H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 03 November 2011

Analisis Geodesi Dalam Peta


ANALISA PETA
           Sebelum hasil pengukuran digunakan untuk membuat peta, lebih dahulu pengukuran harus diteliti akan kehalusannya untuk maksud pembuatan peta. Penelitian dilakukan dengan menggambar poligon utama dengan skala yang dua kali lebih besar daripada skala yang akan digunakan untuk penggambaran peta, supaya kesalahan yang mungkin dibuat tampak lebih jelas. Penggambaran poligon utama dilakukan diatas kertas yang berkotak-kotak. Untuk dapat melokalisir kesalahan, maka poligon utama digambar antara tiap-tiap titik tertentu yang digunakan pada pengukuran, yang dinamakan seksi. Maka hanya seksi yang salah saja yang harus diukur kembali (Wongsotjitro, 2006). 


Gambar. Analisa Peta

            Titik-titik yang bersama-sama membangun kerangka dasar baik horizontal maupun vertikal. Titik ini disebarkan ke seluruh sektor daerah pengukuran dengan ketelitian yang setara. Titik ikat ini dapat dianggap sebagai wakil pemetaan di wilayah sekitarnya. Dengan demikian ketelitian pemetaan dari masing-masing sektor yang membentuk gambaran daerah tersebut menjadi sama tinggi         (Sinaga, 1992).
Sebagaimana diketahui bahwa garis kontur yang terdapat pada peta rupabumi produksi BAKOSURTANAL tersebut merupakan hasilinterpolasi dari titik-titik ketinggian      hasil     pengukuran     lapangan. Keterbatasan dalam penjelajahan lapangan untuk pengukuran titik ketinggian tersebut menyebabkan hasil pengukurannya juga hanya terbatas pada wilayah yang mudah untuk dijangkau saja, sedangkan wilayah yang sulit dijangkau akan    diekstrapolasi.  Hal    ini menyebabkan tingkat ketelitiannya juga akan terbatas. Di tempat yang mudah dijangkau ketelitiannya akan cukup baik sementara daerah yang sulit dijangkau ketelitiannya akan rendah (Manalu, dkk, 2005).                                             
Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permuka an laut. Model tiga dimensi mempermudah pembacaan kontur pada suatu tempat di atas permukaan bumi karena langsung terlihatketinggian tiap garis ketinggiannya, dari pada membaca model dua dimensi seperti pada gambar 2. Untuk mencapai hal tersebut, data input yang berupa peta topografi dianalisa dan diproses menjadi output model objek tiga dimensi (Rostianingsih, dkk, 2004).
            Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :
  1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
  2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
  3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
  4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untukwilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikaldiberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur
Adapun tujuan “Analisa Peta” ini adalah untuk memperkirakan kelas lereng suatu areal berdasarkan peta yang dianalisa.


BAHAN DAN METODA
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan adalah :
  1. Peta kontur sebagai bahan yang akan diamati datanya.
  2. Dot grid sebagai bahan untuk mempermudah dalam penghitungan luas dalam 1 petak.
  3. Buku panduan sebagai bahan panduan praktikan dalam pengerjaan data analisa peta.
            Adapun alat yang digunakan adalah :
  1. Cat kayu faber castel sebagai bahan pewarna untuk membedakan kemiringan lapangan.
  2. Pensil sebagai untuk menggambarkan peta.
  3. Kalkulator sebagai alat penghitung analisa peta.
  4. Pulpen sebagai sebagai alat tulis.
  5. Penggaris sebagai sebagai alat pelurus.
  6. Penghapus sebagai penghapus data yang salah.
Prosedur Praktikum
  1. Ditentukan titik pasti dan dibuat salin sumbu dari titik pasti.
  2. Dibuat kotak-kotak dengan ukuran 2 x 2 cm.
  3. Dinomori kotak-kotak tersebut, kemudian ditarik garis diagonal dari masing-masing kotak.
  4. Ditarik garis lurus dari titik hasil perpotongan garis diagonal dari masing-masing kotak ke garis kontur terbanyak .
  5. Dicari beda tinggi dengan rumus :
∆H =
  1. Dihitung persentase klasifikasi kemiringan lapangan dengan rumus :
Y =
Dengan : Y      = % klasifikasi kemiringan lapangan
                ∆H   = Beda tinggi
                M     = Faktor skala
                X     = Jarak dari titik pusat ke garis yang tegak lurus
  1. Diwarnai peta sesuai dengan klasifikasi kemiringan lapangan yang diperoleh.
  2. Dihitung luas areal dari setiap kotak.
  3. Dimasukkan data-data ke dalam tabel.

Tabel I. Data Hasil Analisa Peta
No

No.
petak
Koordinat
Beda Tinggi (∆H)
Jarak Antar Garis Kontur (X)
Kemiringan lapangan (Y)
Kelas lereng
Warna lereng
X
Y
1






















Tabel II.Data Hasil Klasifikasi Kemiringan Lapangan

No.Kelas
Kelas Lereng
Warna Lereng
Luas (Ha)
Luas (%)
1
Datar
Hijau
53,75
7,63
2
Landai
Kuning
286,5
40,65
3
Sedang
Biru
300,5
42,64
4
Curam
Merah muda
55,5
7,88
5
Sangat curam
Merah tua
8,5
1,21
Total
704,75
100

Kesimpulan Perlakuan:
            Titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut dan memiliki sifat yang tidak bercabang serta berpotongan dengan garis lain. Jadi apabila kita menemukan garis yang bercabang pada suatu peta maka dapat kita simpulkan bahwa itu bukanlah kontur melainkan sungai. Karena kontur merupakan rangkaian titik yang membentuk garis yang saling bersambung. Sering kali praktikan terjebak dengan gambar pada analisa peta sehingga dalam pembuatan kontur haris dilihat dengan jelas dan lebih awal menandai sungai dengan pensil sehingga dalam perhitungan dan pembuatan kontur didapat hasil yang diinginkan.
            Skala peta yang kita gunakan adalah 1:10000 yang artinya bahwa setiap 1 cm di peta mewakili 10000 cm di lapangan. Skala peta sangat penting dalam pembuatan suatu peta karena skala peta merupakan pembanding jarak pada peta denagn jarak sebenarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Takasaki (2005), yang menyatakan bahwa Penentuan skala peta didasarkan pada tingkat ketelitian dan banyaknya informasi yang dibutuhkan mengenai keadaan daerah yang dipetakan, pada ukuran gambar-gambar yang harus dimasukkan dalam peta dan pada tujuan dari pemetaan tersebut.
            Oleh karena itu dalam penganalisaan peta ini dibutuhkan ketelitian dalam mengamati peta yaitu mampu membedakan mana garis yang berbentuk sungai dan garis yang merupakan sebuah kontur.




DAFTAR PUSTAKA
Asep. 2007. Navigasi Tutorial. http://images.asep7809.multiply.com attachment/0/. /NavigasiTutorial-pdf?. [30 Oktober 2009].

Kiswanto, G. 2004. Optimasi Proses pemesinan milling 3-axis Pada Permukaan Kontur Dengan Segmentasi Model faset 3D Berdasarkan Pola dan Arah Pemesinan. http://akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/../153-caj-unsri.pdf. Universitas Sriwijaya Press. Palembang. [2 Oktober 2009]

Harsanugraha, W dan Julzarika, A. 2008. Analisa Pemodelan Tsunami Dengan Pembuatan Peta Kerawanan dan Jalur Evakuasi Dari Turunan SRTM90 (Studi Kasus : Kota Padang). Http://crs.itb.ac.id/media/mapin/pdf/wawan.pdf. Institut Teknik Bandung Press. Bandung. [1 Oktober 2009]

Sinaga, I. 1992. Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Manalu, J., Kustiyo., Parsa, M., dan Surlan.2005. Pembuatan Kontur Dari Data DEM SRTM Untuk Inventarisasi Sumber Daya Alam. Http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=486. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional. Jakarta. [30 Oktober 2009]

Romenah. 2005. Pengetahuan Peta. http://elcom.umy.ac.id/elschool//../file. /PENGETAHUAN%20PETA.pdf. Tin Geografi. Jakarta. [1 Oktober 2009]

Rostianingsih, S., Gunadi, K., dan Handoyono, I. 2004. Pemodelan Peta Topografi Ke Objek Tiga Dimensi. http://dusiit2.petra.ac id/ejournal/index.php inf/article/../15439/15431. Jurnal Informatika Vol.5 No.1. Universitas Kristen Petra Press. Bandung. [30 Oktober 2009] 

Takasaki. M. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Wongsotjitro, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar