INDUSTRI MEDIUM DENSITY FIBERBOARD 2
Industri MDF yang diobservasi merupakan industri
MDF pertama di Indonesia dan mulai beroperasi pada akhir tahun 1995. Investasi
yang dikeluarkan dalam membangun industri tersebut sebesar US $ 150 juta dengan
kapasitas produksi sebesar 100.000 m³ per tahun. Pada tahun pertama produksi
sebesar 70% dari total kapasitas dan meningkat 90% dari total kapasitas pada
tahun kedua, dan pada tahun ketiga diharapkan dapat berproduksi pada kapasitas
penuh.
Bahan baku yang digunakan berasal dari hasil
penjarangan HTI dari jenis cepat tumbuh yaitu Acacia mangium, Eucalyptus
deglupta, Eucalyptus urophylla, dan Gmelina arborea dengan
daur 6 tahun sampai dengan 7 tahun. Diamater kayu yang digunakan berkisar dari 7 cm sampai dengan 25 cm
sehingga dapat menurunkan biaya produksi MDF dari industri tersebut. Hal ini
dapat memberikan peluang bagi industri untuk bersaing dengan industri MDF
lainnya. Pada industri tersebut MDF yang dihasilkan mengacu pada standar Euro
MDF Board (EMB) dengan menggunakan teknologi dari Jerman dan Swedia dalam
memproduksinya.
Mesin-mesin yang digunakan dalam produksi tersebut
terdiri dari satu mesin pengupas kulit (Fuji King debarker), mesin pembuat
serpih (Fuji Kagyo Chipper), mesin pra-pengepresan (Sunds Defibrator
pra-press), mesin pengepresan (Kusters continous press), mesin pengampelasan
(Steinemann sander) dan mesin pemotong panel (panel sizer) yang pemasangannya
dilakukan oleh Sunds Defibrator dari Singapura. Ukuran panel yang dihasilkan
mengacu pada ukuran standar EMB yaitu 1,22 x 2,44 cm. Industri tersebut juga
menerima pesanan sesuai ukuran yang diminta oleh konsumen dan juga memproduksi
panel berukuran 1,22 x 1,83 cm dengan ketebalan berkisar dari 3 mm sampai 24
mm. Disamping itu, industri tersebut berusaha untuk memproduksi panel yang
dilapisi dengan kertas dan vinir indah yang tergabung menjadi panel MDF.
Pengembangan teknologi juga dilakukan oleh
industri tersebut untuk memproduksi panel tahan air (moisture resistant) dengan
emisi formaldehida rendah. Sistem produksi dengan menggunakan konsep produksi
terpadu yang tergabung pada satu sistem pusat pengendalian pada satu monitor
komputer, sehingga diharapkan industri tersebut dapat mencapai sistem
pengoperasian yang optimum.
Kualitas panel menjadi
prioritas utama bagi industri tersebut, sehingga akhirnya industri ini dapat
menguasai pasar baik dalam negeri maupun luar negeri dan industri tersebut
berusaha untuk memberikan hal terbaik kepada konsumen sehingga tidak ada satu
keluhanpun dari konsumen dalam masalah kualitas. Dalam dunia perdagangan dimana
kualitas dan pengapalan menjadi hal yang semakin penting, industri ini
melakukan hal yang terbaik untuk melayani konsumen, sehingga konsumen
berkeyakinan bahwa pengiriman produk tersebut akan dilakukan tepat waktu. Untuk
penyediaan fasilitas pengiriman, maka beberapa gudang panel dibangun di
beberapa kota penting di Indonesia.
MDF yang dihasilkan dari
industri yang diobservasi berasal dari hasil penjarangan HTI yang memiliki jenis
cepat tumbuh yaitu Acacia mangium, Gmelina arborea, dan Eucalyptus
urophylla. Panel yang dihasilkan
mengacu pada standar Euro MDF Board (EMB) dengan tingkat kerapatan berkisar 700
kg/m³ sampai dengan 800 kg/m³ dan berat jenis bahan baku sekitar 0,4 kg/m³.
Untuk memproduksi 1 m³ MDF maka diperlukan sebanyak 2,5 m³ bahan baku kayu.
Jenis ketebalan panel yang dihasilkan berkisar 3 mm sampai dengan 24 mm dengan
ukuran 122 x 244 cm dan 122 x 1834 cm. Perekat urea formaldehida digunakan
sebagai binder dengan amonium sulfat digunakan sebagai pengeras (hardener).
Kertas Papirus |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar