H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 05 September 2012

POTRET UDARA



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Potret udara adalah hasil rekaman permukaan bumi pada suatu bidang material potret dari suatu ketingian dengan menggunakan kamera dan bantuan sinar tampak/visible light yang mempunyai panjang gelombang 0,4 -0,7 mikrometer  dan sinar inframerah dekat yang mempunyai panjang gelombang antara 0,7 0,9 mikrometer. Sinar-sinar tampak tersebut terdiri atas tiga komponen warna utama, yaitu warna biru, hijau dan merah. Oleh karena potert udara merupakan hasil rekaman kamera, maka proyeksi objek-objek uang terekam diproyeksikan secara proyeksi sentral (perspektif). Pada proyeksi ini obyek-obyek (titik-titik) di permukaan yang terletak pada ketinggian di atas atau di bawah datum (garis acuan tinggi terbang) maka obyek-obyek tersebut akan mengalami kesalahan letak (displacement). Pada umumnya perbedaan ketinggian tersebut diakibatkan dari relief permukaan bumi, sehingga kesalahan letak sebagai akibat dari relief dan proyeksi sentral ini disebut dengan relief displacement (Lillesand and Kiefer, 1979).
Khusus dibidang kehutanan, potret udara banyak dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut (1). Pemetaan hutan (2). Inventarisasi hutan (3). Perencanaan hutan (4). Pengelolaan hutan (5). Perlindungan hutan (6). Silvikultur (7). Evaluasi habitat satwa (8). Evaluasi mutu hutan. Untuk mendapatkan hasil yang cukup dapat dipertanggungjawabkan dari suatu penafsiran potret udara maka interpreter (penafsir) harus didasari oleh berbagai bidang ilmu. Untuk bidang kehutanan, interpreter perlu memiliki pula pengetahuan tentang ekologi, geodesi dan kartografi, statistika, silvikultur, hama dan penyakit, pembukaan wilayah hutan, geologi, dendrology, perencanaan dan pengelolaan hutan (Departemen Kehutanan, 1997).
Pandangan tiga dimensi adalah pandangan yang mencakup prinsip mekanis dan fisiologis. Dalam potert udara agar kemampuan mata melihat secara stereoskopis menjadi lebih besar karena dilakukan dengan memanipulasi sudut-sudut paralaks dan beda paralaksnya melalui manipulasi jarak mata (eye base). Kemampuan mata melihat secara stereoskopis bagi benda-benda yang relative jauh (lebih besar dari 640,08 m) akan menjadi lebih besar jika jarak mata kiri dengan mata kanan diperbesar yangs ekaligus akan memperbesar sudut-sudut paralaksnya. Manipulasi jarak mata tersebut dilakukan dengan cermin (dua pasang) pada stereoskop cermin (mirror stereoscope) (American Society, 1960).
Potret udara pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1). Berbentuk segi empat (umumnya berbentuk bujur sangkar) (2). Mempunyai fiducial mark atau collimating mark yang terdapat di tengah-tengah sisi potret atau di setiap sudut potret yang digunakan untuk penentuan titik pusat potret atau titik utama (principal point) (3). Mempunyai perampalan (overlap) antar potret satu dengan potret lainnya yaitu pertampalan ke samping (side lap) dan pertampalan ke belakang (end lap) (4). Terdapat register-register pada bagian tepi potret, diantaranya adalah nama instansi pemotret, tanggal pemotretan, waktu pemotretan, nivo, focus lensa, tingi terbang pesawat di atas permukaan laut, nomor film dan nomor pemotretan (Departemen Kehutanan, 1997).
Pergeseran/pergerakan gambar (image motion) dipengaruhi oleh kecepatan film dalam menangkap/merekam gambar (film speed) dan kecepatan shutter membuka (shutter speed). Kecepatan film tergantung pada sensitifitas film tehadap cahaya , film lambat (slow film) memerlukan cahatya yang lebih banyak daripada film cepat (fast film), shutter speed menunjukkan jangka waktu shutter membuka untuk merekam gambar. Kedua faktor tersebut dapat menyebabkan adanya pergeseran gambar (image motion) dan gambar yang terlihat berupa garis-garis lurus (Aka, 2006).
Tujuan Praktikum
          Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1.     Mengetahui dan mengimplementasikan teknik-teknik mendiagnosa atau menginterpretasi tutupan lahan melalui potret udara
2.     Mengetahui dan memahami teknik menentukan daerah efektif dan image motion (pergeseran gambar).
TINJAUAN PUSTAKA

Pertampalan pada potret udara didefenisikan sebagai bagian dari tubuh potret yang mengandung detail-detail gambar yang sama dengan potret lainnya. Overlap yang terjadi antar potret yang terdapat didalam suatu jalur terbang disebut pertampalan terbelakang (end lap), sedangkan overlap yang terjadi antar potret yang terdapat di dalam suatu jalur terbang berbeda disebut side lap. Adapun tujuan dibuatnya pertampalan ke belakang potret udara adalah agar pertampalan ke samping gambar objek-objek yang terekam pada potret udara dapat dilihat secara 3 dimensi (stereoskopis). Side lap dibuat agar potret tersebut dapat dipetakan (Aka, 2006).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemotretan adalah besarnya overlap (end lap dan  side lap) yang biasa dinyatakan dalam persen (%) dan pada umumnya end lap dibuat 60 ± 5% dan  side lap 30 ± 15%. Besar kecilnya overlap menentukan jumlah potret yang akan diperoleh agar mencakup seluruh areal yang telah ditentukan. End lap harus dibuat ≥ 55% agar semua daerah yang dipotret dapat dilihat secara stereoskopis. Sedangkan side lap dibuat untuk titik control pada waktu pemetaan dan digunakan sebagai faktor pengaman agar antar jalur terbang tidak terjadi gap. Faktor pengaman pada side lap ini digunakan untuk mengkompensasi pengaruh perbedaan topografi (yang mempengaruhi skala), tilt, drift, crab, dan lain-lain kesalahan navigasi. Untuk potret udara vertical, tilt maksimum yang diperbolehkan sebesar 3% (Hardjoprajitno dan Sutarahardja, 1997).
Daerah efektif adalah daerah yang terdapat di tengah potret udara dan merupakan bagian dari daerah overlapping. Daerah efektif mempunyai displacement yang minimum baik relief maupun tilt displacement dan dapat dilihat secara tiga dimensi karena terdapat pada arah overlap. Dengan demikian maka pengukuran-pengukuran pada potret udara biasanya dilakukan pada daerah efektif. Untuk pemetaan, detil-detil yang dipetakan adalah yang terdapat pada daerah efektif dan apabila yang dipetakan termasuk yang di luar daerah efektif setiap potret maka akan terjadi duplikasi. Kegiatan interpretasi dan deliniasi juga dilakukan pada daerah efektif. Daerah efektif potret akan saling sambung menyambung dengan daerah efektif potret berikutnya (Departemen Kehutanan, 1997).
Interpretasi visual merupakan suatu kegiatan dalam rangka mendeteksi dan mengidentifikasi obyek-obyek yang terdapat pada potret udara atau citra lainnya melalui unsur-unsur spasial dan spektral utama dari obyek yang bersangkutan. Di bidang kehutanan, kadang-kadang juga menggunakan unsure kondisi temporal. Menurut American Society of Photogrametry (1960) dalam Paine (1981) interpretasi didefenisikan sebagai kegiatan memeriksa potret guna mengidentifikasi obyek dan menguji signifikasinya (American Society of Photogrametry (1960) dalam Aka, 2006).
Pengukuran luas pada potret udara pada hakekatnya sama dengan pengukuran luas pada planimetri. Akan tetapi, pengukuran luas secara langsung pada potret udara menghasilkan luas yang salah oleh karena potret udara mengandung relief displacement, tilt displacement dan atau kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh adanya distorsi lensa. Untuk daerah-daerah yang bentuknya tidak beraturan, pengukuran luas dapat menggunakan planimeter, dot grid, transect dan timbangan (Aka, 2006).
Faktor utama yang mempengaruhi tone adalah kadar air tanah dan vegetasi. Baik pada potret panchromatic maupun infra merah, hitam putih, permukaan yang basah akan tampak lebih gelap dibandingkan dengan permukaan yang lebih kering. Lokasi relative terhadap titik utama (principal point) juga mempengaruhi tone obyek. Pohon-pohon dari jenis yang sama akan tampak berangsur-angsur lebih gelap pada bagian tepi potret (lebih gelap daripada yang dekat dengan titik pusat potret). Dalam penafsiran obyek, sebagai contoh ukuran bangunan rumah relatif lebih kecil dibandingkan dengan bangunan industri pabrik, ukuran tajuk kayu berdaun lebar relatif lebih besar dibandingkan dengan tajuk kayu berdaun jarum (Departemen Kehutanan, 1997).
Obyek-obyek dapat dikenali melalui bentuk-bentuk obyek yang terdapat pada potret tunggal (dua dimensi) maupun dengan bantuan stereoskop (tiga dimensi) sebagai contoh, jalan kereta api (rel) pada potret berbentuk garis yang sempit dan mempunyai belokan yang relatif kecil (jari-jari belokan besar). Jalan raya mempunyai bentuk belokan yang relatif lebih tajam dibandingkan dengan rel kereta api dan sungai. Bentuk tajuk-tajuk pohon berdaun lebar (hard wood) lebih tidak teratur dibandingkan dengan tajuk-tajuk konifer (soft wood). Bentuk petak-petak sawah tadah hujan akan terlihat berbentuk petak-petak yang tidak teratur dan tidak mengikuti garis tinggi kontur, sedangkan sawah irigasi akan terlihat berbentuk petak-petak yang teratur dengan mengikuti garis tinggi, pada dataran rendah bentuk sawah irigasi cenderung berbentuk persegi empat (Hardjoprajitno dan Sutarahardja, 1997)
Tekstur merupakan ukuran kekasaran dari suatu obyek atau kumpulan suatu obyek yang terekam pada potret udara. Tekstur dapat dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Pembedaan tekstur tersebut sesuai dengan kemampuan interpreter dalam menafsir obyek yang terdapat pada potret. Permukaan air biasanya mempunyai tekstur yang sangat halus, padang rumput halus, tanaman jagung sedang, hutan muda kasar dan hutan tua sangat kasar. Pola merupakan susunan ruang dari suatu obyek, pola buatan manusia pada umumnya geometri yang lebih teratur dibandingkan dengan pola alamiah. Sebagai contoh pemukiman yang secara sengaja dibuat akan tampak barisan-barisan rumah penduduk dengan ukuran dan jarak yang relatif seragam, sedangkan perkampungan yang terbentuk secara alamiah akan terlihat lebih tidak teratur baik ukuran maupun jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula hutan tanaman dengan hutan alam akan mempunyai pola penanaman yang berbeda (American Society, 1960).




METODOLOGI

Waktu dan Tempat
          Adapun praktikum Penginderaan Jarak Jauh dengan judul “Penafsiran Potret Udara” dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Oktober 2008, pada pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Inventarisasi Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat
          Adapun bahan yang digunakan adalah potret udara jalur terbang I nomor potret 5, 6,7 sebagai objek pengamatan.
          Adapun alat yang digunakan adalah
1.     Stereoskop cermin untuk melihat objek dalam tiga dimensi
2.     Plastik transparan sebagai alas dari potret
3.     Spidol untuk menandai potret
4.     Penggaris untuk mengukur panjang garis
5.     Kalkulator untuk menghitung data
6.     Isolasi untuk menempelkan potret

Prosedur
1.     Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.     Ditempelkan plastik transparan pada ketiga potret dengan menggunakan isolasi
3.     Ditentukan principal point ketiga potret tersebut
4.     Dilihat dengan stereoskop masing-masing potret untuk menentukan panjang foto base
5.     Ditentukan daerah efektif dari potret kedua
6.     Diukur panjang foto base, ditentukan nilai end lap dengan rumus :
End lap = 100- (fb/panjang potret x 100) ; panjang potret = 23 cm
7.     Ditentukan luas dengan rumus
Luas = panjang x lebar  ;
dimana :  panjang = 1- end lap x panjang potret
               lebar = 70% x panjang potret
8.     Diamati potret secara visual dan ditandai daerah yang ada.




HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

·          Potret I
End lap = 100- (fb/panjang potret x 100)
          = 100 – (8,5/23 x 100)
          = 0,63
 Panjang = 1- end lap x panjang potret
            = 1 – 0,63 x 23
            = 8,51 cm
 Lebar = 70% x panjang potret
          = 0,7 x 23
          = 16,1 cm
Luas  =  panjang x lebar
          = 8,51 x 16,1
          = 137,01 cm2
Skala 1 : 25000, jadi luas = 342, 53 ha
·                    Potret II
 End lap = 100- (fb/panjang potret x 100)
          = 100 – (7,6/23 x 100)
          = 0,67
 Panjang = 1- end lap x panjang potret
            = 1 – 0,67 x 23
            = 7,59 cm
 Lebar = 70% x panjang potret
          = 0,7 x 23
          = 16,1 cm
Luas    =  panjang x lebar
          = 7,59 x 16,1
          = 122,19 cm2
Skala 1 : 25000, jadi luas = 305,48 ha
·     Potret III
 End lap = 100- (fb/panjang potret x 100)
          = 100 – (8,1/23 x 100)
          = 0,65
 Panjang = 1- end lap x panjang potret
            = 1 – 0,65 x 23
            = 8,05 cm
 Lebar = 70% x panjang potret
          = 0,7 x 23
          = 16,1 cm
Luas    =  panjang x lebar
          = 8,05 x 16,1
          = 129,61 cm2
Skala 1 : 25000, jadi luas = 324,03 ha

Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan diketahui bahwa terdapat daerah-daerah yang bisa diamati dengan cara visual atau dengan mata telanjang. Diantaranya terdapat hutan yang lebat, daerah perumahan, sungai, sawah, daerah pabrik atau industri, tanah kosong/jalan, dan lain-lain. Semuanya dapat diamati atau dianalisis sesuai dengan penafsiran interpreter. Pada literatur American Society (1960) menyatakan sebagai contoh pemukiman yang secara sengaja dibuat akan tampak barisan-barisan rumah penduduk dengan ukuran dan jarak yang relatif seragam, sedangkan perkampungan yang terbentuk secara alamiah akan terlihat lebih tidak teratur baik ukuran maupun jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula hutan tanaman dengan hutan alam akan mempunyai pola penanaman yang berbeda.
Dalam praktikum telah diketahui bahwa besarnya side lap adalah 30%, hal itu merupakan suatu ketentuan karena dalam pemotretan udara setiap potret harus mengalami overlap agar dalam pemetaan tidak ada satu daerahpun yang tidak terkena pemotretan. Sesuai literature Hardjoprajitno dan Sutarahardja (1997) yang menyatakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemotretan adalah besarnya overlap (end lap dan  side lap) yang biasa dinyatakan dalam persen (%) dan pada umumnya end lap dibuat 60 ± 5% dan  side lap 30 ± 15%. Besar kecilnya overlap menentukan jumlah potret yang akan diperoleh agar mencakup seluruh areal yang telah ditentukan. End lap harus dibuat ≥ 55% agar semua daerah yang dipotret dapat dilihat secara stereoskopis. Sedangkan side lap dibuat untuk titik kontrol pada waktu pemetaan dan digunakan sebagai faktor pengaman agar antar jalur terbang tidak terjadi gap.
Dari pengukuran dan perhitungan yang dilakukan maka diketahui luas daerah efektif pada masing-masing potret udara yaitu : jalur terbang I nomor potret 5 adalah 342,53 hektar, dengan panjang foto base adalah 8,5 cm. untuk luas daerah efektif jalur terbang I nomor potret 6 adalah 305,48 hektar dengan panjang foto base 7,6 cm. untuk jalur terbang I nomor potret 7 luas daerah efektifnya adalah 324,03 hektar dengan panjang foto base adalah 8,1 cm.
Dari praktikum yang dilakukan diketahui bahwa daerah efektif adalah daerah yang terdapat pada potret kedua (potret yang berada ditengah) yang overlap terhadap potret pertama dan ketiga. Sesuai literatur Departemen Kehutanan (1997) yang menyatakan bahwa daerah efektif adalah daerah yang terdapat di tengah potret udara dan merupakan bagian dari daerah overlapping. Daerah efektif mempunyai displacement yang minimum baik relief maupun tilt displacement dan dapat dilihat secara tiga dimensi karena terdapat pada arah overlap. Dengan demikian maka pengukuran-pengukuran pada potret udara biasanya dilakukan pada daerah efektif.
Dari praktikum, teknik dalam menentukan daerah efektif adalah dengan cara mengamati dengan stereoskop dan menggabungkan antara potret I, II, dan III, posisi potret dalam pengamatan harus sesuai artinya tidak terbalik atau sesuai dengan pasangan konjugasinya karena akan mengakibatkan tidak tepatnya posisi overlapping-nya. Posisi jalur terbang merupakan garis lurus. Kemudian ditentukan P1’, P2’ dan P3’, setelah di-overlap-kan maka daerah yang berada ditengah merupakan daerah efektif. Dalam interpretasi potret udara seorang interpreter harus mempunyai keterampilan dalam mengetahui tentang teknik diagnosis penutupan lahan seperti tone, ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, pola, lokasi dan asosiasi serta tinggi pohon. Pada potret udara vertikal obyek yang disajikan hanya penamapang melintang bagian atas dari obyek yang bersangkutan, untuk itu perlu diketahui elemen-elemen tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.      Terdapat daerah-daerah yang bisa diamati dengan cara visual atau dengan mata telanjang. Diantaranya terdapat hutan yang lebat, daerah perumahan, sungai, sawah, daerah pabrik atau industri, tanah kosong/jalan, dll.
2.     Besarnya side lap adalah 30%, side lap dibuat untuk titik kontrol pada waktu pemetaan dan digunakan sebagai faktor pengaman agar antar jalur terbang tidak terjadi gap.
3.     Luas daerah efektif pada masing-masing potret udara yaitu : jalur terbang I nomor potret 5 adalah 342,53 hektar, untuk luas daerah efektif jalur terbang I nomor potret 6 adalah 305,48 hektar, untuk jalur terbang I nomor potret 7 luas daerah efektifnya adalah 324,03 hektar.
4.     Daerah efektif adalah daerah yang terdapat di tengah potret udara dan merupakan bagian dari daerah overlapping.
5.     Dalam interpretasi potret udara seorang interpreter harus mempunyai keterampilan dalam mengetahui tentang teknik diagnosis penutupan lahan seperti tone, ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, pola, lokasi dan asosiasi serta tinggi pohon.

Saran
          Diharapkan mahasiswa dapat menginterpretasi potret udara dan mengimplementasikan teknik-teknik dalam mendiagnosa tutupan lahan serta dapat menghitung daerah efektif dengan benar


DAFTAR PUSTAKA

Aka, T. M. 2006. Buku Ajar Dasar-dasar Penginderaan Jarak Jauh. Program studi  Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
American Society of Photogrametry. 1960. Photographic Interpretation. The Georgia Banta Company, Inc. Menasha, Wisconsin
Departemen Kehutanan. 1997. Manual Kehutanan. Edisi kedua. KOPKARHUTAN
Hardjoprajitno, S dan Sutarahardja, S. 1997. Teknis Penggunaan Metoda Double Sampling Dalam Inventarisasi Hutan Untuk Pendugaan Volume Tegakan dengan Bantuan Potret Udara. Fakultas Kehutanan, IPB-Press.
Lillesand, T.M. and R.W Kiefer. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation, Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York.

segarnya buah apel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar