Praktikum Penggergajian dan Pengerjaan Kayu
Medan, 23 Desember 2011
FINISHING KAYU DURIAN (Durio zibethinus Murr)
DENGAN MENGGUNAKAN POLITUR
Dosen Pembimbing :
Tito Sucipto S.Hut, M.Si
Disusun Oleh :
Kel.
IV dan VIII THH
Rumondang B.Batubara 081203005
Nova Yanti Betrisan 081203008
Lensi Mian Sinaga 081203024
Albert Raymond 081203025
Ery F Tarigan 081203030
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya. Atas
berkat-Nya juga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Judul laporan ini adalah “Finishing
Kayu Durian (Durio zibethinus Murr)
Dengan Menggunakan Politur”. Ini sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikum di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Praktikum sekaligus
dosen Mata Kuliah Penggergajian dan Pengerjaan kayu Bapak Tito Sucipto S.Hut,
M.Si. serta teman-teman yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Kami
menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.
Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2011
Penulis
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Finishing
merupakan lapisan paling akhir pada permukaan kayu. Proses ini bertujuan untuk
(1) memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan juga
berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur atau
kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan kedua adalah (2)
untuk melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara dll) ataupun
benturan dengan barang lain. Untuk menambah daya tahan dan keawetan produk
kayu, material yang digunakan untuk finishing bisa bermacam-macam.
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Tanaman
durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman
liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan.
Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian
adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
masalah kualitas pengeringan kayu, khususnya yang berkaitan dengan kadar air
kayu. Negara-negara importir hasil kayu menentukan kadar air dari produk kayu
yang berlainan, sesuai dengan kondisi iklim/cuaca negara mereka masing-masing.
Ketidaksesuaian kadar air kayu dengan kondisi iklim negara pengimport dapat
menyebabkan kayu menjadi retak, pecah atau berubah bentuk. Untuk negara-negara
beriklim sedang seperti negara-negara Eropa, Amerika, Kanada dan Jepang
menuntut persyaratan kadar air maksimal 8% Selain itu, keseragaman kadar air
kayu baik antar sortimen/potongan kayu maupun dalam sepotong kayu, serta bebas
dari sisa tegangan pengeringan juga menjadi persyaratan yang penting agar
produk yang dihasilkan mencapai mutu yang prima (Budianto, 1996).
Kadar air
kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar
air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling
rawan terhadap serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi
kadar air tertentu (di bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek
penyusutan yang tidak terkendali, sedangkan kayu kering udara (disebut juga
kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil) sangat penting untuk diterapkan
di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk tertentu (Pandit dan Ramdan,
2002).
Kayu solid masih banyak dipilih sebagai material utama
penyusun furnitur. Kebanyakan orang beranggapan bahwa kayu solid dapat bertahan
lama, serta materialnya yg padat mudah diberi detail-detail tambahan untuk
hiasan. Namun sepanjang penggunaanya, kayu solid akan mengalami muai susut yang
dapat berpengaruh terhadap ukuran. Selain itu tanpa langkah pencegahan yang
tepat, kayu solid lebih rentan terhadap rayap dan dapat mengeluarkan bubuk kayu
sehingga bisa keropos.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
- Mahasiswa mengetahui langkah-langkah dalam finishing kayu.
- Melatih mahasiswa dalam proses pengerjaan kayu secara sederhana.
TINJAUAN PUSTAKA
Industri kayu olahan untuk pasar ekspor mulai
dikembangkan oleh perusahaan di Indonesia pada tahun 1986. Hal ini sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah yang melarang ekspor kayu bulat dan hanya
mengizinkan ekspor kayu gergaji maupun kayu olahan lainnya, seperti "furniture, laminating board, wood
panel" dan lain sebagainya. Pengembangan industri mebel dapat dilihat
dari nilai ekspor barang jadi kayu yang pada tahun 1986 berjumlah US $ 99 juta
dan pada setiap tahun berikut baik menjadi US $ 527 juta pada tahun 1997.
Pengerjaan kayu muda dan basah
menghasilkan teksturnya yang kasar, berbulu. Menurut Balfas (1993) munculnya
cacat ini disebabkan oleh faktor kayu dan proses pemesinan kayu, yaitu kondisi
mesin dan peralatan yang digunakan dalam pengerjaan kayu. Pohon muda banyak
mengandung mata yang ukurannya juga kadang-kadang lebih besar, seratnya tidak
teratur. Keadaan itu mengakibat kayu menggelinjang, susut dan pecah. Oleh karena
itu volume realisasi pengadaan kayu meningkat sebesar 3,0088 m3 dari
perencanaan semula 8.2012 m3 per unit rumah menjadi 11.2100 m3
per unit.
Penentuan Jenis Kayu
Identifikasi jenis-jenis
kayu merupakan salah satu
bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis
kayu, mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta menetapkan
mutu. Dari sisi produsen, kepastian suatu jenis-jenis kayu penting
artinya dalam proses produksi dan pemasaran. Masing-masing jenis kayu
mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga dalam pengolahannya pun
memerlukan penanganan yang berbeda pula. Sedangkan bagi konsumen, ini akan lebih memudahkan untuk memilih
kayu-kayu yang cocok untuk kepentingannya. Untuk menentukan jenis-jenis kayu,
tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu
bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu. Pada
umumnya dengan memerhatikan sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan
kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah, dsb.
Penentuan jenis-jenis
kayu dalam bentuk olahan
mudah dilakukan dengan memerhatikan sifat kasar yang mudah dilihat.
Misalnya, kayu jati memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas. Namun, apabila
kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi, dimana sifat fisik asli
tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka cara yang
dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan memeriksa sifat
anatomi atau strukturnya.
Durian
Ketinggian tempat untuk bertanam durian
tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok
ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang
dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata.Manfaat durian selain
sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian
lainnya, yaitu:
1) Tanamannya
sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
2) Batangnya
untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu
sengon sebab kayunya cenderung lurus.
3) Bijinya
yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif
pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
4) Kulit
dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering
dan dibakar sampai hancur.
(Widjaja, dkk, 2004).
Klasifikasi Kayu Durian
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr
Pengolahan bambu menjadi sebuah papan partikel yakni produk olahan bambu
dengan cara merekatkan partikel-partikel menjadi beberapa lapis yang
selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Banyaknya lapisan tergantung
ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu partikel ini sangat
ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan
bambu dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III (Widjaja, 2001).
Finishing Kayu Durian
Industri kayu menyebabkan
terjadinya limbah sehingga perlu ada usaha untuk memanfaatkannya. Dalam rencana
kerja Departemen Kehutanan tahun 1965 disebutkan bahwa pembangunan industri
papan partikel merupakan salah satu pilihan. Papan partikel adalah papan yang
dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat
dengan perekat organik dan dengan bantuan satu atau lebih unsur panas, tekanan,
kelembaban, katalis dan lain-lain (Iskandar,2006).
Fillering (Pendempulan) adalah tahapan dalam finishing yang sangat
penting, proses ini sangat menentukan hasil akhir suatu finishing,yaitu
memberikan filler(tambalan dan lapisan )ke permukaan produk.sehingga akan
tampak rata disamping bisa menghemat bahan finishing lainnya, karena fillering
berfungsi sebagai penutup pori-pori kayu dan bagian yang tidak rata.
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk dalam pembuatan
kerajinan kayu dalam setiap tahapan sebagai berikut :
1.
Tahap penyiapan bahan baku kayu umumnya menggunakan
mesin potong kayu dan alat pengering.
2.
Tahap pembentukan di bantu oleh band saw kecil dan
mesin potong handy seperti gergaji
dan pahat.
3. Tahap pembentukan halus atau pengukiran
dengan menggunakan pahat.
4. Tahap penghalusan biasanya menggunakan
amplas dan banyak menggunakan tenaga manusia.
5. Tahap finishing biasanya di bantu dengan mesin
semprot cat dan kuas untuk mewarnai.
6. Tahap pengepakan untuk keperluan
pengiriman.
Dilihat dari jenis material pada dasarnya
ada 2 macam jenis finishing yaitu :
1.
Finishing
bahan padat
Material ini 100%
menutupi permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Fisik bahan ini
berupa lembaran atau rol. Paling baik dengan aplikasi secara masinal 100% dan
populer untuk pemakaian furniture indoor dengan bahan dasar plywood, MDF, hardboard, softboard dan jenis lembaran lainnya.
2.
Finishing
bahan cairan
Sangat banyak
jenis dan variasi aplikasinya. Paling populer digunakan pada hampir seluruh
jenis furniture kayu. Bersifat lebih fleksibel daripada finishing dari jenis
bahan yang padat. Sangat baik untuk finishing permukaan bidang lebar ataupun
yang melengkung. Pada teknologi terbaru sekarang ini, jenis finishing akhir
cairan bisa memiliki kualitas yang sama kuatnya pada permukaan yang lebar.
Jenis bahan finishing cair yang telah digunakan saat ini antara lain Oil,
Politur, Nitro Cellulose (NC), Melamine, PolyUrethane (PU), dan yang sedang
populer saat ini adalah Waterbased Lacquer.Semua bahan finishing cair di atas
membutuhkan minyak sebagai bahan pencair kecuali WaterBased Lacquer,
menggunakan air sebagai bahan pencairnya.
Bahan Pelapis Finishing
Bahan dasar struktur yang digunakan untuk furniture penyimpanan,
permukaan luarnya harus difinishing agar tampilannya indah. Untuk menutupi
beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur dan ketahan dalam hal benturan
dan keadaan cuaca. Berdasarkan jenis materialnya, finishing untuk kayu solid
dan olahan ada 2 jenis, yaitu Transparan dan Non Transparan.
a.
Lapisan Tranparan
Politur
Biasanya berbentuk serpihan atau batangan yang dicairkan dengan alkohol. Tetapi ada juga yang siap pakai dengan komposisi alkohol yang tepat. Politur diaplilasilan dengan menggunakan kain yang di poles secara berkala pada permukaan kayu. Pengaplikasian politur dapat diulang secara berkala jika warnanya sudah memudar.
Biasanya berbentuk serpihan atau batangan yang dicairkan dengan alkohol. Tetapi ada juga yang siap pakai dengan komposisi alkohol yang tepat. Politur diaplilasilan dengan menggunakan kain yang di poles secara berkala pada permukaan kayu. Pengaplikasian politur dapat diulang secara berkala jika warnanya sudah memudar.
Nitro
Cellulose (NC)
Terbuat dai bahan resin NC dan
tiner. Bahan ini akan membentuk lapisan film yang tahan air, namun belum kuat
untuk menahan goresan maupun benturan fisik. NC di aplikasikan dengan cara
semprot (spray) bertekanan udara atau memakai kuas.
Melamik
Memberikan lapisan film yang lebih baik daripada NC. Permukaan kayu yang dilapis melamik menjadi sangat halus karena pori-pori kayu tertutup. Bahan ini lebih sulit untuk dilapis ulang dan akan berbau menyengat setelah aplikasi. Ada 2 pilihan finishing, yaitu matt dan glossy (mengkilat). Pengaplikasiannya dengan cara semprot atau memakai kuas.
Memberikan lapisan film yang lebih baik daripada NC. Permukaan kayu yang dilapis melamik menjadi sangat halus karena pori-pori kayu tertutup. Bahan ini lebih sulit untuk dilapis ulang dan akan berbau menyengat setelah aplikasi. Ada 2 pilihan finishing, yaitu matt dan glossy (mengkilat). Pengaplikasiannya dengan cara semprot atau memakai kuas.
Polyurethane
(PU)
Merupakan jenis finishing yang paling tebal lapisan filmnya.
Tampilannya menyerupai lapisan plastik sehingga membuat kayu tidak alami. Daya
tahannya terhadap panas dan air sangat baik, membuat PU cocok untuk furnitur
eksterior.
Waterbased lacquer menggunakan pencair air murni dan resin yang tertinggal dipermukaan kayu. Lapisannya tahan air dan goresan. Bhan ini lebih disukai oleh para konsumen dari Eropa.
Waterbased lacquer menggunakan pencair air murni dan resin yang tertinggal dipermukaan kayu. Lapisannya tahan air dan goresan. Bhan ini lebih disukai oleh para konsumen dari Eropa.
b.
Lapisan Non Transparan.
Material ini akan menutup 100%
seluruh permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Bentuk fisiknya dapat
berupa cat duco dan lapisan (laminate) dalam bentu lembaran atau rol.
Cat
Duco
Adalah methode penyemprotan cat duco pada permukaan furnitur.
Warnanya bervariasi seperti baturan dan warna-warna menyolok. Cocok untuk
furnitur bernuansa modern, minimalis dan juga furnitur anak. Harganya relatif
mahal dan bila sudah dicat, serat asli tidak bisa dikembalikan lagi.
Pengaplikasiannya menggunakan semprot atau kuas. Dengan kemajuan tehnologi dan
desain sekarang ini, berbagai motif dapat dibuat dari cat ini, seperti motif
batu, marmer, motif pecah seribu maupun motif perak, tembaga dan emas.
Laminate
Adalah methode finishing furnitur dengan merekatkan bahan
pelapis di permukaan furnitur. Proses pelapisan menggunakan lem khusus kayu,
seperti lem kuning. Pelapis yang umum digunakan antara lain veneer, PVC,
decosit, tacon, HPL.
Veneer
Terbuat dari serat tipis kayu asli. Motifnya tergantung jenis
kayu ; ada motif jati, sungkai, nyatoh, kamper atau mahoni. Furnitur yang dibri
lapissn ini mirip kayu asli sehingga tampilannya benar2 alami. Dijual dalam
bentuk gulungan dengan lebar 10-20 cm, harganya relatif mahal.
PVC
(Polyvinyl Carbonate)
Merupakan lapisan berbentuk lembaran dan terbuat dari
plastik. Permukaannya lebih halus dibanding bahan dari plastik lain, seperti
tacon dan decosif. Berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm.
Pilihan warna terbatas, hanya ada coklat dan warna turunannya. Harganya relatif
murah.
Decosif
Decosif
Terbuat dari bahan plastik, lebih tipis dari tacon. Berbentuk
gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm, sedang panjangnya tidak
terbatas. Mempunyai variasi motif cukup banyak. Harganya paling murang
dibanding jenis laminate lainnya.
Tacon
Sama seperti Decosif, terbuat dari plastik. Berbentuk
gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm, sedang panjangnya tidak
terbatas. Variasi motif cukup banyak dan permukaannya bertekstur. Harganya per
meter lari.
HPL (High Pressure Laminate)
HPL (High Pressure Laminate)
Terbuat dari campuran Akrilik dan kayu. Lapisan luarnya
menyerupai kayu dan mengandung serat-serat kayu, tapi bagian belakangnya
akrilik. HPL biasanya berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm.
Variasi motif dan warna cukup banyak serta permukaannya bertekstur. Harga
bervariasi tergantung merk dan motifnya. Warna polos relatif murah dan paling
mahal warna silver.
Keunggulan HPL adalah mengandung unsur kayu, cocok bagi yang
ingin menampilkan warna-warna alami kayu. Bahan ini kuat (karena cukup tebal)
dan elastis sehingga bisa ditekuk untuk melapisi bagian tepi furniture.
Aplikasi Finishing.
a. Dipping (celup) .Lebih dikenal juga dengan istilah perendaman. Bahan
finishing diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan
ke dalam tangki tersebut. Proses in bertujuan agar seluruh permukaan benda
kerja, terutama pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan
finishing..
b. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai proses awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.
b. Wiping (pemolesan dengan kain) Proses ini sebaiknya tidak dipakai sebagai proses awal/dasar. Walaupun demikian beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa diaplikasikan dengan cara ini, misalnya politur. Kualitas permukaan lebih baik dari proses celup tapi membutuhkan waktu lebih lama.
c.Brush (kuas).Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain.
Hanya saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing
yang cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung
kuas, hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau
poles.
d. Spray (semprot) Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak
terlalu mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat
tekanan udara dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing
bersamaan dengan udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu
pada kekuatan tekanan, jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan
bidang permukaan yang sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray
menjadi dasar dari hampir semua jenis bahan finishing lacquer dengan berbagai
variasi jenis alat semprot (sprayer), dari yang manual hingga otomatis.Proses
yang bisa dilakukan dengan cara spray meliputi lapisan dasar, pewarnaan
(lapisan kedua) hingga lapisan akhir.
e.Shower (curah) Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain (tirai), bahan
finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan kecepatan
tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara
pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan
oleh pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan
buatan.
f. Rolling.
Prinsipnya sama dengan roller yang
dipakai untuk mengecat tembok, tetapi yang dimaksud disini adalah alat aplikasi
sebuah mesin roller yang seluruh permukaannya terbalut dengan bahan finishing
cair dan benda kerja (papan) mengalir di bawahnya. Hanya roller bagian atas
yang terbalut dengan bahan finishing, sedangkan roller bagian bawah hanya
berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke dalam mesin. Jenis bahan finishing
yang digunakan adalah UV lacquer, melamine, NC lacquer.
Aplikasi Politur
Politur ini secara alami
mempunyai warna coklat kekuning-kuningan, karena itu aplikasi dengan politur
ini akan menghasilkan lapisan film yang berwarna coklat kekuningan. Hal ini
tentu saja akan mempengaruhi warna finishing akhir yang dihasilkan. Warna
finishing yang dihasilkan akan merupakan hasil dari perpaduan antara warna
coklat kekuningan dari lapisan politur dengan warna dasar kayu di bawahnya.
Warna finishing akhir yang dihasilkan dari politur akan menjadi semakin kuning
apabila lapisan politur yang diaplikasikan semakin tebal.
Apabila diinginkan politur dengan
warna yang lebih kuat maka bisa ditambahkan pigmen warna ke dalam larutannya.
Total pigmen yang ditambahkan ke dalam campuran sebaiknya tidak boleh lebih
dari 10% dari total campuran. Untuk finishing dengan warna yang lebih tua maka
sebaiknya aplikasi politur ini dikombinasikan dengan stain. Lakukan aplikasi
stain pada kayu mentah sesuai dengan warna yang diinginkan, (gunakan prinsip
segitiga warna untuk pemilihan dan pencampuran stain) tunggu kering
kemudian baru lakukan aplikasi politur di atasnya sampai diperoleh ketebalan
yang diinginkan.
Setelah lapisan politur ini kering,
kemudian lakukan pengolesan lagi dengan politur ini sampai diperoleh ketebalan
yang diinginkan. Untuk memperoleh permukaan yang lebih rata dan halus maka
sebaiknya dilakukan pengamplasan di antara pengolesan politur ini. Jadi suatu
permukaan politur yang sudah kering diamplas dulu sampai halus dan rata baru
dilapisi dengan politur lagi diatasnya. Sebaiknya gunakan amplas putih
(stearated sandpaper) dengan grade 400 atau 360 untuk memperoleh permukaan yang
halus dengan lebih cepat.
Politur ini bisa juga diaplikasikan
dengan menggunakan kuas, tetapi permukaan kuas yang relatif kasar akan
meninggalkan garis-garis kuas pada permukaan film yang dihasilkan. Sebenarnya
ada kuas khusus dengan kepala yang halus seperti kain yang bisa digunakan untuk
aplikasi politur dengan hasil permukaaan yang halus dan rata.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul Finishing Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) dilakukan pada
hari Senin tanggal 19 Desember 2011 – 22 Desember 2011. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.
Pisau
atau gergaji tangan berfungsi untuk memotong contoh uji
2.
Kuas
sebagai alat untuk mengolesi cat
3.
Kain
lap untuk mengolesi politer pada kayu yang akan difinishing
4.
Mangkuk
sebagai wadah untuk mengencerkan politur
Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah :
1.
Kayu
Durian (Durio zibethinus Murr)
berukuran 20 cm x 8 cm dan 2 cm sebagai objek percobaan
2.
Dempul
untuk menutupi pori-pori kayu
3.
Lapisan
pengkilap (politur) digunakan ntuk mengkilapkan bagian permukaan kayu
4. Ampelas
untuk menghaluskan permukaan kayu durian
5. Air
sebagai pelarut pengencer filler (pendempulan)
Prosedur Kerja
Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut, yaitu :
1.
Tiap
kelompok membuat dua buah kayu yang akan difinishing yaitu :
A.
Persegi
panjang ukuran 20 cm x 8 cm x 2 cm, difinishing tiap rangkaian proses, seperti
gambar 1
B.
Persegi
panjang ukuran 20 cm x 8 cm x 2 cm, difinishing semua
2.
Satu
kayu persegi panjang dibagi menjadi 5 bagian, seperti pada gambar 1. Satu kayu
persegi panjang langsung diampelas, didempul, diampelas, dicat ke-1, diampelas,
dan dicat ke-2.
3.
Masing-masing
bagian menunjukkan tiap proses kegiatan finishing
4.
Dikerjakan
secara mandiri dan dikumpulkan 2 minggu ke depan, sekaligus persentasi hasil
praktikum
5.
Tiap
kelompok mengumpulkan : produk yang sudah difinishing (2 buah) dan laporan
praktikum
Gambar 1. Proses Finishing Secara Bertahap
Tabel 1.
Pembagian Metode Masing-Masing Kelompok
Kelompok
|
Produk (20 cm x 8 cm x 2 cm)
|
Jenis Bahan Finishing
|
Metode Aplikasi
|
1
|
2 buah
|
Cat kayu
|
Kuas
|
2
|
2 buah
|
Cat semprot
|
Spray
|
3
|
2 buah
|
Vernish
|
Kuas
|
4
|
2 buah
|
Politur
|
Kuas
|
5
|
2 buah
|
Cat kayu
|
Wipe
|
6
|
2 buah
|
Cat semprot
|
Spray
|
7
|
2 buah
|
Vernish
|
Wipe
|
8
|
2 buah
|
Politur
|
Wipe
|
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sunaryo, (1995).
Peningkatan Produktivitas Bagian Finishing Melalui Aspek Aplikasi. Semarang:
Pusat Pengembangan & Pelatihan Industri Kayu (PPPIK-PIKA).
Budianto, A.1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Semarang
Dephutbun
RI. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.
Jakarta
Dumanauw, J. F. 2003. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
Energi Portal. 2007. Memperoleh Nilai Ekonomis Lebih dari Kelapa: Biodiesel, Glycerin, dan
Produk Samping Lainnya. Situs Web Portal Media Informasi Energi
Frick, H. 1983. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu .Kanisius. Jakarta
Haygreen, G dan Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah
Mada University Press; Yogyakarta.
Pandit dan Ramdan. 2002.
Anatomi Kayu. ITB : Bandung
Rambe, Sri Suryani Maphilindowati. “ Pasca Panen Buah Durian “.
Trubus, 1988
Redaksi Trubus. Berkebun Durian Ala Petani Thailand. Jakarta :
Penebar
Swadaya, 1998.
Martawijaya, A. dan S. Soemarno. 1990. Sifat dasar beberapa jenis
kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan tanaman. Prosiding Diskusi Hutan
Tanaman Industri. Jakarta, 13-14 Maret 1990. pp. 268-296. Badan Litbang
Kehutanan. Jakarta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar