Proses
Pembuatan OSB
Proses pembuatan OSB pada dasarnya
hampir sama dengan tahapan pada produksi papan partikel, hanya saja ada
pengorentasian arah strand saat pembentukan lembaran dan pelapisan bahan
anti air pada sisi-sisi tebalnya. Lowood (1997) dan Youngquist (1999)
menerangkan secara garis besar proses pembuatan OSB adalah sebagai berikut:
1.
Pengupasan kulit kayu (debarker)
dan Pembuatan strands
2. Pengeringan
3. Blending
4. Pembentukan lembaran
5. Pengempaan panas
6. Finishing, pengepakan, dan pengangkutan
Menurut Forest Product Laboratory (1999) tahapan pembuatan
OSB adalah sebagai berikut :
1.
Bahan baku
Menurut Caesar (1997) dalam Misran (2005), OSB dapat dibuat dengan
menggunakan kayu memiliki kerapatan 350-700 kg/m3. Bahan baku yang
akan dipergunakan sebagai strand harus bersih dari kulit karena kulit kayu akan
menghambat proses perekatan.
2.
Pembuatan strand
Secara umum penggunaan
strand berukuran kecil sebagai bahan baku dapat memperbaiki keseragaman dan
stabilitas. Pada kasus OSB, ukuran strand yang akan berpengaruh pada sifat
keseragaman dan stabilitas (Nishimura et al, 2004). Ukuran strand dan
orientasinya harus dikontrol selama proses produksi. Pengelompokan strand
menurut Nishimura et al (2004) sebagai berikut :
a.
Strand tipe 1, bentuk panjang dan
sangat lebar
b.
Strand tipe 2, bentuk panjang
namun tidak selebar tipe 1
c.
Strand tipe 3, bentuk panjang dan
sempit
d.
Strand tipe 4, bentuk pendek dan
sempit
e.
Strand tipe 5, bentuknya
kecil-kecil
2.
Pengeringan
Ayrilmis et al (2005) merekomendasikan
pengeringan strand hingga mencapai kadar air 2-3%. Menurut Structural Board
Assiciation (2004), strand untuk OSB dikeringkan sampai kadar airnya 3% untuk
perekat PF atau seperti panil sebesar 8% dengan perekat cair.
Dalam kondisi normal strand dikeringkan hingga
mencapai kadar air 3-5% sebelum dicampur dengan PF cair. Penggunaan PF bubuk
memerlukan pengeringan hingga mencapai kadar air 6%. Kadar air 5-6% apabila
menggunakan perekat UF (Misran, 2005)
3.
Pencampuran strand, perekat dan
bahan aditif
Marra (1993) polydiphenylmethane diisocyanate,
pMDI atau MDI dipakai sebagai resin pada pembuatan OSB, namun harganya lebih
mahal lebih mahal dari PF. Seperti halnya PF, MDI merupakan perekat tipe eksterior.
Tidak seperti PF, MDI tidak membentuk ikatan mekanis pada kayu, namun ikatan
yang terjadi adalah ikatan kimia dimana ikatan kimia ini lebih kuat dan lebih
stabil dibandingkan ikatan mekanis sehingga membuat kinerja MDI lebih baik
dibandingkan PF. Walaupun penggunaan MDI dalam jumlah sedikit namun dapat
memberikan hasil yang lebih baik dari PF.
5.
Pembentulkan lembaran
Menurut Misran (2005),
pengorientasian arah strand dapat dilakukan dengan menggunakan mechanical
orienter dimana alat ini terdiri atas dua bagian yaitu disk type orienter
(mengarahkan strand ke arah panjang panil) dan star type orienter
(mengorientasikan strand tegak lurus arah panjang).
6.
Pengempaan panas
Tujuan pengempaan panas
adalah mendapatkan kerapatan dan ketebalan papan sesuai yang diinginkan serta
mematangkan perekat khususnya perekat thermosting. Menurut Forest Product
Laboratory (1999), pengempaan panas pada OSB dilakukan pada suhu 177-204 oC
selama 3-5 menit.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu OSB
Menurut Paribroto Sutigno dalam www.dephut.go.id (2002), faktor-faktor
yang mempengaruhi mutu papan partikel yaitu:
1.
Berat jenis kayu
Perbandingan
antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat jenis kayu harus
lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partikelnya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan
berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik.
2.
Zat ekstraktif kayu
Kayu
yang mengandung zat ekstraktif minyak akan menghasilkan papan partikel yang
kurang baik dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang tidak mengandung
zat ekstraktif minyak. Zat ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses
perekatan.
3.
Jenis kayu
Jenis kayu
(misalnya Meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi
formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya meranti merah). Hal ini
dipengaruhi oleh zat ekstraktif yang mempengaruhi warna kayu tersebut
4.
Campuran jenis kayu
Keteguhan
lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan lentur
papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel struktural
lebih baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari campuran jenis kayu.
5.
Ukuran partikel
Papan
partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari
serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel struktural dibuat
dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.
6.
Kulit kayu
Makin
banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin kurang baik
karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%.
7.
Perekat
Macam
partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan perekat eksterior akan
menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan
menghasilkan papan partikel interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi
penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi perekat dan terdapat
banyak sifat papan partikel. Sebagai
contoh, penggunaan perekat urea formaldehida yang kadar formaldehidanya tinggi
akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan lentur dan keteguhan rekat
internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek.
8.
Pengolahan
Proses
produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun demikian, masih
mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu papan partikel. Sebagai
contoh, kadar air hamparan (campuran partikel dengan perekat) yang optimum adalah
10-14%, bila terlalu tinggi keteguhan
lentur dan keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun.
Serbuk kayu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar