Studi Pengembangan Konstruksi Rumah Kayu Sistem Bongkar Pasang
Berdasarkan
Konsep Struktur Kayu Tradisional Sumatera Selatan
Dalam jurnal ini dibahas mengenai rumah
yang terbuat dari kayu dengan system bongkar pasang di daerah Sumatera
Selatan. Permukiman lama di Sumatera
Selatan umumnya berupa rumah kayu dengan berbagai tipe. Lokasi permukiman rumah
kayu tersebut terletak di tepi sungai, dataran rendah, dataran tinggi maupun di
badan sungai. Rumah tradisional dari kayu pada umumnya dapat dibongkar dan
dipasang ditempat lain dengan relatif mudah. Konstruksi yang dipakai dapat
diklasifikasikan sebagai sistem koncian (interlocking system) yang
berupa takik, tekan, tumpu, kait dan tari. Dalam pembuatan rumah ini biasanya
dilakukan sendiri oleh pembuatnya sehingga pembeli harus mengeluarkan
mengeluarkan biaya transportasi dan akomodasi ekstra untuk pemasangan kembali
rumah tersebut di lokasi yang diinginkan. Pembeli yang merupakan orang awam
tidak mengerti masalah teknis pemasangan sehingga mengalami kesulitan untuk
memasang/merakit rumah kayu karena tidak dilengkapi dengan gambar teknis
pemasangan.
Penelitian ini dilaksanakan oleh
mahasiswa Universitas Sriwijaya Fakultas Teknik Sipil. Rumah yang diamati
terdapat pada daerah Tanjung Batu dan Tanjung Lubuk. Struktur rumah kayu
memakai sistem tradisional yang meliputi lantai, dinding, kolom dan balok sedangkan
untuk rangka atap tidak sepenuhnya memakai struktur tradisional. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih menyederhanakan konstruksi rangka atap serta mempergunakan
dimensi kayu yang lebih kecil. Analisis yang dilakukan meliputi struktur kayu tradisional,
detail konstruksi, sistem kayu bongkar pasang, modul bahan dan struktur serta
sistematika konstruksi dan pemasangan. Dengan demikian, sistem pen dan lubang
serta sistem tekan, tarik, jepit, tumpu dan takik menjadi perhatian utama.
Rumah kayu bongkar pasang direncanakan
secara sederhana karena yang lebih diutamakan adalah pembuatan detail sambungan
dan penggunaan alat sambung dari besi selain menerapkan sistem kuncian Rumah
kayu sistem bongkar pasang berdasarkan pada konstruksi rumah kayu secara
tradisional, mudah dibongkar dan dipasang serta tidak memakai paku sebagai alat
sambungnya. Sistem tersebut agak berbeda dengan kontruksi rumah kayu produksi
Tanjung Batu. Panjang kayu yang dipergunakan tidak lebih dari 4 meter, sehingga
bila diperlukan panjang lebih dari 4 meter kayu harus disambung. Kayu yang
digunakan dari jenis Kulim (Scorodocarpus torneensis Becc), Merawan (Hopea dasyrrachis V.SI),
dan Meranti Payo (Shorea palembanica Miq). Kulim digunakan untuk
tiang utama yang terletak di sudut-sudut dan Meranti Payo untuk lantai dan
dinding, sedangkan Merawan dipakai untuk daun pintu dan jendela.
Penelitian ini tidak mengunakan paku
sebagai alat sambungan kayu. Sebagai penggantinya adalah sambungan kayu
tradisional berupa pasak untuk pintu dan jendela serta sambungan lainnya berupa
baut, mur dan pelat besi. Karena sifat dari rumah kayu ini adalah bongkar
pasang, maka tidak digunakan bahan penyambung berupa perekat atau lem kayu.
Rumah kayu dalam penelitian ini terdiri dari beberapa segmen yang masing-masing
mempunyai ukuran, dimensi dan tipe sambungan yang sama dan yang berbeda. Hal
ini akan dapat menyulitkan bagi pemasang atau calon pembeli yang awam terhadap
struktur kayu. Untuk mempermudah pemasangan bagi rumah kayu sistem bongkar
pasang diperlukan adanya gambar pedoman, sistem warna dan sistem abjad serta
sistem angka. Sistem konstruksi tradisional rumah kayu masih relevan dan
mempunyai banyak kelebihan dibandingkan pembuatan rumah kayu yang menekankan
pada penggunaan paku. Kelebihan tersebut diantaranya adalah mudah dibongkar dan
dipasang tanpa merusak struktur dan tekstur kayu.
Rumah sistem bongkar pasang ini baik
dilakukan di Indonesia karena kita langsung dapat melihat secara langsung
bangunan seperti apa yang akan kita beli baik jenis kayu, ukuran, bentuk, dan
lain-lain. Selain itu model yang tersedia sangat beragam sesuai dengan
permintaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar