H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 14 September 2022

Renungan Vertikal dan Horisontal

 

VERTIKAL DAN HORISONTAL

Yakobus 1:19-27 (Tgl 14 September 2022, Rabu)

   Sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib para korban bencana banjir dan tanah longsor di Baleendah, maret 2020 lalu klub sepakbola Persib Bandung memberikan sumbangan kepada para korban. Selain para pemain, turut hadir pula manajemen, komisaris serta direksi PT Persib Bandung Bermartabat (PBB). Bersama para sponsor diantaranya Yomart, BTPN serta markplus, terkumpul bantuan dengan total Rp.200 juta. Sebanyak Rp. 10 juta berbentuk uang tunai dan sisanya dalam bentuk berbagai kebutuhan di antaranya makanan, pakaian, serta obat-obatan. Tak ayal, para pemain pun ikut terjun ke kancah bakti social itu.

  Penatua Yakobus mengajar bahwa keseimbangan antara praktik ibadah vertikal dan horizontal, tidak dapat ditinggalkan para orang percaya jika mereka ingin diperkenan Tuhan. Demikian juga dengan penegasan Yohanes sebagai penerima Wahyu. Jika ada orang berkata bahwa dirinya mengasihi Tuhan tetapi membenci sesamanya , orang itu sedang menipu dirinya sendiri. Tuhan Yesus jauh-jauh sebelumnya mengingatkan agar ibadah secara vertikal ini selalu dibarengi dengan ibadah secara horizontal. Dia menegaskan sikap empatik terhadap mereka yang sedang mengalami kesulitan. Demikian juga empati yang ditunjukkanNya kepada Zakheus, perempuan yang sudah dua belas tahun menderita sakit pendarahan, perempuan Samaria, Janda dari Nain merupakan contoh betapa kepeduliaan pada sesama tak dapat dipisahkan dengan hubungan dengan Tuhan.

  Sebagai saksi hidup kehadiran Allah yang menjelma Manusia, Petrus , Yohanes, dan Yakobus tahu bagaimana Yesus memberi penekanan tentang kepeduliaan pada sesama sebagai wujud atau sisi lain dari ibadah kepada Allah. Itu sebabnya, Tuhan Yesus sering berbenturan dengan kaum beragama. Dia sering menyaksikan ironi kehidupan yang dijalani orang-orang ini. Secara lahiriah, mereka adalah figur yang sangat peduli dengan perkara agama, akan tetap dalam realitas hubungan dengan sesama, mereka adalah penindas-penindas sesama.

  Marilah kita merenungkan kembali perjalanan kehidupan kita. Teruslah berusaha menegakkan keseimbangan ibadah kepada Allah dengan perhatian yang kita berikan kepada sesama. Dengan ini, ironi tidak akan terjadi. (ndd)

 

 

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah (1 Yoh 4:7)”

 

Orang beriman tidak hanya membincangkan kebaikan Tuhan, akan tetapi juga melakukannya bagi sesama






Eda dan nomor 2 Tuhan Memberkati Family


Tidak ada komentar:

Posting Komentar