H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 20 Oktober 2011

STATISTIKA HIDROLOGI


METODE PERLAKUAN

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah seperangkat komputer dengan software Microsoft Excell.  Bahan yang digunakan dalam perlakuan adalah data tentang curah hujan dalam kurun waktu 29 tahun.

Prosedur Kerja
              Adapun prosedur dari Statistika Hidrologi, yaitu:
1.      Ditentukan peringkat untuk data curah hujan dari data yang terbesar hingga terkecil
2.      Dihitung besarnya periode ulang (Tr), dimana:
        Tr =      
ket:
n  = banyaknya data
m = peringkat/ ranking
3.      Dihitung besarnya probabilitas (P), dimana:
        P =      
4.      Dihitung besarnya frekuency of accurate (Fa), dimana:
        Fa =      
ket:
n  = banyaknya data
m = peringkat/ ranking

5.        Dibuat dalam bentuk grafik regresi


Hasil
            Perkiraan debit puncak banjir dapat menggunakan cara perbandingan hidrograf debit dari data yang dicatat dari dua buah pos duga air yang berdekatan dalam satu DAS dengan karakteristik sama. Penelusuran banjir mengacu pada besaran-besaran aliran masuk (I) dan aliran keluar (O) sehingga dapat ditentukan nilai S (besaran penampungan), probabilitas (P), dan Fa (%). Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh data sebagai berikut :

Pembahasan
            Pengetahuan hidrologi amat penting dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan air. Oleh karena itu analisis statistik banyak diaplikasi dalam bidang hidrologi karena statistik amat memudahkan proses menganalisis data dan menganalisis data hidrologi.
            Pada data tabel diperoleh peringkat paling tinggi adalah 26 pada tahun 1980. Hal ini dimaksudkan bahwa curah hujan paling rendah terdapat pada tahun ini sehingga tingkat kebanjirannya sangat minimal dengan curah hujan sebesar 4900 mm. Peringkat 1 memiliki curah hujan paling tinggi yakni sebesar 40100 mm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun data curah hujan semakin meningkat. Grafik diatas menunjukkan bahwa curah hujan dari tahun ke tahun semakin meningkat karena adanya perubahan kenaikan suhu, lingkungan, dan lain-lain.
            Hubungan curah hujan dengan Fa berbanding terbalik karena semakin besar curah hujan maka Fa semakin kecil. Hal ini bisa dilihat pada tabel 1. Fa pada tahun 1980 sebesar 87.93 % dengan probabilitas sebesar  0.87 dan pada tahun 2008 sebesar 1.72 % dengan probabilitas sebesar 0.03. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas dari tahun ke tahun semakin menurun sehingga probabilitas dan Fa berbanding lurus.
Data hujan terpilih yang mewakili masing-masing DAS dan bersesuaian dengan kejadian banjir yang menyertainya ditransformasi menjadi hujan rata-rata DAS. Apabila pada suatu DAS hanya tersedia 1 buah stasiun hujan, maka data hujan perlu dilakukan dengan faktor koreksi berdasarkan persamaan Haspers, dan apabila pada suatu DAS tersedia lebih dari 1 stasiun hujan maka hujan rata-rata DAS diperoleh dengan pendekatan rata-rata hitung (aritmatic mean) atau polygon Thiessen   
           Metode rasional dapat menggambarkan hubungan antara debit dengan besarnya curah hujan untuk suatu DAS. Debit banjir dihitung berdasarkan parameter hujan dan karakteristik DAS, metode rasional baik untuk digunakan pada DAS dengan luas maksimal 500 ha. Metode empiris dilakukan dengan menggunakan metode hidrograf satuan (UHG) untuk menganalisa banjir. Metode statistika yang banyak dipakai untuk menganalisa banjir adalah probabilitas (kementakan), periode ulang (return period), dan analisa frekuensi. Metode statistika sangat berguna untuk mengatahui periode ulang banjir. Model matematik dibuat dengan berdasarkan hubungan data curah hujan dan debit. Setelah diperoleh modelnya maka dengan model tersebut dapat digunakan untuk menghitung debit puncak banjir yang terjadi oleh curah hujan tertentu pada tinggi muka air tertentu di pos duga air
Perjalanan air di dalam DAS dapat diasumsikan sebagai limpasan total (total runoff), yang terdiri dari limpasan langsung (direct runoff) dan aliran dasar (base flow). Limpasan langsung sendiri terdiri dari aliran permukaan (surface runoff) dan aliran bawah permukaan yang mengalir langsung (prompt sub surface flow) serta hujan yang jatuh langsung di permukaan sungai (channel precipitation).
Hasil perhitungan debit banjir dari metode-metode tersebut dibandingkan dengan lugs penampang sungai yang terjadi banjir sehingga dapat diketahui metode mana yang lebih cocok digunakan untuk kondisi suatu sungai dan dari penampang sungai didapat juga persamaan lengkung debitnya yang dapat digunalcan dalam perhitungan debit.Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah Koefisien Hidrologi dari DAS sebelahnya tidak cocok diterapkan pada sungai dikarenakan tidak homogennya data curah hujan yang terjadi pada DAS tersebut. Sedangkan yang cocok digunakan adalah debit rencana dengan metode Rasional dan hydrograf Snyder.
            Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi terjadinya banjir. Maksud adalah untuk mengetahui debit banjir dari beberapa metode perhitungan debit rencana, secara langsung dari data curah hujan harian maksimum maupun berdasarkan hasil perhitungan debit harian dari kalibrasi koefisien hidrologi DAS. Sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai debit banjir sesuai dengan kondisi suatu sungai dan persamaan lengkung debit yang dapat digunakan untuk perhitungan dalam pengukuran debit sungai serta sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sungai tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar