*Bringing Up Thanksgiving*
[Melahirkan Ucapan Syukur]
*Lukas 2:6-7,* _"Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan"._
Injil Lukas 2:7 dapat dinyatakan sebagai berita yang sangat populer ribuan tahun lalu mengenai kelahiran Yesus. Seandainya peristiwa ini "digenapi" di era sekarang ini akan menjadi berita viral, dan bila ada yang pertama menguploadnya, maka akunnya (misalnya di youtube, instagram, dll) akan banyak yang meng like serta akan mendapatkan uang banyak. Tetapi Injil Lukas 2:1 - 7 dapat menggambarkan Natal dengan tema kesederhanaan. Dan gambaran kesederhanaan nampak dari kata-kata _“lampin dan palungan”._ Dimana kain lampin adalah sehelai kain yang panjang yang dililitkan pada tubuh bayi untuk membalutnya agar bayi merasa nyaman. Sedangkan palungan adalah kotak besar tempat menyimpan atau menaruh makanan bagi ternak. Dan palungan merupakan tempat makanan domba, yang isinya adalah sisa-sisa bubur dedak dengan bercampur rumput, becek, kotor, dan bau. Sehingga kain lampin dan palungan bukan lambang kebesaran atau kemuliaan melainkan sebagai lambang kesederhanaan.
Moment Allah menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia bukan dengan segala kekuatan, kemuliaan serta keperkasaan-Nya, tetapi namun kesederhaan. Biasanya pada minggu Advent ke-4, diarahkan bagaimana kita menyambut Advent? Yakni dengan meneladan pada Tuhan kita Yesus Kristus yang merendahkan diri dengan luar biasa. Maka itulah sebabnya seseorang harus menghancurkan kesombongannya lalu menghiasi hatinya dengan Kristus yang memerintah hidup. Hal tersebut akan tercermin dari kerendahan hati, penuh kebaikan, dan terbukti dengan segala enjauhi keburukan seperti amarah, dendam, kedengkian, kebencian, dan kesedihan . Demikian juga mengenai perjalanan tentang suasana Natal, maka kita akan dibawa ke kisah Yusuf dan Maria.
Misalnya, Maria dan Yusuf yang melakukan perjalanan dari Nazaret ke Betlehem, dimana perjalanan mereka tidak sesyahdu pujian Malam Kudus, dan kenyataannya sungguh berbeda adanya. Realitanya juga Yusuf dan Maria berangkat atas dasar perintah Kaisar Agustus (ia dianggap "juruselamat" oleh Romawi) dan mengalami situasi ketiadaan tempat untuk menginap, dan sebagaimana kita imani bahwa, perjalanan berjerih lelah tersebut sangat bermakna dalam kelahiran Yesus Sang Juru Selamat. Lalu bagaimanakah kita di hari-hari Natal ini, bagaimana suasananya? Dan pergi ke mana saja, dan apakah bisa sekaligus memaknai layaknya perjalanan Yusuf dan Maria? Dan adakah yang bersyukur atas setiap suasana Natal yang kita alami jika kenyataan tidak sesuai harapan? Bisa saja realita kenyataan hidup tidak selalu tenang, malah mungkin ada pergumulan serta ancaman. Akan tetapi, bukankah akan selalu ada kebaikan Tuhan dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami? Seperti halnya perjalanan Yusuf dan Maria melahirkan keselamatan, demikianlah perjalanan hidup kita melahirkan ucapan syukur atas kebaikan Tuhan. Dalam suatu ungkapan dinyatakan, _"Dalam sukacita ini kami mengingat akan hadirnya seorang penyelamat ke dunia ini, Tuhan kami Yesus Kristus yang membawa sukacita besar bagi umat manusia"._
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*
Dalam sukacita ini kami mengingat akan hadirnya seorang penyelamat ke dunia ini, Tuhan kami Yesus Kristus yang membawa sukacita besar bagi umat manusia.
BalasHapus*Lukas 2:6-7,* _"Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan".
BalasHapus