan dan ketidakpastian waktu
pengeringan, dicari sistem
pengeringan lain untuk menjamin kelangsungan
proses produksi (tidak bergantung pada musim). Sistem pengeringan tersebut
dinamakan sistem
pengeringan buatan (Haygreen, G dan
Bowyer, 1993).
Jika air berhubungan dengan kayu, baik
kayu segar maupun kayu dalam pemakaian maka sesudah dinding sel jenuh dengan
air pada akhirnya rongga sel akan terisi air bebas. Kadar air maksimum akan
tercapai bila semua rongga dalam dinding sel dan rongga-rongga sel telah jenuh
dengan air. Banyaknya air dalam kayu pada titik kejenuhan total ditentukan oleh
volume rongga-rongga dalam kayu, yang tidak diisi oleh zat dinding sel dan zat
ekstraktif, dan berat jenis kayu (pada keadaan kering tanur) (Kadir, 1978).
Berdasarkan beberapa hal di
ataslah, dilakukan praktikum pengeringan kiln untuk mengetahui dan memahami
perbedaan antara pengeringan alami dengan pengeringan buatan serta sistem
pengeringan yang diterapkan pada proses pengeringan tersebut.
Tujuan praktikum
Pengeringan Kayu yang berjudul Pengeringan
Kiln adalah:
1.
Mengetahui
dan memahami sistem pengeringan kiln.
2.
Mengetahui
besarnya persentase penurunan kadar air pada kayu.
3.
Mengetahui
tahap-tahap pengeringan secara kiln.
Tetap Semangat Buat THH (Teknik Hasil Hutan) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar