PENDAHULUAN
Hadioetomo (1985) merngatakan
bahwa sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas,
penyaringan, radiasi, dan penambahan bahan kimia. Sedangkan sterilisasi dengan
cara panas dapat dilakukan dengan panas basah, panas kering, pemanasan bertahap
dan perebusan. Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan
bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam
autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air
jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit. Menurut Fardiaz (1992) cara pemanasan basah dapat
membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat
menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel. Perebusan
adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C
selama beberapa menit. Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora
belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo,
1992).
Pengamatan
Dalam pembuatan PDA ini akan menghasilkan media yang akan digunakan sebagai
media biakan bakteri dan jamur. Media PDA pada saat masih panas akan berbentuk
cairan yang kental kemudian setelah dingin akan menjadi padatan. Media PDA (Potato Dextrosa agar) merupakan medium
semi sintetik. Media merupakan tempat dimana tejadi perkembangan organisme.
Organisme menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang
telah bercampur. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kentang harus di potong
dadu, agar karbohidrat di kentang dapat keluar dan menyatu dengan air sehingga
menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan, maka semakin besar daya osmosisnya.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang
disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Penggunaan kentang dalam pembuatan media
karena kentang kaya akan karbohidrat yang sangat diperlukan oleh suatu
mikroorganisme. Dalam pembuatan PDA ini biasa digunakan Dextrosa, namun dextros
ini dapat digantikan dengan gula pasir biasa (Pelczar dan Chan, 1986).
Sterilisasi adalah suatu proses
untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam
suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi
harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri.
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih
berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten
dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Sterilisasi dengan
bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte (1990), etil alkohol sangan
efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini tidak membunuh spora.
Sterilisasi dengan alkohol dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan
teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada tangan praktikan dan alat-alat
seperti makropipet dan mikropipet. Menurut Volk dan Wheeler (1988), alkohol
bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu pendek untuk menimbulkan banyak
efek germisida dan alkohol segera menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun
alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel debu, dan bakteri.
Maksud dari media PDA
di sini sebenarnya PSA. PDA kepanjangan dari Potato Dextose Agar yang terdiri
dari ekstrak kentang, gula golongan dektrosa, dan agar. Sedangkan PSA terdiri
dari gula pasir yang biasa kita konsumsi. PDA biasa dijual di toko kimia dalam
bentuk bubuk siap pakai, harganya cukup mahal dan blia dibandingkan PSA tentu
jauh terpaut. PDA biasa dipakai untuk penelitian mikrobiologi yang
membutuhkan ketelitian dan kemurnian tinggi sedangkan PSA bersifat teknis di
“lab lapang”. Bahan yang digunakan yaitu: kentang 200 gram, agar 7 gram, gula
pasir 20 gram dan air 1 liter. Alat yang digunakan: kompor, panci, autoklaf, erlenmayer,
gelas ukur,aluminium foil, pengaduk, plastik wrapping, kapas, petri dish/tabung
vial.
Menurut Rachmatullah cara pembuatan
media PDA adalah:
1. Kentang dikupas, dicuci dan diiris dadu 1 x 1 cm
2. Rebus kentang dengan air 750 ml selama 20 menit
3. Pisahkan kentangnya dan ambil airnya (ekstrak)
4. Tambahkan gula, agar dan air dalam ekstrak kentang hingga 1 liter
5. Rebus kembali hingga mendidih. Jangan terlalu lama
mendidihkannya, tepat ketika mendidih saja.
6. Tuangkan ekstrak tersebut ke dalam erlenmayer atau langsung ke tabung
vial.
7. Sumbat erlenmayer dengan kapas dan ditutup
almunium foil. Tabung vial cukup ditutup dan balut dengan plastik wrapping.
8. Sterilisasi dengan autoclaf selama 10 menit.
9. Setelah selesai, PSA pada erlenmayer (dalam
keadaan panas, karena kalau dingin akan membeku) tuang tipis ke petri dish
dalam laminar air flow cabinet. Sedangkan PSA dalam tabung vial letakkan miring
hingga agar mengeras.
10. Celah pada tutup petri dish lapisi dengan plastik wrapping agar tidak
ada celah dan menyebabkan kontaminasi.
11.
Setelah PSA membeku, media sudah dapat digunakan
Alat yang digunakan
untuk kultur jaringan yang diterapkan pada jaringan tanaman dalam keadaan yang
aseptik. Semua material yang digunakan bebas dari mikroba di laboratorim.
Prinsip-prinsip sterilisasi yang digunakan ada tiga tipe, yaitu: (1) dry heat,
(2) wet heat, dan (3) filter sterilisasi (Ramawat, 2000).
Sterilisasi media
kultur dapat dilakukan dengan autoklaf. Media yang akan di sterilisasi
mula-mula dimasukkan ke dalam botol atau erlenmeyer bersih. Selanjutnya botol
atau erlenmeyer yang telah bersih, media tersebut disusun rapi dalam autoclaf
dan siap untuk disterilisasikan (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995).
Perlu diketahui sumber kontaminasi juga
sangat mempengaruhi hal tersebut. Dalam satu jenis bentuk ketahanan terhadap
panas pun berbeda. Temperatur 160ºC dengan waktu 40-60 menit adalah pilihan
yang paling baik. Seandainya kontaminasi terjadi, maka disarankan semua
peralatan dan botol sterilisasi pada suhu 160ºC-180ºC. Perlu digaris bawahi
disini bahwa upaya keras mengatasi kontaminasi organism adalah merupakan hal
yang sangat penting pada kultur jaringan semua media botol, kultur dan
alat-alat yang digunakan untuk menangkap jaringan harus diusahakan sama steril
sebagaimana bahan tanaman yang digunakan itu untuk mencegah terjadinya hal itu,
maka tempat dimana kegiatan kultur jaringan dilakukan harus disebabkan dari
mikroorganisme dan patogen (Santoso dan Fatimah, 2005).
METODELOGI
Pembuatan Sterilisasi Bahan Dan Media
PDA
Sterilisasi
alat
1. Dicuci alat yang akan digunakan hingga bersih
2. Dikeringkan
dengan tissue hingga benar-benar bersih dan kering
3. Dibungkus
alat dengan Koran
4. Dimasukkan
pada autoklaf dan dipanaskan selama lima belas menit dengan 1,5 atm
5. Setelah
petunjuk waktu mencapai 90 derajat maka angkat autiklaf dari kompor dan buka
autoklapnya
Media PDA
6. Disiapkan
alat dan bahan
7. Ditimbang
kentang seberat 250 gr, dikupas, dan dipotong dadu
8. Direbus
dan setelah direbus diperas dengan kain
9. Air
perasan kentang dicampur dengan agar dan air
10. Dipanaskan
campuran tadi sehingga matang
11. Setelah
matang maka dimasukkan ke gelas kimia dan ditutup dengan tutup yang rapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan media PDA yang
didapatkan media PDA yang digunakan media yang beku. Hal yang perlu dilakaukan
adalah menjaga kesterilan alat dan praktikan. Karena bila tidak steril, maka
akan mempengaruhi hasilnya.
Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan diketahui bahwa media harus steril sehingga sesuai dan mendukung
untuk perkembangan dan pertumbuhan eksplan tersebut. Semua media yang digunakan
harus bebas dari mikroba dan sesuai dengan prinsip-prinsip sterilisasi yang
digunakan yaitu: heat, wet heat dan filter sterilisasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ramawat (2000) yang menyatkana bahwa jaringan tanaman harus aseptik dengan prinsip-prinsip
sterilisasi yang digunakan dibagi tiga tipe yaitu dengan heat, wet heat dan
filter sterilisasi.
Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan diketahui bahwa eksplan bebas dari kontaminasi. Ini bertujuan agar
tanaman yang digunakan sebagai eksplan tidak terkontaminasi oleh bakteri,
karena bakteri dapat menyebabkan gangguan pada eksplan sehingga eksplan akan
terganggu pada saat proses kultur jaringan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Santoso dan Fatimah (2005)
yang menyatakan bahwa temperatur 160ºC dengan waktu 40-60 menit adalah pilihan
yang paling baik. Karena bakteri dan mikroba lainnya dapat mati pada suhu di
atas 100ºC.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmatullah. Pembuatan Media
PDA. http://bisnisjamur.wordpress.com.pembuatan-media-pda/
Pelczar,
M. J. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
Lay, B. W. dan Hastowo.
1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
Ramawat, K. O.,
2000. Plant Biotechnology. Company Ltn. Ram Nagar. New Delhi.
Isnansetyo dan
Kurniastuty,1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar