*DAHULUKAN YANG MANA*?
“Sehingga kita mengerti bahwa Tuhan memerintahkan kita bukan hanya mengurusi masalah rohani saja, tetapi juga kehidupan lain, misalnya politik, social, ekonomi, dll untuk menebus hal-hal tersebut bagi kemuliaan nama-Nya. Dan perintah ini tidak pernah dicabut.”
Kutipan dari respons Lae Martogi tsb mengingatkan saya pada sebuah diskusi dengan Dr Craig Ott pakar Church Planting Movement thn 2010, di sela-sela jam istirahat dari training yang dia bawakan. Saya membawa pertanyaan yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelum ikut training tsb. Pertanyaannya, “Mana yang lebih duluan, menjawab kebutuhan sosial atau memberitakan Injil: Bertobatlah !....dst..?”
Dengan penuh perhatian dia bertanya, *”Apa yang kamu baca dari pengalaman Yesus, sang Injil yang Hidup itu?”*... Saya mencoba untuk menggali ingatan saya, karena dia bilang “yang kamu baca”. Memastikan pertanyaannya saya mengerti, dia meneruskan,”Apa yang kamu baca dari Kitab Injil tentang itu? Bukan dari pendapat orang.”
Ya, pernah Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah dulu lalu menjawab kebutuhan sosial. Tapi, pernah juga sebaliknya. Itu jawaban saya. ”Lalu apa jawaban pertanyaanmu?”, lanjutnya. *“Tergantung situasinya,”* jawab saya. Dia membenarkannya dengan senyum yang dilanjutkan dengan pertanyaan, lalu apa yang menentukan pilihan? Pertanyaan ini dia berikan membuka sharingnya kepada saya tentang perdebatan dua kelompok pemberita Injil. Kelompok Direct Gospel vs Socio Gospel. Yg menarik, stereotip Socio Gospel itu dibuat oleh kelompok Direct Gospel utk mengkritik humanisme berlebihan dari kontekstualisasi pemberitaan Injil. Sementara kelompok Socio Gospel mencap Direct Gospel sebagai pemberita “PHP” (Pemberi Harapan Palsu), krn memberikan Kabar Baik sorga, tapi tak peduli dengan ketidak-baikan di lingkungan yang dia hidupi. Kemiskinan, politik yang korup, kebangkrutan moral, bisnis duniawi, kerusakan alam, dst.
Tiga puluhan menit kami asyik diskusi (lebih tepatnya saya yg belajar). Belajar dari pakar yang telah melakukan Church Planting Movement di hamper 30 negara. Belajar tentang Memandang dan Memberitakan Penginjilan secara utuh. Rumusannya sederhana: Injil = Kristus + Kontekstualisasi dalam pimpinan Roh Kudus bagi kemuliaan Bapa. Jadi, “bukan apa yang duluan” ternyata yang penting.
Semoga menjadi berkat.
“Sehingga kita mengerti bahwa Tuhan memerintahkan kita bukan hanya mengurusi masalah rohani saja, tetapi juga kehidupan lain, misalnya politik, social, ekonomi, dll untuk menebus hal-hal tersebut bagi kemuliaan nama-Nya. Dan perintah ini tidak pernah dicabut.”
Kutipan dari respons Lae Martogi tsb mengingatkan saya pada sebuah diskusi dengan Dr Craig Ott pakar Church Planting Movement thn 2010, di sela-sela jam istirahat dari training yang dia bawakan. Saya membawa pertanyaan yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelum ikut training tsb. Pertanyaannya, “Mana yang lebih duluan, menjawab kebutuhan sosial atau memberitakan Injil: Bertobatlah !....dst..?”
Dengan penuh perhatian dia bertanya, *”Apa yang kamu baca dari pengalaman Yesus, sang Injil yang Hidup itu?”*... Saya mencoba untuk menggali ingatan saya, karena dia bilang “yang kamu baca”. Memastikan pertanyaannya saya mengerti, dia meneruskan,”Apa yang kamu baca dari Kitab Injil tentang itu? Bukan dari pendapat orang.”
Ya, pernah Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah dulu lalu menjawab kebutuhan sosial. Tapi, pernah juga sebaliknya. Itu jawaban saya. ”Lalu apa jawaban pertanyaanmu?”, lanjutnya. *“Tergantung situasinya,”* jawab saya. Dia membenarkannya dengan senyum yang dilanjutkan dengan pertanyaan, lalu apa yang menentukan pilihan? Pertanyaan ini dia berikan membuka sharingnya kepada saya tentang perdebatan dua kelompok pemberita Injil. Kelompok Direct Gospel vs Socio Gospel. Yg menarik, stereotip Socio Gospel itu dibuat oleh kelompok Direct Gospel utk mengkritik humanisme berlebihan dari kontekstualisasi pemberitaan Injil. Sementara kelompok Socio Gospel mencap Direct Gospel sebagai pemberita “PHP” (Pemberi Harapan Palsu), krn memberikan Kabar Baik sorga, tapi tak peduli dengan ketidak-baikan di lingkungan yang dia hidupi. Kemiskinan, politik yang korup, kebangkrutan moral, bisnis duniawi, kerusakan alam, dst.
Tiga puluhan menit kami asyik diskusi (lebih tepatnya saya yg belajar). Belajar dari pakar yang telah melakukan Church Planting Movement di hamper 30 negara. Belajar tentang Memandang dan Memberitakan Penginjilan secara utuh. Rumusannya sederhana: Injil = Kristus + Kontekstualisasi dalam pimpinan Roh Kudus bagi kemuliaan Bapa. Jadi, “bukan apa yang duluan” ternyata yang penting.
Semoga menjadi berkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar