MOTIVASI DALAM MELAYANI
Ayub 31 , 6 September 2024
Yang penting dalam melayani adalah hati. Dan Alkitab mengajarkan bahwa landasan utama kita dalam melayani haruslah kasih kepada Allah dan sesama. Yesus berkata dalam Matius 22:37-39, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ketika kita melayani dengan kasih sebagai dasarnya, pelayanan kita menjadi ekspresi dari hubungan kita dengan Tuhan, bukan sekedar kewajiban atau rutinitas.
Rasul Paulus mengingatkan kita dalam 1 Korintus 13:1-3 bahwa tanpa kasih, pelayanan kita menjadi sia-sia : “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing... Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”
Motivasi salah lainnya yang sering muncul dalam pelayanan adalah keinginan untuk mendapat pujian dan pengakuan. Yesus memperingatkan dalam Matius 6:1, “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu dihadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Pelayanan kita seharusnya ditujukan untuk kemuliaan Allah, bukan diri sendiri.
Dalam bukunya “Celebration of Discipline”, Richard Foster menulis, “Pelayanan yang sejati datang dari hubungan yang dalam dengan Allah yang memimpin. Kita melayani dari kelimpahan kasih Allah, bukan dari kekurangan kita.” Ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang benar mengalir dari hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
John Piper, dalam bukunya “Desiring God”, menekankan konsep “Christian Hedonism” - mencari kebahagiaan tertinggi di dalam Allah. Ia berpendapat bahwa motivasi terkuat untuk melayani adalah sukacita dalam Tuhan sendiri. Ketika kita menemukan kepuasan penuh dalam Allah, kita akan secara alami ingin membahagiakan sukacita itu kepada orang lain melalui pelayanan.
Jadi kita perlu ingat bahwa melayani Tuhan adalah respons terhadap kasih dan anugerahNya yang Tuhan berikan kepada kita. Paulus mengatakan dalam 2 Korintus 5:14-15, “Karena kasih Kristus yang menguasai kami, Ia telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”
Marilah kita berjaga-jaga dalam motivasi kita. Saat kita melayani, mintalah Roh Kudus untuk memurnikan kita, dan layanilah Tuhan dan sesama dengan sukacita dan kasih yang mengalir dari hubungan yang intim dengan Tuhan. (DH)
Questions :
1. Mengapa kasih kepada Allah dan sesama menjadi landasan utama dalam pelayanan menurut Matius 22:37-39 ?
2. Bagaimana kita bisa memastikan motivasi kita dalam melayani adalah murni dan bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain ?
Values :
Pelayanan yang sejati datang dari hubungan yang dalam dengan Allah yang memimpin. Kita melayani dari kelimpahan kasih Allah, bukan dari kekurangan kita.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:37-39)”
Ketika kita menemukan kepuasan penuh dalam Allah, kita akan secara alami ingin membagikan sukacita itu kepada orang lain melalui pelayanan.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:37-39)”
BalasHapusKetika kita menemukan kepuasan penuh dalam Allah, kita akan secara alami ingin membagikan sukacita itu kepada orang lain melalui pelayanan.
BalasHapus