H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Minggu, 03 Juni 2012

KIMIA : LIMBAH INDUSTRI


LIMBAH CAIR INDUSTRI

Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis industrinya. Sebagai contoh industri tapioka. Limbah cair industri tapioka tradisional mencapai 14 - 18 m 3 per ton ubi kayu. Dengan teknologi yang lebih baik jumlah limbah cair dapat direproduksi menjadi 8 M3 /ton ubi kayu (Winarrio, 1980). Limbah cair industri tapioka mengandung padatan tersuspensi 1.000 - 10.000 mg/L dan bahan organik 1.500 - 5.300 mg/L (Koesoebiono, 1984). Contoh lain adalah industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 - 5.000 Liter.
Boron termasuk unsur yang bisa diserap dengan baik oleh beberapa spesies tanaman, misalnya, bunga matahari (Helianthus annuus). Tanaman bunga matahari bukan hanya mampu mentranslokasikan Boron, tetapi juga menyerap timah (Pb) sangat tinggi. Tanaman palma-palma-an dan juga Thlaspi sp umumnya adalah hiperakumulator Cl, Mg, dan juga K yang bagus. Tanaman Halophytes adalah akumulator sodium (Na) yang baik contohnya, misalnya, Hordeum vulgare. Tanaman yang mampu menyerap logam dan juga metaloid umumnya berada dalam spesies Brassicaceae, Asteraceae dan Pteridaceae, dan lain-lain.
Zink (Zn) dan Kadmium (Cd) oleh Thlaspi caerulescens (mampu menyerap 20.000 ppm Zn dan di atas 300 ppm Cd). Nikel (Ni) dapat oleh Alyssum sp dan Berkheya sp ataupun Sebertia acuminata mampu menyerap nikel (Ni) hingga lebih dari 2 persen dari biomassa keringnya, sehingga proyek pengembangan pertambangan nikel dengan metode fitoremediasi sedang dikembangkan besar-besaran (termasuk satu proyek besar di Indonesia yang sedang berlangsung). Unsur Sulfate oleh Brassicacea sp. Emas (Au) oleh Brassica sp, proyek fitomining (menambang emas melalui tanaman) untuk emas terbesar adalah di New Zealand.
Selenium (Se) oleh Brassica juncea hingga lebih dari 1.000 ppm. Arsenik (As) oleh Pteris vittata dan Pityrogramma calomelanos yang mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm As di pucuk tanaman. Mercuri (Hg) oleh Pteris vittata dan transgenik Nicotiana tabacum dan Liriodendron tulipifera. Thallium oleh Brassica oleracea acephala dan Iberi intermediate. Senyawa organik (petroleum hydrocarbons, PCBs, PAHs, TCE juga TNT) misal oleh Thlaspi caerulescens, Alyssum murale, Oryza sativa, dan lain-lain. Unsur Dioxin oleh genus Curcubita (misalnya pumpkin dan zuchini).
Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) yang mampu menyerap kandungan minyak sampai 51,23% dan kandungan logam berat Cd, Cr, Pb, Cu, Zn dan Ni.masing-masing sebesar 30,2%, 2,5%, 32,6%, 71,9%, 62,8% dan 47,09%.
Tumbuhan mengapung (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms dan Pistia stratiotes L.), dua jenis tumbuhan tenggelam (Hydrilla verticillata (L.f.) Royle dan Vallisneria spiralis Auct. Non L.) dan dua jenis tumbuhan mencuat (Typha angustifolia L. dan Cyperus papyrus L.) berpotensi sebagai agen fitoremediasi dalam menurunkan konsentrasi besi sehingga dapat memperbaiki kualitas air sumur, agar air dapat digunakan oleh masyarakat. Fitoremediasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode konvensional lain untuk menanggulangi masalah pencemaran, seperti : (a) Biaya operasional relatif murah (b) Tanaman bisa dengan mudah dikontrol pertumbuhannya. (c) Kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai seperti emas (Phytomining). (d) Merupakan cara remediasi yang paling aman bagi lingkungan karena memanfaatkan tumbuhan. (e) Memelihara keadaan alami lingkungan
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, ternyata fitoremediasi juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan bahkan kematian pada hewan dan serangga tau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses fitoremediasi.
Sebertia acuminata dari Kaledonia Baru perlu mendapat catatan khusus karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengakumulasi nikel. Sedemikian besarnya kadar nikel di dalam lateksnya sehingga bila batang dilukai, lateks yang keluar berwarna hijau-biru, yaitu warna nikel oksida (Reuther, 1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar