PENDAHULUAN
Di dalam kegiatan pengolahan
usaha kehutanan sangatlah diperlukan berbagai analisis, dimana tujuan dari
analisis tersebut adalah untuk mengurangi jumlah pengeluaran ataupun dapat
dikatakan untuk menambah jumlah pendapatan. Pertimbangan-pertimbangan yang
dikeluarkan dari hasil analisis tersebut sangatlah penting dan berguna untuk
meningkatkan keefisienan dan keefektifitasan dari kegiatan yang akan dilakukan.
Industri MDF mempunyai prospek pemasaran dalam
negeri dan ekspor yang cerah. Hal ini karena MDF lebih fleksibel dalam
penggunaannya dibandingkan kayu lapis dan papan partikel, sehingga MDF pada
masa mendatang akan dapat menggantikan kedua panel tersebut.
Sampai saat ini hutan alam merupakan bahan baku
utama bagi industri perkayuan di Indonesia. Dalam kenyataannya produksi hutan
alam Indonesia cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya
gangguan kelestarian baik terhadap kawasannya maupun terhadap potensi hutannya.
Selain itu penurunan kemampuan produksi hutan akan menyebabkan
ketidakseimbangan atau ketimpangan antara penebangan dengan laju penanaman
kembali hutan yang telah diekploitasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen
Kehutanan telah merintis dan memprioritaskan program peningkatan potensi hutan
produksi melalui pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Hal tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan sumber pendapatan nasional ataupun penerimaan
devisa dari subsektor kehutanan. Salah satu bentuk pemanfaatan kayu sebagai
bahan baku industri yang mempunyai prospek pemasaran dalam negeri dan ekspor
yang cerah adalah industri papan serat kayu berkerapatan sedang yang dikenal
dengan MDF (Medium Density Fiber Board).
Dalam 10 tahun terakhir ini konsumsi MDF berkembang pesat misalnya di Asia
Pasifik berkisar 16-17% pertahun dan di Eropa 15% pertahun (Toha, 1994).
Salah satu industri MDF di Kalimantan Timur yang
selesai di bangun pada akhir tahun 1995 adalah PT. Sumalindo yang merupakan
industri pertama di Indonesia yang memproduksi MDF dengan bahan baku dari hutan
tanaman industri (HTI). Produk MDF yang dihasilkan ini dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri (sebesar 40%) dari total produksi yang
direncanakan sesuai dengan kapasitas produksinya 100.000 m³ per tahun dan
lainnya (sebesar 60%) akan diekspor ke negara-negara Asia dan Eropa.
Selama ini kebutuhan MDF di dalam negeri masih
harus diimpor dari Singapura, Taiwan dan Malaysia sebesar 200-300 ribu m³ per
tahun. Peningkatan konsumsi MDF ini dikarenakan pemanfaatannya yang serbaguna,
terutama untuk berbagai keperluan interior. MDF lebih fleksibel dalam
penggunaannya dibandingkan kayu lapis dan papan partikel, sehingga MDF pada
masa mendatang akan dapat menggantikan kedua jenis panel tersebut. Selain itu
MDF mempunyai kerapatan dan kekerasan yang seragam dibandingkan panel atau
papan serat lainnya sehingga penggunaannya makin meluas antara lain untuk meubel (furniture), moulding, skirting, interior, window frame, door skins,
kotak TV, radio, dan barang dekoratif lainnya. Kapasitas produksinya meningkat
pesat terutama di Eropa dan pada tahun 2000 produksi MDF diproyeksikan mencapai
jumlah 20 juta m³, negara-negara penghasil MDF tersebut antara lain adalah
Italia, Jerman, Spanyol, Perancis, Portugal dan Inggris.
Sehubungan dengan perkembangan industri papan
serat baik di Indonesia maupun dunia, maka makalah ini bertujuan untuk
mengetahui aspek teknis dan ekonomis industri papan serat berkerapatan sedang
(MDF) dari jenis kayu HTI. Keluaran yang diharapkan dari makalah ini adalah
informasi tentang aspek teknis dan ekonomis industri MDF khususnya di
Indonesia. Informasi tersebut diharapkan dapat memberi masukan bagi penentu
kebijaksanaan khususnya Departemen Kehutanan dalam menentukan prioritas
pembangunan industri hasil hutan dan dapat meningkatkan minat bagi investor
dalam menanamkan modalnya bagi pembangunan industri khususnya yang berkaitan
dengan industri MDF dan diharapkan juga dapat memberikan informasi tambahan
bagi para pelaksana pembangunan industri MDF di Indonesia.
Sumber : Kehutanan 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar