METODE PERLAKUAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
seperangkat komputer dengan software Microsoft Excell. Bahan yang digunakan dalam perlakuan adalah data tentang curah hujan dalam kurun waktu 29 tahun.
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur dari Statistika Hidrologi, yaitu:
1. Ditentukan peringkat untuk data curah
hujan dari data yang terbesar hingga terkecil
2. Dihitung besarnya periode ulang (Tr),
dimana:
Tr =
ket:
n =
banyaknya data
m = peringkat/ ranking
3. Dihitung besarnya probabilitas (P),
dimana:
P =
4. Dihitung besarnya frekuency of accurate (Fa), dimana:
Fa =
ket:
n =
banyaknya data
m = peringkat/ ranking
5.
Dibuat
dalam bentuk grafik regresi
Hasil
Perkiraan debit puncak banjir dapat menggunakan
cara perbandingan hidrograf debit dari data yang dicatat dari dua buah pos duga
air yang berdekatan dalam satu DAS dengan karakteristik sama. Penelusuran
banjir mengacu pada besaran-besaran aliran masuk (I) dan aliran keluar (O) sehingga
dapat ditentukan nilai S (besaran penampungan), probabilitas (P), dan Fa (%). Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh data
sebagai berikut :
Pembahasan
Pengetahuan
hidrologi amat penting dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan penggunaan air. Oleh karena itu analisis statistik banyak diaplikasi
dalam bidang hidrologi karena statistik amat memudahkan proses menganalisis
data dan menganalisis data hidrologi.
Pada
data tabel diperoleh peringkat paling tinggi adalah 26 pada tahun 1980. Hal ini
dimaksudkan bahwa curah hujan paling rendah terdapat pada tahun ini sehingga
tingkat kebanjirannya sangat minimal dengan curah hujan sebesar 4900 mm.
Peringkat 1 memiliki curah hujan paling tinggi yakni sebesar 40100 mm. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun data curah hujan semakin
meningkat. Grafik diatas menunjukkan bahwa curah hujan dari tahun ke tahun
semakin meningkat karena adanya perubahan kenaikan suhu, lingkungan, dan
lain-lain.
Hubungan
curah hujan dengan Fa berbanding terbalik karena semakin besar curah hujan maka
Fa semakin kecil. Hal ini bisa dilihat pada tabel 1. Fa pada tahun 1980 sebesar
87.93 % dengan probabilitas sebesar 0.87
dan pada tahun 2008 sebesar 1.72 % dengan probabilitas sebesar 0.03. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas dari tahun ke tahun semakin
menurun sehingga probabilitas dan Fa berbanding lurus.
Data
hujan terpilih yang mewakili masing-masing DAS dan bersesuaian dengan kejadian
banjir yang menyertainya ditransformasi menjadi hujan rata-rata DAS. Apabila
pada suatu DAS hanya tersedia 1 buah stasiun hujan, maka data hujan perlu
dilakukan dengan faktor koreksi berdasarkan persamaan Haspers, dan apabila pada
suatu DAS tersedia lebih dari 1 stasiun hujan maka hujan rata-rata DAS
diperoleh dengan pendekatan rata-rata hitung (aritmatic mean) atau
polygon Thiessen
Metode rasional dapat menggambarkan hubungan
antara debit dengan besarnya curah hujan untuk suatu DAS. Debit banjir dihitung berdasarkan parameter hujan dan karakteristik DAS, metode rasional baik untuk digunakan pada DAS dengan luas maksimal 500 ha. Metode empiris dilakukan dengan menggunakan metode hidrograf satuan (UHG) untuk menganalisa banjir. Metode statistika yang banyak dipakai untuk menganalisa banjir adalah probabilitas (kementakan), periode ulang (return period), dan analisa
frekuensi. Metode statistika sangat berguna untuk mengatahui periode ulang banjir. Model matematik dibuat dengan berdasarkan hubungan data curah hujan dan debit. Setelah diperoleh modelnya maka dengan model tersebut dapat digunakan untuk menghitung debit puncak banjir yang terjadi oleh curah hujan tertentu pada
tinggi muka air tertentu di pos duga air
Perjalanan air di dalam DAS dapat diasumsikan
sebagai limpasan total (total runoff),
yang terdiri dari limpasan langsung (direct
runoff) dan aliran dasar (base flow).
Limpasan langsung sendiri terdiri dari aliran permukaan (surface runoff) dan aliran bawah permukaan yang mengalir langsung (prompt sub surface flow) serta hujan
yang jatuh langsung di permukaan sungai (channel
precipitation).
Hasil perhitungan debit banjir dari
metode-metode tersebut dibandingkan dengan lugs penampang sungai yang terjadi
banjir sehingga dapat diketahui metode mana yang lebih cocok digunakan untuk
kondisi suatu sungai dan dari penampang sungai didapat juga persamaan lengkung
debitnya yang dapat digunalcan dalam perhitungan debit.Hasil yang diperoleh
dari kajian ini adalah Koefisien Hidrologi dari DAS sebelahnya tidak cocok
diterapkan pada sungai dikarenakan tidak homogennya data curah hujan yang
terjadi pada DAS tersebut. Sedangkan yang cocok digunakan adalah debit rencana
dengan metode Rasional dan hydrograf
Snyder.
Tujuan
dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi terjadinya banjir. Maksud
adalah untuk mengetahui debit banjir dari beberapa metode perhitungan debit
rencana, secara langsung dari data curah hujan harian maksimum maupun
berdasarkan hasil perhitungan debit harian dari kalibrasi koefisien hidrologi
DAS. Sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai debit banjir sesuai
dengan kondisi suatu sungai dan persamaan lengkung debit yang dapat digunakan
untuk perhitungan dalam pengukuran debit sungai serta sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan pengelolaan sungai tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar