H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 04 November 2013

Makna Aek Porohan

AEK POROHAN



AEK POROHAN adalah sebuah waduk yang penuh lumpur dan rumput menjalar, karena itu disebut juga Pea Porohan. Pada saat disurvei kondisi air lagi surut karena musim kemarau berkepanjangan. Lokasi ini sudah pernah ditata oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, tetapi belum berdasarkan perencanaan yang bersifat menyeluruh. Jalan ke lokasi masih pada tahap perkerasan. Letaknya di Salaon, Salaon Toba, Ronggur Nihuta, pada koordinat 2º 37' 14,4" LU 98º 44' 2,1" LS dan 1.258 m’ di atas permukaan laut.
Mengenai legendanya dituturkan demikian.
Konon, dahulu kala di kampung Salaon terdapat satu keluarga yang mempunyai anak kembar yang lahir berpasangan (marporhas), yaitu satu laki-laki dan satu lagi perempuan (nara sumber tidak mengetahui identitas). Kedekatan di antara keduanya terbina mengiringi perjalanan hidup mereka. Setelah menginjak remaja, kedua anak kembar ini selalu berjalan bersama, bermain bersama, tidur bersama, bahkan sering juga mandi bersama di satu kolam air.
Konon, setelah mereka menginjak dewasa, ketika mereka sedang mandi bersama, si lelaki memperhatikan saudara kembarnya yang perempuan sehingga ia birahi dan saat itu pula timbul niat jahat di dalam hatinya. Karena sudah tidak kuasa membendung hasratnya. Ia bertindak mengikuti alur birahinya dengan meremas bagian terlarang (payudara) saudara kembarnya. Si perempuan meronta keluar dari kolam dan melarikan diri, sementara laki-laki mati tenggalam dan menjadi batu di kolam itu.

Selang beberapa lama kemudian, setelah lara berlalu dari hati, saudara perempuannya mandi di tempat mereka biasanya mandi bersama saudaranya. Tiba-tiba perempuan itu tenggelam dan mayatnya tidak ditemukan. Sejak kejadian itu, maka Aek Porohan menjadi tempat yang dikramatkan di Salaon Toba dan kedua anak kembar ini dianggap menjadi roh halus penghuni Aek Porohan.
Di kemudian hari, Aek Porohan dipakai masyarakat Salaon Toba untuk acara ritual meminta hujan dengan cara “marsidombur”. Dalam acara ini, masyarakat mengadakan acara ritual kemudian mereka bersama-sama masuk ke dalam waduk dan kemudian saling menyiram air dengan tangan. Dahulu, katanya, acara ini selalu berhasil memohon hujan turun. Setelah agama Kristen dianut penduduk, acara ini ditinggalkan karena dianggap sebagai bagian dari animisme.
 

2 komentar: