H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 03 Oktober 2012

FINISHING KAYU DURIAN


Praktikum Penggergajian dan Pengerjaan Kayu                                                                              Medan,  23 Desember 2011




FINISHING KAYU DURIAN (Durio zibethinus Murr) DENGAN MENGGUNAKAN POLITUR




Dosen Pembimbing :
Tito Sucipto S.Hut, M.Si



Disusun Oleh :
Kel. IV dan VIII THH
Rumondang B.Batubara         081203005
Nova Yanti Betrisan               081203008
Lensi Mian Sinaga                  081203024
Albert Raymond                     081203025
Ery F Tarigan                          081203030

                                  




PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya. Atas berkat-Nya juga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
            Judul laporan ini adalah “Finishing Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) Dengan Menggunakan Politur”. Ini sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
            Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Praktikum sekaligus dosen Mata Kuliah Penggergajian dan Pengerjaan kayu Bapak Tito Sucipto S.Hut, M.Si. serta teman-teman yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
            Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
            Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



                                                                                          Medan,   Desember  2011

                                                                                                         Penulis














PENDAHULUAN
Latar Belakang
Finishing merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses ini bertujuan untuk (1) memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan juga berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur atau kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan kedua adalah (2) untuk melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara dll) ataupun benturan dengan barang lain. Untuk menambah daya tahan dan keawetan produk kayu, material yang digunakan untuk finishing bisa bermacam-macam.
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah kualitas pengeringan kayu, khususnya yang berkaitan dengan kadar air kayu. Negara-negara importir hasil kayu menentukan kadar air dari produk kayu yang berlainan, sesuai dengan kondisi iklim/cuaca negara mereka masing-masing. Ketidaksesuaian kadar air kayu dengan kondisi iklim negara pengimport dapat menyebabkan kayu menjadi retak, pecah atau berubah bentuk. Untuk negara-negara beriklim sedang seperti negara-negara Eropa, Amerika, Kanada dan Jepang menuntut persyaratan kadar air maksimal 8% Selain itu, keseragaman kadar air kayu baik antar sortimen/potongan kayu maupun dalam sepotong kayu, serta bebas dari sisa tegangan pengeringan juga menjadi persyaratan yang penting agar produk yang dihasilkan mencapai mutu yang prima (Budianto, 1996).
Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali, sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil) sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk tertentu                          (Pandit dan Ramdan, 2002).
Kayu solid masih banyak dipilih sebagai material utama penyusun furnitur. Kebanyakan orang beranggapan bahwa kayu solid dapat bertahan lama, serta materialnya yg padat mudah diberi detail-detail tambahan untuk hiasan. Namun sepanjang penggunaanya, kayu solid akan mengalami muai susut yang dapat berpengaruh terhadap ukuran. Selain itu tanpa langkah pencegahan yang tepat, kayu solid lebih rentan terhadap rayap dan dapat mengeluarkan bubuk kayu sehingga bisa keropos.


Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. Mahasiswa mengetahui langkah-langkah dalam finishing kayu.
  2. Melatih mahasiswa dalam proses pengerjaan kayu secara sederhana.

















TINJAUAN PUSTAKA

Industri kayu olahan untuk pasar ekspor mulai dikembangkan oleh perusahaan di Indonesia pada tahun 1986. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang melarang ekspor kayu bulat dan hanya mengizinkan ekspor kayu gergaji maupun kayu olahan lainnya, seperti "furniture, laminating board, wood panel" dan lain sebagainya. Pengembangan industri mebel dapat dilihat dari nilai ekspor barang jadi kayu yang pada tahun 1986 berjumlah US $ 99 juta dan pada setiap tahun berikut baik menjadi US $ 527 juta pada tahun 1997.
Pengerjaan kayu muda dan basah menghasilkan teksturnya yang kasar, berbulu. Menurut Balfas (1993) munculnya cacat ini disebabkan oleh faktor kayu dan proses pemesinan kayu, yaitu kondisi mesin dan peralatan yang digunakan dalam pengerjaan kayu. Pohon muda banyak mengandung mata yang ukurannya juga kadang-kadang lebih besar, seratnya tidak teratur. Keadaan itu mengakibat kayu menggelinjang, susut dan pecah. Oleh karena itu volume realisasi pengadaan kayu meningkat sebesar 3,0088 m3 dari perencanaan semula 8.2012 m3 per unit rumah menjadi 11.2100 m3 per unit.

Penentuan Jenis Kayu
Identifikasi jenis-jenis kayu merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis kayu, mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu.   Dari sisi produsen, kepastian suatu jenis-jenis kayu penting artinya dalam proses produksi dan pemasaran.  Masing-masing jenis kayu mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga dalam pengolahannya pun memerlukan penanganan yang berbeda pula.  Sedangkan bagi konsumen, ini akan lebih memudahkan untuk memilih kayu-kayu yang cocok untuk kepentingannya. Untuk menentukan jenis-jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu. Pada umumnya dengan memerhatikan sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah, dsb.
Penentuan jenis-jenis kayu dalam bentuk olahan mudah dilakukan dengan memerhatikan sifat kasar yang mudah dilihat.  Misalnya, kayu jati memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas. Namun, apabila kayu tersebut diamati  dalam bentuk barang jadi, dimana sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan memeriksa sifat anatomi atau strukturnya. 

Durian
Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata.Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:
1)      Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
2)      Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.
3)      Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
4)      Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur. (Widjaja, dkk, 2004).   

Klasifikasi Kayu Durian
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo                : Malvales
Famili              : Bombacaceae
Genus              : Durio
Spesies            : Durio zibethinus Murr
Pengolahan bambu menjadi sebuah papan partikel yakni produk olahan bambu dengan cara merekatkan partikel-partikel menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu partikel ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III            (Widjaja, 2001).

Finishing Kayu Durian
Industri kayu menyebabkan terjadinya limbah sehingga perlu ada usaha untuk memanfaatkannya. Dalam rencana kerja Departemen Kehutanan tahun 1965 disebutkan bahwa pembangunan industri papan partikel merupakan salah satu pilihan. Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan satu atau lebih unsur panas, tekanan, kelembaban, katalis dan lain-lain (Iskandar,2006).
Fillering (Pendempulan) adalah tahapan dalam finishing yang sangat penting, proses ini sangat menentukan hasil akhir suatu finishing,yaitu memberikan filler(tambalan dan lapisan )ke permukaan produk.sehingga akan tampak rata disamping bisa menghemat bahan finishing lainnya, karena fillering berfungsi sebagai penutup pori-pori kayu dan bagian yang tidak rata.
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan kerajinan kayu dalam setiap tahapan sebagai berikut :
1.      Tahap penyiapan bahan baku kayu umumnya menggunakan mesin potong kayu  dan alat pengering.
2.      Tahap pembentukan di bantu oleh band saw kecil dan mesin potong handy seperti gergaji dan pahat.
3.      Tahap pembentukan halus atau pengukiran dengan menggunakan pahat.
4.      Tahap penghalusan biasanya menggunakan amplas dan banyak menggunakan tenaga manusia.
5.       Tahap finishing biasanya di bantu dengan mesin semprot cat dan kuas untuk mewarnai.
6.      Tahap pengepakan untuk keperluan pengiriman.
Dilihat dari jenis material pada dasarnya ada 2 macam jenis finishing yaitu :
1.      Finishing bahan padat
Material ini 100% menutupi permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini berupa lembaran atau rol. Paling baik dengan aplikasi secara masinal 100% dan populer untuk pemakaian furniture indoor dengan bahan dasar plywood, MDF, hardboard, softboard dan jenis lembaran lainnya.
2.      Finishing bahan cairan
Sangat banyak jenis dan variasi aplikasinya. Paling populer digunakan pada hampir seluruh jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel daripada finishing dari jenis bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing permukaan bidang lebar ataupun yang melengkung. Pada teknologi terbaru sekarang ini, jenis finishing akhir cairan bisa memiliki kualitas yang sama kuatnya pada permukaan yang lebar. Jenis bahan finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain Oil, Politur, Nitro Cellulose (NC), Melamine, PolyUrethane (PU), dan yang sedang populer saat ini adalah Waterbased Lacquer.Semua bahan finishing cair di atas membutuhkan minyak sebagai bahan pencair kecuali WaterBased Lacquer, menggunakan air sebagai bahan pencairnya.

Bahan Pelapis Finishing
Bahan dasar struktur yang digunakan untuk furniture penyimpanan, permukaan luarnya harus difinishing agar tampilannya indah. Untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur dan ketahan dalam hal benturan dan keadaan cuaca. Berdasarkan jenis materialnya, finishing untuk kayu solid dan olahan ada 2 jenis, yaitu Transparan dan Non Transparan.
a.      Lapisan Tranparan
Politur
          Biasanya berbentuk serpihan atau batangan yang dicairkan dengan alkohol. Tetapi ada juga yang siap pakai dengan komposisi alkohol yang tepat. Politur diaplilasilan dengan menggunakan kain yang di poles secara berkala pada permukaan kayu. Pengaplikasian politur dapat diulang secara berkala jika warnanya sudah memudar.
Nitro Cellulose (NC)
            Terbuat dai bahan resin NC dan tiner. Bahan ini akan membentuk lapisan film yang tahan air, namun belum kuat untuk menahan goresan maupun benturan fisik. NC di aplikasikan dengan cara semprot (spray) bertekanan udara atau memakai kuas.
Melamik
              Memberikan lapisan film yang lebih baik daripada NC. Permukaan kayu yang dilapis melamik menjadi sangat halus karena pori-pori kayu tertutup. Bahan ini lebih sulit untuk dilapis ulang dan akan berbau menyengat setelah aplikasi. Ada 2 pilihan finishing, yaitu matt dan glossy (mengkilat). Pengaplikasiannya dengan cara semprot atau memakai kuas.
Polyurethane (PU)
Merupakan jenis finishing yang paling tebal lapisan filmnya. Tampilannya menyerupai lapisan plastik sehingga membuat kayu tidak alami. Daya tahannya terhadap panas dan air sangat baik, membuat PU cocok untuk furnitur eksterior.
Waterbased lacquer menggunakan pencair air murni dan resin yang tertinggal dipermukaan kayu. Lapisannya tahan air dan goresan. Bhan ini lebih disukai oleh para konsumen dari Eropa.

b.      Lapisan Non Transparan.
            Material ini akan menutup 100% seluruh permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Bentuk fisiknya dapat berupa cat duco dan lapisan (laminate) dalam bentu lembaran atau rol.
Cat Duco
Adalah methode penyemprotan cat duco pada permukaan furnitur. Warnanya bervariasi seperti baturan dan warna-warna menyolok. Cocok untuk furnitur bernuansa modern, minimalis dan juga furnitur anak. Harganya relatif mahal dan bila sudah dicat, serat asli tidak bisa dikembalikan lagi. Pengaplikasiannya menggunakan semprot atau kuas. Dengan kemajuan tehnologi dan desain sekarang ini, berbagai motif dapat dibuat dari cat ini, seperti motif batu, marmer, motif pecah seribu maupun motif perak, tembaga dan emas.
Laminate
Adalah methode finishing furnitur dengan merekatkan bahan pelapis di permukaan furnitur. Proses pelapisan menggunakan lem khusus kayu, seperti lem kuning. Pelapis yang umum digunakan antara lain veneer, PVC, decosit, tacon, HPL.
Veneer
Terbuat dari serat tipis kayu asli. Motifnya tergantung jenis kayu ; ada motif jati, sungkai, nyatoh, kamper atau mahoni. Furnitur yang dibri lapissn ini mirip kayu asli sehingga tampilannya benar2 alami. Dijual dalam bentuk gulungan dengan lebar 10-20 cm, harganya relatif mahal.
PVC (Polyvinyl Carbonate)
Merupakan lapisan berbentuk lembaran dan terbuat dari plastik. Permukaannya lebih halus dibanding bahan dari plastik lain, seperti tacon dan decosif. Berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Pilihan warna terbatas, hanya ada coklat dan warna turunannya. Harganya relatif murah.
Decosif
Terbuat dari bahan plastik, lebih tipis dari tacon. Berbentuk gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm, sedang panjangnya tidak terbatas. Mempunyai variasi motif cukup banyak. Harganya paling murang dibanding jenis laminate lainnya.
Tacon
Sama seperti Decosif, terbuat dari plastik. Berbentuk gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm, sedang panjangnya tidak terbatas. Variasi motif cukup banyak dan permukaannya bertekstur. Harganya per meter lari.
HPL (High Pressure Laminate)
Terbuat dari campuran Akrilik dan kayu. Lapisan luarnya menyerupai kayu dan mengandung serat-serat kayu, tapi bagian belakangnya akrilik. HPL biasanya berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Variasi motif dan warna cukup banyak serta permukaannya bertekstur. Harga bervariasi tergantung merk dan motifnya. Warna polos relatif murah dan paling mahal warna silver.
Keunggulan HPL adalah mengandung unsur kayu, cocok bagi yang ingin menampilkan warna-warna alami kayu. Bahan ini kuat (karena cukup tebal) dan elastis sehingga bisa ditekuk untuk melapisi bagian tepi furniture.

Aplikasi Finishing.
a. Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan finishing diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke dalam tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh permukaan benda kerja, terutama pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..
           b. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai proses awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.
c.Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain. Hanya saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung kuas, hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.
d. Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak terlalu mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan udara dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu pada kekuatan tekanan, jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan bidang permukaan yang sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray menjadi dasar dari hampir semua jenis bahan finishing lacquer dengan berbagai variasi jenis alat semprot (sprayer), dari yang manual hingga otomatis.Proses yang bisa dilakukan dengan cara spray meliputi lapisan dasar, pewarnaan (lapisan kedua) hingga lapisan akhir.
e.Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain (tirai), bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan oleh pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan buatan.
f. Rolling. Prinsipnya sama  dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok, tetapi yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda kerja (papan) mengalir di bawahnya. Hanya roller bagian atas yang terbalut dengan bahan finishing, sedangkan roller bagian bawah hanya berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke dalam mesin. Jenis bahan finishing yang digunakan adalah UV lacquer, melamine, NC lacquer.

Aplikasi Politur
            Politur ini secara alami mempunyai warna coklat kekuning-kuningan, karena itu aplikasi dengan politur ini akan menghasilkan lapisan film yang berwarna coklat kekuningan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi warna finishing akhir yang dihasilkan. Warna finishing yang dihasilkan akan merupakan hasil dari perpaduan antara warna coklat kekuningan dari lapisan politur dengan warna dasar kayu di bawahnya. Warna finishing akhir yang dihasilkan dari politur akan menjadi semakin kuning apabila lapisan politur yang diaplikasikan semakin tebal.
            Apabila diinginkan politur dengan warna yang lebih kuat maka bisa ditambahkan pigmen warna ke dalam larutannya. Total pigmen yang ditambahkan ke dalam campuran sebaiknya tidak boleh lebih dari 10% dari total campuran. Untuk finishing dengan warna yang lebih tua maka sebaiknya aplikasi politur ini dikombinasikan dengan stain. Lakukan aplikasi stain pada kayu mentah sesuai dengan warna yang diinginkan, (gunakan prinsip segitiga warna untuk pemilihan dan pencampuran stain) tunggu kering kemudian baru lakukan aplikasi politur di atasnya sampai diperoleh ketebalan yang diinginkan.
            Setelah lapisan politur ini kering, kemudian lakukan pengolesan lagi dengan politur ini sampai diperoleh ketebalan yang diinginkan. Untuk memperoleh permukaan yang lebih rata dan halus maka sebaiknya dilakukan pengamplasan di antara pengolesan politur ini. Jadi suatu permukaan politur yang sudah kering diamplas dulu sampai halus dan rata baru dilapisi dengan politur lagi diatasnya. Sebaiknya gunakan amplas putih (stearated sandpaper) dengan grade 400 atau 360 untuk memperoleh permukaan yang halus dengan lebih cepat.
            Politur ini bisa juga diaplikasikan dengan menggunakan kuas, tetapi permukaan kuas yang relatif kasar akan meninggalkan garis-garis kuas pada permukaan film yang dihasilkan. Sebenarnya ada kuas khusus dengan kepala yang halus seperti kain yang bisa digunakan untuk aplikasi politur dengan hasil permukaaan yang halus dan rata.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum yang berjudul Finishing Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) dilakukan pada hari Senin tanggal 19 Desember 2011 – 22 Desember 2011. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Pisau atau gergaji tangan berfungsi untuk memotong contoh uji
2.      Kuas sebagai alat untuk mengolesi cat
3.      Kain lap untuk mengolesi politer pada kayu yang akan difinishing
4.      Mangkuk sebagai wadah untuk mengencerkan politur
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) berukuran 20 cm x 8 cm dan 2 cm sebagai objek percobaan
2.      Dempul untuk menutupi pori-pori kayu
3.      Lapisan pengkilap (politur) digunakan ntuk mengkilapkan bagian permukaan kayu
4.      Ampelas untuk menghaluskan permukaan kayu durian
5.      Air sebagai pelarut pengencer filler (pendempulan)

Prosedur Kerja
            Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah sebagai berikut, yaitu :
1.      Tiap kelompok membuat dua buah kayu yang akan difinishing yaitu :
A.    Persegi panjang ukuran 20 cm x 8 cm x 2 cm, difinishing tiap rangkaian proses, seperti gambar 1
B.     Persegi panjang ukuran 20 cm x 8 cm x 2 cm, difinishing semua
2.      Satu kayu persegi panjang dibagi menjadi 5 bagian, seperti pada gambar 1. Satu kayu persegi panjang langsung diampelas, didempul, diampelas, dicat ke-1, diampelas, dan dicat ke-2.
3.      Masing-masing bagian menunjukkan tiap proses kegiatan finishing
4.      Dikerjakan secara mandiri dan dikumpulkan 2 minggu ke depan, sekaligus persentasi hasil praktikum
5.      Tiap kelompok mengumpulkan : produk yang sudah difinishing (2 buah) dan laporan praktikum



 





Gambar 1. Proses Finishing Secara Bertahap

Tabel 1. Pembagian Metode Masing-Masing Kelompok
Kelompok
Produk (20 cm x 8 cm x 2 cm)
Jenis Bahan Finishing
Metode Aplikasi
1
2 buah
Cat kayu
Kuas
2
2 buah
Cat semprot
Spray
3
2 buah
Vernish
Kuas
4
2 buah
Politur
Kuas
5
2 buah
Cat kayu
Wipe
6
2 buah
Cat semprot
Spray
7
2 buah
Vernish
Wipe
8
2 buah
Politur
Wipe

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sunaryo, (1995). Peningkatan Produktivitas Bagian Finishing Melalui Aspek Aplikasi. Semarang: Pusat Pengembangan & Pelatihan Industri Kayu (PPPIK-PIKA).
Budianto, A.1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Semarang

Dephutbun RI. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta

Dumanauw, J. F. 2003. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

Energi Portal. 2007. Memperoleh Nilai Ekonomis Lebih dari Kelapa: Biodiesel, Glycerin, dan Produk Samping Lainnya. Situs Web Portal Media Informasi Energi

Frick, H. 1983. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu .Kanisius. Jakarta

Haygreen, G dan Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.

Pandit dan Ramdan. 2002. Anatomi Kayu. ITB : Bandung

Rambe, Sri Suryani Maphilindowati. “ Pasca Panen Buah Durian “. Trubus, 1988

Redaksi Trubus. Berkebun Durian Ala Petani Thailand. Jakarta : Penebar
Swadaya, 1998.

Martawijaya, A. dan S. Soemarno. 1990. Sifat dasar beberapa jenis kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan tanaman. Prosiding Diskusi Hutan Tanaman Industri. Jakarta, 13-14 Maret 1990. pp. 268-296. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.




















LAMPIRAN
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar