LIMBAH
CAIR INDUSTRI
Limbah cair industri pangan
merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Jumlah
dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut
jenis industrinya. Sebagai contoh industri tapioka. Limbah
cair industri tapioka tradisional mencapai 14 - 18 m 3 per ton ubi kayu. Dengan teknologi yang lebih baik jumlah limbah cair dapat
direproduksi menjadi 8 M3 /ton ubi kayu (Winarrio, 1980). Limbah
cair industri tapioka mengandung padatan tersuspensi
1.000 - 10.000 mg/L dan bahan organik 1.500 - 5.300 mg/L
(Koesoebiono, 1984). Contoh lain adalah industri tahu dan
tempe. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan
organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton
tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 - 5.000
Liter.
Boron termasuk unsur yang bisa diserap
dengan baik oleh beberapa spesies tanaman, misalnya, bunga matahari (Helianthus
annuus). Tanaman bunga matahari bukan hanya mampu mentranslokasikan Boron,
tetapi juga menyerap timah (Pb) sangat tinggi. Tanaman palma-palma-an dan juga
Thlaspi sp umumnya adalah hiperakumulator Cl, Mg, dan juga K yang bagus.
Tanaman Halophytes adalah akumulator sodium (Na) yang baik contohnya, misalnya,
Hordeum vulgare. Tanaman yang mampu menyerap logam dan juga metaloid umumnya
berada dalam spesies Brassicaceae, Asteraceae dan Pteridaceae, dan lain-lain.
Zink (Zn) dan Kadmium
(Cd) oleh Thlaspi caerulescens (mampu menyerap 20.000 ppm Zn dan di atas 300
ppm Cd). Nikel (Ni) dapat oleh Alyssum sp dan Berkheya sp ataupun Sebertia
acuminata mampu menyerap nikel (Ni) hingga lebih dari 2 persen dari biomassa
keringnya, sehingga proyek pengembangan pertambangan nikel dengan metode
fitoremediasi sedang dikembangkan besar-besaran (termasuk satu proyek besar di
Indonesia yang sedang berlangsung). Unsur Sulfate oleh Brassicacea sp. Emas
(Au) oleh Brassica sp, proyek fitomining (menambang emas melalui tanaman) untuk
emas terbesar adalah di New Zealand.
Selenium (Se) oleh
Brassica juncea hingga lebih dari 1.000 ppm. Arsenik (As) oleh Pteris vittata
dan Pityrogramma calomelanos yang mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm As di
pucuk tanaman. Mercuri (Hg) oleh Pteris vittata dan transgenik Nicotiana
tabacum dan Liriodendron tulipifera. Thallium oleh Brassica oleracea acephala
dan Iberi intermediate. Senyawa organik (petroleum hydrocarbons, PCBs, PAHs,
TCE juga TNT) misal oleh Thlaspi caerulescens, Alyssum murale, Oryza sativa,
dan lain-lain. Unsur Dioxin oleh genus Curcubita (misalnya pumpkin dan
zuchini).
Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) yang
mampu menyerap kandungan minyak sampai 51,23% dan kandungan logam berat Cd, Cr,
Pb, Cu, Zn dan Ni.masing-masing sebesar 30,2%, 2,5%, 32,6%, 71,9%, 62,8% dan
47,09%.
Tumbuhan mengapung
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms dan Pistia stratiotes L.), dua jenis
tumbuhan tenggelam (Hydrilla verticillata (L.f.) Royle dan Vallisneria spiralis
Auct. Non L.) dan dua jenis tumbuhan mencuat (Typha angustifolia L. dan Cyperus
papyrus L.) berpotensi sebagai agen fitoremediasi dalam menurunkan konsentrasi
besi sehingga dapat memperbaiki kualitas air sumur, agar air dapat digunakan
oleh masyarakat. Fitoremediasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan
dengan metode konvensional lain untuk menanggulangi masalah pencemaran, seperti
: (a) Biaya operasional relatif murah (b) Tanaman bisa dengan mudah dikontrol
pertumbuhannya. (c) Kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai
seperti emas (Phytomining). (d) Merupakan cara remediasi yang paling aman bagi
lingkungan karena memanfaatkan tumbuhan. (e) Memelihara keadaan alami
lingkungan
Walaupun memiliki
beberapa kelebihan, ternyata fitoremediasi juga memiliki beberapa kelemahan.
Salah satu kelemahannya adalah kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang
telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga. Dampak
negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan bahkan kematian pada
hewan dan serangga tau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika
mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses fitoremediasi.
Sebertia acuminata dari
Kaledonia Baru perlu mendapat catatan khusus karena kemampuannya yang luar
biasa dalam mengakumulasi nikel. Sedemikian besarnya kadar nikel di dalam
lateksnya sehingga bila batang dilukai, lateks yang keluar berwarna hijau-biru,
yaitu warna nikel oksida (Reuther, 1998).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar