KEWAJIBAN MELUPAKAN KESALAHAN
Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni, — seandainya ada yang harus kuampuni —, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus,
supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya.
2 Korintus 2:10-11 (TB)
Rasul Paulus menasihatkan kepada jemaat di Korintus untuk mengampuni anggota jemaat yang menyebabkan kesedihan di tengah-tengah jemaat. Sesudah mendapat teguran dari sebagian besar jemaat, ampunilah dia, berikan penghiburan agar jangan larut dalam kesedihannya, kasihilah lebih sungguh. Untuk apa kita melakukan hal ini, untuk Yesus Kristus yang telah mengasihi dan mengampuni kita terlebih dahulu supaya Iblis tidak mendapat kesempatan menjatuhkan jemaat Tuhan.
Berdasarkan pengalaman hidup selama 41 tahun bersama komunitas orang Kristen, saya mendapat pelajaran berharga tentang perwujudan kasih yang utama yaitu pengampunan. Ketika seorang bersalah kepada kita atau kepada semua orang atau kepada jemaat, terlihat betapa sulitnya dia mendapat penerimaan atau pengampunan. Ada yang berkata, sudah kuampuni dia tapi untuk berteman dengan dia lagi, sulitlah. Ada yang berkata, mengingat kata-katanya itu sudah payahlah kami bisa menjadi teman lagi. Mengapa? Apa lebihnya kita dari Allah Maha Kudus dan Maha Pengampun? Lalu kenapa Dia mampu mengampuni kita dengan segala perbuatan dan pikiran dsa kita yang menjijikkan itu? Karena Dia Tuhan, jawab kita.
Lalu apa hebatnya kita dibandingkan Tuhan, sehingga kita tidak sudi menerima orang lain dan melupakan kesalahannya?
Jawabannya, kita ini adalah mahluk yang paling sombong, sesungguhnya kita belum bertobat dari dosa kesombongan. Kita menyangka bahwa kesombongan itu bukan dosa. Kesombongan menganggap diri lebih baik dari yang lain di hadapan Tuhan adalah dosa yang beresiko besar menghampat pertumbuhan iman karena sulit menerima koreksi Tuhan melalui sekitar kita. Memberi kesempatan Iblis mengacak-acak pekerjaan baik melayani Allah. Iblis bertepuk tangan bersukacita ketika kita menghabiskan energi untuk membahas dan menuding-nuding kesalahan orang lain, bukannya memusatkan seluruh konsentrasi untuk bersatu memutar akal dan bekerjasama melayani Tuhan.
Kemampuan melupakan kesalahan orang lain, kembali mengasihi dia tanpa mengungkit-ungkit kesalahannya adalah bukti bahwa kita telah taat kepada Allah. Iman kita yang kita anggap sudah paling baik, ketika diperhadapkan pada kekurangan saudara kita, masihkah kita dapat mempraktekkan kasih itu. Karena bukti iman adalah kasih, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Sanggupkah kita mengasihi sebagaimana Allah mengasihi kita, memberikan nyawaNya sebagai hadiah bagi kita yang tak layak ini? Kalau belum sanggup, mintalah kuasa dan kekuatan daripadaNya supaya kita dimampukan melakukannya.
Jika jawab kita, itulah aku, aku masih sulit melakukannya, berarti kita memang belum mengalami kasih itu, atau jangan-jangan kita yang sedang berhalusinasi bahwa kita sudah diampuni Tuhan? Karena bagaimana mungkin mendapat pengampunan Allah jika kita sendiri belum sanggup mengampuni. Berarti masih ada dosa yang terselip dalam hati kita belum kita serahkan pada Tuhan, yaitu dosa menganggap diri tidak berdosa sehingga sanggup terus menerus menuding dan menjatuhkan orang lain demi diri supaya selalu dianggap benar dan lebih baik.
Ya Allah, ampunilah kami atas segala kesombongan kami menganggap diri kami lebih benar dan masih lebih baik dari yang lain. Berikan kami hikmat, kuasa dan kekuatan surgawiMu supaya kami mampu mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain, menerima dia dengan kasih dan bahkan memberikan damai sejahtera baginya, supaya imannya juga semakin bertumbuh bersama-sama dengan kami, kemudian kami bisa saling melengkapi dan menguatkan lagi dalam melayaniMu. Agar kami tidak menghabiskan waktu hidup kami dengan sia-sia hanya dengan saling membahas dan membesar-besarkan kelemahan kami, melainkan saling menutupi dan melengkapi kekurangan itu guna membesarkan kerajaanMu di muka bumi ini. Terpujilah namaMu. Amin
#erbs100720
Tidak ada komentar:
Posting Komentar