*Character And Holiness*
[Karakter Dan Kekudusan]
*1 Petrus 1:16,* _"sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus"._
Nampaknya ayat 16 diatas mengakhiri pemikiran yang dimulai di ayat 15, dimana Petrus mengutip perintah Allah yang terkenal kepada umat-Nya, Israel (Imamat 11:44-45; 19:2; 20:7). Dan ia melakukan hal ini untuk menegaskan suatu hal, khususnya kepada para pembacanya yang beragama Yahudi, bahwa Allah selalu memerintahkan anak-anak-Nya untuk _"menjadi kudus,"_ sehingga ide ini sudah dinyatakan Allah ribuan tahun yang lalu. Sebagai orang percaya yang mengandalkan Tuhan dengan dewasa, selayaknya tidak memaksakan masalah kehendaknya agar Tuhan menyelesaikan masalah yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani atau masalah umum lainnya. Seharusnya aementara melewati berbagai perjuangan hidup, tetap berusaha menemukan kehendak-Nya di balik pergumulan hidupnya. Maka penting bukan bagaimana persoalan hidup dapat diselesaikan, namun apa yang dihasilkan hidup bagi karakter atau moralnya di tengah menghadapi persoalan hidup.
Kita harus meyakini Tuhan selalu memberi jalan keluar atas semua kesulitan hidup yang kita alami. Namun Tuhan lebih peduli memberi jalan keluar bila ada cacat karakter kita. Kadangkala berbagai kesulitan hidup menjadi sarana Tuhan untuk menyempurnakan seserang agar kita bisa menjadi dewasa rohani sehingga dapat mengimbangi moral Tuhan atau memiliki kekudusan. Biasanya semua orang mengharapkan hidup tanpa kesulitan, itulah sebabnya orang berusaha untuk menjauhkan diri dari berbagai kesulitan dan berharap jika kesulitan2 hidupnya dapat tertanggulangi maka ia merasa bahagia. Ada anggapan manusia merasa berkeyakinan tidak akan dapat memiliki kebahagiaan kalau situasi hidupnya tidak menyenangkan. Lalu lebih berusaha bagaimana menemukan jalan keluar dari berbagai kesulitan hidupnya, namun tidak mempersoalkan bagaimana menemukan jalan keluar dari cacat karakternya.
Seseorang akan berurusan dengan Tuhan bukan karena menggarap cacat karakternya, namun bagaimana menemukan hidup yang tidak ditekan oleh kesulitan, sehingga tidak menyadari Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Tetapi akan berbeda dengan orang percaya yang benar, walaupun dalam kesulitan, namun kebahagiaan jiwanya tidak terganggu sebab ia menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan hidup ini. Orang benar akan merasa kehadiran-Nya dan memiliki pengharapan bahwa suatu hari nanti akan bersama dengan Tuhan. Dan suasana jiwanya tidak dipengaruhi oleh lingkungan atau faktor eksternal. Berbeda dengan yang tidak percaya masih dipengaruhi ekonomi maupun harta padahal belum tentu memberi kebahagiaan sejati. Tetapi orang percaya akan terus menerus dan intensif mencari Tuhan, dalam segala situasi dan bukan hanya pada waktu sedang berada dalam keadaan hidup yang sulit saja. Jadi untuk itu perlu berusaha bertumbuh secara dewasa untuk memiliki kekudusan seperti yang Tuhan kehendaki, yakni segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan: pikiran dan perasaan Tuhan. JC Ryle menyatakan, _"Kekudusan adalah kebiasaan untuk memiliki pikiran yang sama dengan Tuhan, sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Kitab Suci. Kekudusan adalah kebiasaan untuk menyetujui penghakiman Tuhan, membenci apa yang dibenci-Nya, mencintai apa yang dikasihi-Nya, dan mengukur segala sesuatu di dunia ini dengan standar Firman-Nya"._
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar