PENDAHULUAN
Hutan merupakan salah satu sumber
daya alam yang penting di Indonesia dan memberikan manfaat langsung dan tidak
langsung. Manfaat langsung antara lain berupa kayu yang dipanen dan diolah. Kegiatan pemanenan dan pengolahan
tersebut menyebabkan terjadinya limbah pemanenan dan limbah pengolahan. Limbah kayu dari kedua kegiatan tersebut
secara botanis umumnya sama karena sebagian besar pohon yang dipanen dikeluarkan
dari hutan untuk diolah.
Perbedaannya dalam bentuk, yaitu
limbah pemanenan berupa batang, cabang, dan ranting, sedangkan limbah
pengolahan berupa sebetan, potongan ujung, tatal, serbuk, sisa pemotongan
dolok, sisa venir, sisa kupasan, sisa sayatan dan sisa pemotongan produk
tergantung macam pengolahannya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah tersebut. Pemanfaatan limbah pengolahan lebih banyak
dilakukan daripada pemanfaatan limbah pemanenan karena lebih ekonomis. Pemanfaatan limbah tersebut ada yang untuk
bahan bakar, membuat suatu bahan, membuat suatu produk atau dibuang.
Pemanfaatannya dapat dilakukan oleh
perusahaan sendiri atau oleh perusahaan lain. Salah satu pemanfaatan limbah kayu adalah untuk
pembuatan papan partikel yaitu lembaran hasil pengempaan panas campuran partikel
kayu atau bahan berligno selulosa lainnya dengan perekat organik dan bahan
lainnya. Partikel berarti butir atau
bahan yang berukuran relatif kecil.
Partikel kayu berarti potongan kecil kayu yang bentuknya bermacam-macam
tergantung pada cara pengolahannya. Pada saat ini ada 19 buah pabrik papan partikel yang
tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Maluku. Sebuah pabrik mengolah limbah tebu (lampas
tebu atau bagas) dan sisanya mengolah limbah kayu. Limbah pemanenan berupa dolok kayu karet
diolah oleh 2 buah pabrik, sedangkan 16 buah pabrik mengolah limbah pengolahan
yang terdiri atas campuran jenis kayu. Pada tulisan ini dikemukakan mengenai macam papan partikel,
beberapa faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel, dan mutu papan partikel.
Kayu telah
digunakan selama ribuan tahun sebagai bahan kontruksi untuk tempat tinggal,
kapal dan jembatan. Ketersediaan dan kemudahan dalam pengerjaannya pada awalnya
telah membuat kayu menjadi pilihan yang logis untuk bahan kontruksi. Belakangan
ini pilihan juga disebbkan oleh biayanya yang lebih rendah dan rasio kekuatan
terhadap berat yang tinggi dibandingkan dengan bahan dari logam dan semen.
Kayu merupakan
bahan yang memiliki keragaman dalam sifat-sifatnya, yang melekat secara inherent. Kayu dikenal sebagai bahan
yang bersifat ortotropis. Sifat-sifat struktural kayu tidak hanya bergantung
pada arah orientasinya ketika dipotong dari bentuk log tetapi juga pada
distribusi, ukuran dan bentuk karakteristik yang dapat mengurangi kekuatan dan
sel pembentuk kayu yang bervariasi antar jenis. Disamping itu, kondisi
lingkungan dimana kayu digunakan akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan
berpengaruh pula pada sifat-sifat mekanis dan kerentanannya terhadap degradasi
oleh pembusukan.
Di
era perdagangan global dewasa ini tuntutan terhadap mutu produk kayu olahan
untuk tujuan ekspor, seperti kayu lapis, kayu gergajian dan produk panel kayu
lainnya, semakin nyata. Tuntutan tersebut bentuknya bahkan tidak lagi
memerlukan pembuktian yang hanya didasarkan pada bentuk fisik barang, melainkan
juga berdasarkan dokumen resmi yang menyertainya. Dokumen yang menerangkan
bahwa barang tersebut telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, agar
dapat diakui, harus dikeluarkan oleh laboratorium penguji yang terakreditasi.
Di sinilah keberadaan laboratorium penguji terakreditasi menjadi semakin
penting peranannya, karena laboratorium tersebutlah yang memiliki core
competency untuk memberikan pengakuan atas mutu suatu barang berdasarkan
uji yang dilakukannya.
Kenyataan
itulah mungkin yang mendorong Gubernur Riau mengajukan permintaan kepada
Direktur Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang, Dirjen Perdagangan Luar
Negeri Depperindag agar Balai Penguji Mutu Barang (BPMB) Dinas Depperindag
Propinsi Riau dapat ditunjuk sebagai Laboratorium Penguji Kadar Air Kayu Olahan
untuk ekspor, sebagaimana dibahas dalam pertemuan yang diadakan oleh Deperindag
tanggal 8 Juni 2004.
Dengan
demikian, sudah semestinya Departemen Kehutanan berada pada pilihan untuk
segera mendorong akreditasi laboratorium pengujian yang dimilikinya agar dapat
memenuhi tuntutan pasar. Persyaratan mutu yang pengujiannya telah menjadi
tuntutan pasar tersebut tentunya tidak hanya terbatas pada uji kadar air, namun
akan berkembang sesuai dengan persyaratan mutu produk kayu olahan dan hasil
hutan lainnya yang menjadi obyek perdagangan.
Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang sangat kaya akan kayu,
terutama pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi serta Papua
yang masih banyak mempunyai hutan sebagai penghasil kayu. Tetapi penebangan
hutan secara liar yang tidak terkendali yang terjadi selama puluhan tahun
sehingga menyebabkan kerusakan dan penyusutan hutan tropis secara besar-besaran
yang mengakibatkan kurangnya pasokan kayu sehingga mengakibatkan makin tingginya
harga kayu di pasaran. Untuk itu perlu dicari alternatif pengganti kayu hutan.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kayu sebagai struktur bangunan
adalah dengan menggabungkan satu atau lebih jenis kayu yang direkatkan menjadi
satu kesatuan yang dalam bahasa asing biasa disebut gluelaminated (glulam)
timber. Kayu laminasi merupakan kombinasi beberapa jenis kayu menjadi satu
kesatuan yang utuh. Kayu laminasi dapat dirancang dan dibuat dengan
mengkombinasikan dua jenis kayu dengan kelas yang berbeda sehingga pemakaian
kayu akan lebih efisien. Kayu dengan kelas kuat yang lebih tinggi ditempatkan
serat bagian tepi yang menahan tegangan yang besar, sedangkan kayu dengan kelas
kuat yang lebih rendah ditempatkan di tengah, pada bagian yang akan menerima gaya
lebih kecil.
Laboratorium
yang berada di bawah binaan Departemen Kehutanan secara umum terbagi menjadi
laboratorium pengujian bidang hasil hutan kayu dan bukan kayu, benih dan bibit
tanaman kehutanan, tanah dan kualitas air serta lingkungan. Bahkan laboratorium
tertentu memiliki bidang pengujian yang lebih spesifik, seperti pengujian kayu
lapis dan kayu lamina. Khusus untuk laboratorium hasil hutan, secara spesifik
memiliki kapasitas untuk melakukan berbagai pengujian terhadap persyaratan mutu
produk kayu olahan seperti penentuan kadar air, uji emisi formaldehyde, dan uji
fisis-mekanis kayu lainnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat-sifat
Umum Kayu
Karakteristik atau sifat kayu sebagai bahan bangunan, kita perlu mengerti
bangunan ( struktur ) kayu. Sifat-sifat kayu menurut Ir. Suwarno Wiryomartono ada beberapa macam, yaitu:
1.
Sifat fisik.
Berat batang kayu banyak dipengaruhi oleh kadar lengasnya, dan karena itu
sukarlah untuk memperbincangkan berat jenis kayu, dalam hubungan sifat mekanik
dan lain-lainnya, tetapi lebih baik memperbincangkan bobot isi, atau beratnya
tiap-tiap satuan isi, atau lebih umum disebut kerapatan. Angka rapat ialah
hasil bagi berat kering tungku ( oven dry
) dan isi potongan kayu itu. Kerapatan ini adalah suatu indikator yang terbaik
tentang kekuatan kayu, meskipun sifat-sifat lainnya juga ada pengaruhnya,
seperti kadar lengas, arah serat dan adanya mata kayu dan sebagainya. Angka
rapat itu tergantung daripada banyaknya zat-dinding sel tiap-tiap satuan isi.
Kayu yang berserat kasar mengandung sedikit sel-sel tiap-tiap satuan isi, yang
berarti sedikit dinding-selnya, jadi rapatnya rendah pula. Maka teranglah,
bahwa semakin kecil angka rapat sesuatu kayu, semakin pulalah kekuatan kayu.
Sifat fisik kayu merupakan salah satu dari sifat kayu yang khas. Sifat
fisik kayu banyak dipengaruhi oleh temperatur dan kadar lengas. Seperti
benda-benda lainnya, kayu akan mengembang jika dipanaskan dan menyusut jika
didinginkan. Akan tetapi pengaruh temperatur ini tidak begitu besar jika
dibandingkan dengan pengaru kadar lengas. Angka muai linear kayu pada
temperatur biasa untuk arah sejajar serat sangat kecil dan untuk arah tegak
lurus serat adalah besar. Akibat dari pori-pori didalam kayu yang berarti
banyak terdapat kantong-kantong berisi hawa yang tidak bergerak, menjadikan
kayu memiliki sifat yang baik jika digunakan sebagai bahan sekat terhadap
panas.
Banyaknya pori tersebut tergantung
dari angka rapat kayu. Dengan demikian semakin kecil angka rapat kayu semakin
baik daya sekatnya. Selain itu kayu memiliki daya hantar yang jelek untuk
aliran listrik atau dapat juga digunakan sebagai bahan sekat terhadap listrik.
Daya hantar ini tidak banyak tergantung oleh jenis kayu atau angka rapat,
tetapi banyak dipengaruhi oleh kadar lengas kayu. Kayu dengan kadar lengas nol,
akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali. Sebaliknya apabila kayu
mengandung air sebanyak air ikat maksimum, maka daya hantarnya sama dengan daya
hantar air.
Perbandingan antara berat kayu pada keadaan kering udara dengan berat
kering tungku dan dinyatakan dalam prosentase disebut kadar air kayu. Kayu yang
baru ditebang pada umumnya memiliki kadar air yang cukup tinggi. Kadar air kayu
selaluberubah-ubah tergantung pada kelembaban suhu sekitarnya. Berdasarkan
letak lokasinya air yang terkadung dalam kayu dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
i.
Air yang berada dalam dinding sel disebut air terikat.
ii.
Air yang berada dalam rongga sel disebut air bebas.
Dilihat dari sifat kayunya dalam satu pohon, terdapat variasi kadar air.
Variasi kadar air ini disebabkan karena semakin ke ujung volume sel rongga
semakin lebar dan dinding sel semakin tipis, sehingga memungkinkan air masuk
lebih banyak pada bagian ujung batang. Perbedaan kadar air dalam arah aksial
adalah makin tinggi batang makin tinggi perbedaan kadar airnya. Hasil
penelitian di Philipina menyatakan kadar air batang kelapa akan melonjak dan
berbeda dari pinggir kebagian pusat batang ( inti ). Hal ini dapat dilihat
berdasarkan pada hasil penelitian tersebut yang rata-rata diperoleh pada bagian
tengah 328,9% dan pada bagian pinggir 101,3%. Variasi berat jenis dalam arah
aksial adalah turun dengan seragam dari pangkal ke ujung, untuk kayu keras
sebagian besar variasi berat jenisnya naik dari pangkal ke ujung dengan variasi
tidak seragam.
2.
Sifat hygroscopis.
a.
Kadar lengas.
Sel-sel mengandung air, sebagian disebut air bebas ( free water ) yang mengisi ruangan sel dan sebagian lain disebut air
ikat ( imbitet water ) yang menembus
dinding sel dan kemudian ditahan oleh pori-pori dinding sel. Apabila kayu
mengering, air bebas keluar lebih dahulu, kemudian barulah air-ikat
meninggalkan dinding sel, jika terus mengering. Pada saat air-bebas telah habis
keadaan itu disebut titik jenuh serat ( fiber
saturation point ). Kadar lengas saat itu kira-kira 25 sampai 35%,
tergantung daripada jenis kayu. Jadi turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan
bertambahnya kekuatan kayu.
b.
Kembang – susut.
Kayu akan mengembang bila kadar lengasnya bertambah ( t0 = konstat ) dan
menyusut bila kadar lengasnya berkurang. Tetapi besar kembang susut itu tidak
sama di dalam berbagai-bagai arah, yaitu arah radial ( menuju ke pusat ), arah
tangensial (searah dengan garis
singgung), dan arah axial (sejajar dengan arah panjang batang ). Untuk semua
jenis kayu kembang susut itu dipengaruhi oleh derajat panas dan angka rapat
kayu.
3.
Sifat mekanik.
Batang kayu adalah suatu benda alam yang berkewajiban melayani hidupnya
suatu batang pohon. Maka bentuk dan sifat-sifatnya berbeda-beda tidak saja
karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor-faktor
lain seperti; keadaan musim, keadaan alam sekelilingnya dan sebagainya. Oleh
sebab itu tidaklah mengherankan apabila kita mengambil beberapa potong kayu
dari suatu pohon, angka rapat dan kekuatannya tidak sama. Sifat mekanika kayu
disebut juga dengan kekuatan kayu, yaitu sifat-sifat kayu yang dihubungkan
dalam kemampuan kayu dalam menahan beban atau muatan yang diterima pada kayu
tersebut, yang dimaksud dengan beban atau muatan yang diberikan adalah
gaya-gaya dari luar tersebut yang mempunyai kecenderungan untuk merubah bentuk
dan besarnya kayu yang dikenai beban. Setiap kayu memiliki
sifat yang berbeda-beda, tetapi ada beberapa sifat
yang
umum tedapat pada semua kayu, antara lain :
1.
Semua batang pohon memiliki pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
2.
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding
selnya terdiri dari senyawa kimia yang berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur karbohidrat ) serta berupa lignin (non
karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu
memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah sumbu
utamanya ( longitudinal, radial, tangensial ). Hal ini disebabkan oleh struktur
selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel kayu dan pengaturan sel
terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
4.
Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopik, yaitu kadar air dapat berubah
sesuai dengan kelembapan dan suhu udara disekitarnya.
5.
Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutama
jika keadaannya kering.
2.3
Pengaruh sambungan perekat ( laminasi glulam ).
2.3.1
Pengaruh sambungan perekat (laminasi glulam) terhadap kuat tekan.
Untuk membandingkan alat sambung apa yang paling baik untuk suatu konstruksi
dibuatlah pengujian dengan empat macam alat sambung, yaitu perekat, paku, kokot
dan baut.
Dari diagram didapat yaitu perekat, paku, kokot dan baut, ( Р ) dapat diambil
dari beban maksimum, sedang untuk baut harus dipakai beban dengan sasaran 1,5
mm. Sambungan dengan perekat ternyata yang paling kuat dan kokoh karena
sasarannya relatif kecil sekali. Lagipula dengan dipakainya perekat, kayu yang disambung
tidak menderita pengurangan luas tampang, seperti halnya jika dipakai alat
sambung lainnya, yang memerlukan lubang didalam kayu ( paku, baut dan kokot ).
2.3.2
Perekat ( Glulam ).
Yang dimaksud dengan istilah perekat, dan penggunaan perekat kayu untuk
pembuatan konstruksi berlapis majemuk dengan perekat ( menurut Heinz Frick ),
ialah konstruksi kayu yang menggunakan papan-papan tipis, yang direkatkan
dengan seratnya sejajar dengan perekat, sehingga merupakan balok yang berukuran
besar.
2.4
Konstruksi Berlapis Majemuk.
Tentang perhitungan dan pelaksanaan sesuai syarat-syarat PKKI 1961 Pasal
12, sub 4 dan Pasal 18. Yang disebut dengan konstruksi berlapis majemuk,ialah
konstruksi kayu yang menggunakan papan-papan tipis yang diletakkan satu sama
lain dengan perekat dan arah seratnya sejajar satu sama lain, sehingga merupakan
balok berukuran besar. Tebal papan-papan tipis itu hendaknya 25 – 50 mm.
LANDASAN
TEORI
3.1 Pengujian Berat Jenis Kayu
Berat jenis adalah perbandingan antara berat benda dengan volume benda. Untuk
pengukuran berat jenis kayu dilakukan pada kondisi kering udara.
γ
= WV
dengan
: γ = berat volume benda.
W
= berat benda.
V
= volume benda.
3.2 Pengujian Kadar Lengas Kayu
Kadar lengas adalah perbandingan antara berat kandungan air dalam kayu dengan
berat kayu kering tungku. Untuk mengetahui kadar air dalam kayu, sejumlah
sampel kayu ditimbang ( Wo ), kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C
selama ± 5 hari atau hingga beratnya konstan. Kemudian didinginkan dalam
desikator dan ditimbang kembali ( W1 ).
W0
– W1 MC = W1 x 100%
dengan:
MC = kadar air dalam kayu ( % )
W0
= berat kayu sebelum
dioven.
W1
= berat kayu setelah
dioven.
3.3 Pengujian Tegangan Kayu
Tegangan
kayu adalah besar gaya yang bekerja pada tiap satuan luas
tampang
kayu, dengan persamaan:
Pσ dsk =A
dengan:
σ dsk = tegangan desak.
P
= gaya yang bekerja.
A
= luas tampang.
A
= b.h
3.4 Penentuan Modulus Elastisitas Kayu ( E )
Modulus elastisitas kayu dapat diperoleh dari diagram tegangan regangan uji
desak kayu, yaitu dengan cara membandingkan tegangan dengan regangan kayu.
Persamaan
tegangan regangan
E
= σP/ εP
dengan:
E = modulus elastisitas.
σP
= tegangan sebanding.
εP
= regangan sebanding.
3.5 Gaya Geser Perekat
Dari diagram-diagram beban pergeseran yang didapat dari pengujian dalam
laboratorium dapat dilihat adanya kekakuan yang paling tinggi dari sambungan
perekat. Perekat tidak melemahkan penampang kayu-kayu yang disambung dan
mempunyai daya pemikul yang lebih tinggi daripada sambungan-sambungan lain.
Tetapi daya pemikul itu tidak seluruhnya dapat digunakan berhubung dengan
tegangan-tegangan sekunder serta kekuatan yang lebih rendah dari serat-serat
kayu.
3.6 Hubungan Antara Tegangan-tegangan Yang Terjadi
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara tegangan yang terjadi
baik tegangan desak sejajar serat, tarik, geser dan lentur. Ketika mengambil hubungan
ini, dibuat anggapan sebagai berikut :
1.
Bahan balok homogen.
2.
Modulus elastis tarik dan tekan sama.
3.
Balok lurus dan penampang sama.
4.
Bidang beban harus mengandung sumbu prinsipal penampang balok dan beban harus
tegak lurus terhadap sumbu longitudinal balok.
Jika sebuah balok dikenai beban aksial P seperti pada gambar di atas, maka
balok tersebut akan melentur kebawah. Pada saat melentur daerah di atas garis
netral akan mengalami gaya desak C dan daerah di bawah garis netral akan mengalami
gaya tarik T. Untuk balok persegi empat letak garis netral berada pada pertengahan
dari tingginya. Garis netral merupakan permukaan netral, dimana pada daerah
tersebut serat tidak berubah panjangnya dan oleh karena itu tidak mengalami
tegangan tarik atau desak. Dalam keadaan seimbang, jumlah gaya mendatar di
sepanjang penampang sama dengan nol, maka gaya tekan total C di setengah
penampang atas sama dengan gaya tarik total T di setengah penampang dan akan
timbul momen. Dengan membandingkan nilai T dan C didapat
persamaan
:
T
= C = σrata-rata . luas = ( ½.σ ).( b. ½h )
Gaya
T dan C bekerja pada pusat berat dari beban segitiga dan mengakibatkan terjadinya
momen kopel dengan jarak antara kedua titik berat gaya-gaya tersebut.
M
= Mr = C.e = T.e
e
= 2/3.h
M
= (½.σ) ( b. ½.h )(2/3.h) = σ. ………………………………… ( 1 )
Dari
persamaan di atas terlihat bahwa nilai tegangan desak bebanding lurus dengan
nilai tegangan tarik.
3.7 Pengujian Kuat Lentur Kayu Kelapa Berlapis Dengan
Sambungan
Laminasi
Pada saat pembuatan benda uji dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan
dimensi benda uji yang presisi. Benda uji diletakkan pada alat uji lentur yang
telah diatur penempatannya. Setelah itu baru dilakukan pembebanan dengan
interval tertentu dan pembebanan dilakukan secara kontinyu juga dihindari adanya
beban kejut, setelah beban maksimum tercapai catat beban yang terjadi. Besarnya
tegangan lentur dapat dihitung dengan rumus :
Dimana
: = tegangan lentur benda uji.
M
= Momen maksimum.
y
= jarak garis netral.
I
= Inertia.
M
= 1/6.P.l
Dimana
: P = beban., l = panjang., y = ½.h
Dimana
: h = tinggi balok, I = 1/12.b.h3
Dimana
: b = lebar, h = tinggi
METODOLOGI
Dulu furniture dibuat dengan
menggunakan kayu utuh tanpa sambungan agar lebih kokoh karena ketabalannya. Karena persediaan kayu yang
terbatas kemudian orang
membuat furniture dengan menggunakan kayu yang disambung-sambung. Sekarang kayu semakin langka
sehingga limbah kayu pun dimanfaatkan dan diolah menjadi kayu lapis, MDF, HDF, particle board baru
kemudian dibuat menjadi furniture.
Sampai saat ini furniture kayu merupakan jenis yang
paling banyak digunakan dalam rumah tangga. Dari kursi, meja, tempat tidur,
tempat penyimpanan bahkan cabinet di dapur pun menggunakan furniture berbahan
kayu. Untuk mendapatkan kualitas dan harga yang anda inginkan, ada baiknya anda
mengenal jenis material kayu beserta kelebihan dan kekuranggannya sebelum
memutuskan untuk membuat atau membeli furniture.
Dalam
Sistem Standardisasi Nasional, lembaga yang berwenang untuk melakukan
akreditasi terhadap laboratorium penguji dan kalibrasi adalah Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Sistem dan pelaksanaan akreditasi laboratorium ini diatur dalam
pedoman yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), yaitu Pedoman
BSN 123-1999 mengenai ‘Informasi singkat tentang KAN dan sistem akreditasi
laboratorium’ dan Pedoman BSN 117-1999 (ISO/IEC Guide 58: 1993) mengenai
‘Sistem akreditasi laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji - Persyaratan
umum untuk pelaksanaan dan pengakuan.
Pengukuran kadar air total dilakukan
dengan metode termogravimetri (metode oven). Sampel sebanyak 2 g ditimbang pada cawan yang sudah
diketahui bobotnya lalu dikeringkan pada oven suhu 105º C selama 3 jam. Setelah itu didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar air diperoleh dengan membandingkan bobot sampel sebelum dikeringkan dan bobot
yang hilang setelah
dikeringkan dikali 100%.
Pada struktur rangka batang banyak terdapat batang yang dibebani momen, hal
ini khususnya adalah balok. Kekuatan balok tunggal umumnya yang tersedia
dipasaran sangat terbatas untuk mendukung gaya momen yang sangat besar. Untuk
itu digunakan batang berlapis dengan laminasi/perekat untuk meningkatkan
kekuatan balok. Untuk mendapatkan kekuatan balok berlapis yang maksimal perlu
dicari jumlah selisih perkuatan yang didapat dari balok berlapis berlaminasi
dengan balok tunggal dengan luas tampang sama. Untuk menghasilkan suatu balok
kayu laminasi yang memenuhi standar struktur, pada proses perancangan salah
satu faktor yang perlu diperhatikan adalah proses pengempaan. Proses pengempaan
ini ditujukan untuk menghasilkan garis perekat setipis mungkin, bahkan
mendekati ketebalan molekul bahan perekat, karena kekuatan meningkat seiring
berkurangnya tebal garis rekatan. Pengempaan yang terlalu rendah menyebabkan
cacat perekatan, seperti melepuh, perekat tebal, dan pecah muka. Pengempaan
terlampau tinggi juga menyebabkan terjadi cacat perekatan seperti kurang perekat
atau tembus akibat penetrasi berlebih.
Pembuatan
Benda Uji
Benda uji dibuat untuk tujuh macam keperluan yaitu untuk pengujian sebagai
berikut :
1.
Pengujian Desak.
Benda uji dibentuk dengan dimensi sedemikian rupa, yaitu balok kayu dengan
dimensi p x l x t : 10cm x 6cm x 4cm, pembuatan dilakukan di bengkel kayu
teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia.
2.
Pengujian Tarik.
Benda uji tarik memiliki dimensi yang unik yaitu silinder panjangnya 40 cm
dengan diameter 3 cm, pada tengah-tengah silinder dengan panjangnya 1/3 panjang
dibentuk kurva non-linier sehingga pada tengah silinder mengecil, pembuatan
juga khusus yaitu di bengkel kayu teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Islam Indonesia.
3.
Pengujian Geser.
Benda uji geser berupa balok dibentuk dengan dimensi p x l x t : 5,5cm x
4cm x 6cm, hanya saja pada bagian atas balok dengan setengah luasan dikurangi
dengan tebal 1,7cm. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembatas alat benda
uji geser terhadap benda uji.
4.
Pengujian Kadar Air.
Dimensi untuk benda uji kadar air ini tidaklah ditentukan, hanya saja
disesuaikan dengan alat uji. Maka dibuatlah benda uji dengan ukuran p x l x t :
2,4cm x 2,4cm x 2,4cm.
5.
Pengujian Berat Jenis.
Dimensi benda uji berat jenis sama persis dengan dimensi benda uji kadar
air, karena pada dasarnya pengujian berat jenis sama dengan pengujian dengan
kadar air, hanya saja nilai pembandingnya saja yang berbeda.
6.
Pengujian Lentur.
Dimensi benda uji lentur pada setiap segmen sama persis, yaitu p x l x t :
200cm x 6cm x 10cm. Hanya saja struktur lapisannya saja yang berbeda, terdiri
dari empat macam lapisan, yaitu lapisan tungga1 sebagai pembanding, dua lapis,
tiga lapis dan lima lapis.
7.
Pengujian Geser Laminasi.
Dimensi benda uji geser ini adalah p x l x t : 20cm x 4cm x 6cm. Setiap
benda uji geser terdiri dari tiga balok yang disusun dengan berundakundak.
Sehingga terdapat perbedaan tinggi sebesar 5cm yang akan digunakan pembeda
bidang geser laminasi.
Kayu yang digunakan dalam pengujian ini adalah kayu jenis kelapa yang
banyak dijumpai di Pulau Jawa khususnya dan mempunyai harga relatif lebih murah
dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Yang akan diteliti dari kayu kelapa
adalah tegangan desak, tarik, geser, lentur, kadar air, berat jenis dan modulus
elastisitas. Kayu kelapa yang digunakan sbagai bahan penelitian adalah kayu
kelapa yang berasal dari daerah Jogjakarta. Pembuatan benda uji dilakukan
dengan memperhatikan ukuran yang disesuaikan dengan kapasitas alat uji yang akan
dipakai. Dalam hal ini penulis menyesuaikan ukuran-ukuran yang ada pada
Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan Isi Kayu Olahan
Pada edisi Info Pustanling No. V,
Juni 2002, telah dibahas tentang bagaimana cara menetapkan isi kayu bundar,
baik kayu bundar rimba maupun kayu bundar Jati. Pada kesempatan ini akan
dibahas bagaimana cara menetapkan isi kayu olahan. Pada edisi ini akan dibahas
mengenai cara penetapan isi kayu olahan untuk kayu gergajian (sawn timber),
kayu lapis (plywood) dan kayu bentukan (moulding).
Penetapan isi kayu gergajian
Kayu gergajian adalah kayu persegi
empat dengan ukuran tertentu yang diperoleh dengan menggergaji kayu bundar atau
kayu lainnya. Pada dasarnya penetapan isi kayu gergajian ini sangat sederhana,
yaitu dengan cara mengalikan dimensi tebal, lebar dan panjang. Cara penetapan
masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
- Tebal
(t) diukur pada bagian tebal tertipis dari kayu, dalam satuan senti meter
(cm).
- Lebar
(l) diukur pada bagian lebar tersempit dari kayu, dalam satuan senti meter
(cm).
- Panjang
(p) diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos, dalam satuan meter
(m).
- Isi
ditetapkan dengan mengalikan tebal, lebar dan panjang kayu dalam satuan
meter kubik (m3) dengan 4 desimal (empat angka di belakang
koma) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Isi = t
x l x p
10.000
Keterangan :
t = tebal
l
= lebar
p = panjang
10.000 = konversi t dan l dari satuan cm ke m
10.000 = konversi t dan l dari satuan cm ke m
Mengingat dalam kenyataannya di
lapangan, ukuran kayu tersebut tidak bisa dihasilkan persis seperti ukuran yang
tertera di dalam dokumen (ukuran baku), baik disebabkan oleh peralatan
pengukuran, teknik yang digunakan, maupun karena ketrampilan tenaga
pelaksananya, maka dalam perdagangan kayu gergajian ada istilah yang disebut
dengan ukuran lebih (over size), yaitu kelebihan ukuran di atas ukuran
baku. Toleransi ukuran lebih adalah
sebagai berikut :
Dimensi
|
Ukuran baku
|
Toleransi ukuran lebih
|
Tebal (t)
|
≤ 3 cm
> 3 cm |
≤ 3 mm
≤ 6 mm |
Lebar (l)
|
≤ 8 cm
> 8 cm |
≤ 3 mm
≤ 6 mm |
Panjang (p)
|
≤ 1,00 m
> 1,00 m |
≤ 25 mm
≤ 50 mm |
Cara penetapan isi kayu gergajian
ini dapat dilihat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor seri SNI
01-5008.1-1999 tentang Kayu gergajian rimba dan SNI 02-5008.5-1999
tentang Kayu gergajian Jati.
Penetapan isi kayu lapis
Kayu lapis adalah suatu produk yang
diperoleh dengan cara menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang
diikat dengan perekat. Berdasarkan jumlah lapisannya kayu lapis dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu : 3 lapis (tripleks) dan yang lebih dari
3 lapis (multipleks).
Seperti halnya perhitungan isi kayu
gergajian, isi kayu lapis diperoleh dengan cara mengalikan hasil pengukuran
dimensi t, l dan p, dengan perbedaan bahwa cara pengukuran kayu lapis berbeda
dengan cara pengukuran kayu gergajian. Apabila pengukuran kayu gergajian
dilaskanakan pada daerah terkecil (tebal tertipis, lebar tersempit dan panjang
terpendek), pengukuran kayu lapis (sesuai dengan SNI 01-5008.2-2000
tentang Kayu lapis penggunaan umum) dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
- Tebal
(t) diukur pada keempat sudut kayu lapis, kemudian dirata-ratakan.
- Lebar
(l) diukur pada kedua ujung sisi panjangnya, kemudian dirata-ratakan.
- Panjang
(p) diukur pada kedua ujung sisi lebarnya, kemudian dirata-ratakan.
- Untuk
kayu lapis diperlukan syarat kesikuan, yaitu selisih hasil dua kali
pengukuran diagonalnya.
Seperti halnya pada kayu gergajian, terhadap kayu lapispun
dipersyaratkan adanya toleransi dimensi
sebagai berikut :
Dimensi
|
Besarnya Toleransi
|
Tebal (t) : < 6
mm
≥ 6 mm |
±
5 %
± 3 % |
Lebar (l)
|
- 0,00 mm, + 1,6 mm
|
Panjang (p)
|
- 0,00 mm, + 1,6 mm
|
Kesikuan
|
≤ 3 mm
|
Penetapan isi kayu bentukan
Kayu bentukan (moulding)
adalah kayu gergajian atau kayu lainnya yang dibentuk secara khusus melalui
mesin pembentuk (moulder) yang berkadar air ≤ 20 % serta mempunyai
tujuan penggunaan tertentu. Berdasarkan bahan bakunya kayu bentukan dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: kayu bentukan utuh yang bahan bakunya berasal dari kayu
gergajian utuh, dan kayu bentukan
sambung yang bahan bakunya terdiri dari kayu gergajian pendek atau kayu lainnya
yang disambung terdiri dari papan sambung dan bilah sambung.
Berdasarkan bentuk penampang
lintangnya, kayu bentukan dapat pula dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kayu
bentukan sederhana dan kayu bentukan hias (decorative moulding). Kayu bentukan sederhana adalah kayu bentukan
yang penampang lintangnya sederhana, seperti berbentuk persegi, berbentuk
lingkaran atau setengah lingkaran serta berbentuk segi tiga, sehingga mudah
menetapkan isinya. Sedangkan kayu bentukan hias adalah kayu bentukan yang
penampang lintangnya bervariasi, berbentuk dekoratif, sehingga sulit dalam
menetapkan isinya.
Prinsip penetapan isi kayu bentukan
sama dengan penetapan isi kayu gergajian atau kayu lapis, yaitu dengan
mengalikan t, l dan p atau lebih spesifik lagi, isi kayu bentukan adalah luas
penampang lintang x panjang. Mengingat bentuk penampang lintangnya sangat
bervariasi, maka penetapan isi kayu bentukan ini dapat digolongkan menjadi dua
yaitu :
- Isi
khayal bahan baku (initial sizes atau nominal sizes).
- Isi
sebenarnya (actual sizes atau finish sizes).
Cara pengukuran dimensi untuk isi
penampang khayal sama dengan cara pengukuran dimensi kayu gergajian. Sedangkan
untuk mencari luas penampang sebenar-nya yaitu dengan menggambar penampang
lintang kayu tersebut pada kertas millimeter, kemudian dihitung jumlah
kotaknya, hasilnya menunjukkan luas penampang lintang dalam mm2.
Cara lain dengan menggunakan alat planimeter. Baca SNI 01-5008.4-1999
tentang kayu bentukan (moulding) rimba.
Toleransi dimensi untuk kayu bentukan disajikan dalam tabel berikut
:
Sortimen
|
Besarnya Toleransi (mm)
|
||
Tebal
|
Lebar
|
Panjang
|
|
Papan bentukan utuh
|
± 0,5
|
± 0,5
|
0,0 - 50,0
|
Papan sambung
|
± 0,5
|
± 1,0
|
0,0 - 50,0
|
Bilah sambung
|
± 0,5
|
± 0,5
|
0,0 - 50,0
|
Untuk
mengetahui kualitas kayu lapis sehingga dapat menggolongkan ke dalam suatu
kelas atau tingkat mutu tertentu.
Macam
pengujian :
- Pengujian visual (tanpa alat)
- Pengujian dengan memakai alat Tempat :
1. Laboratorium
2. Di luar laboratorium
MUTU LAPISAN LUAR
Mutu
lapisan luar berhubungan dengan keadaan venir muka dan venir belakang dalam hal
cacat alami dan cacat teknis. Cacat alami
Cacat yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor alami. Cacat teknis. Cacat yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor teknis atau proses pengolahan. Pengujian mutu lapisan luar dilakukan secara visual dan untuk mengetahui ukuran cacat digunakan meteran atau kaliper
Untuk setiap mutu ada kriteria mengenai cacat alami dan cacat teknis, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Cacat yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor alami. Cacat teknis. Cacat yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor teknis atau proses pengolahan. Pengujian mutu lapisan luar dilakukan secara visual dan untuk mengetahui ukuran cacat digunakan meteran atau kaliper
Untuk setiap mutu ada kriteria mengenai cacat alami dan cacat teknis, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Cacat
yang bersifat kualitatif adalah cacat yang tidak bisa dinyatakan dengan angka. Cacat yang bersifat kuantitatif
adalah cacat yang kriterianya dapat dinyatakan dengan angka. Banyaknya macam cacat alami dan
cacat teknis pada setiap standar tidak selalu sama, tetapi ada persamaan dalam
hal cacat yang penting seperti mata kayu, lubang gerek, perubahan warna,
sisipan, tambalan dan permukaan kasar.
A.
UJI
DELAMINASI
Terdapat
pada Standar Jepang dan Standar Amerika,
1.
Standar
Jepang, uji
delaminasi dilakukan untuk kayu lapis yang mempunyai lapisan dengan arah serat
sejajar dan untuk papan blok
•
Contoh uji berukuran 7,5 cm x 7,5 cm
•
Contoh uji diberi perlakuan sesuai dengan tipe perekat. Setelah perlakuan, contoh uji
diperiksa dan diukur panjang lapisan yang lepas atau terbuka
•
Alat yang diperlukan : kaliper, penangas dan oven
• Persyaratan minimum: panjang lapisan yang lepas atau terbuka (delaminasi) kurang dari 2,5 cm. Bila 2,5 cm atau lebih berarti tidak memenuhi syarat
• Persyaratan minimum: panjang lapisan yang lepas atau terbuka (delaminasi) kurang dari 2,5 cm. Bila 2,5 cm atau lebih berarti tidak memenuhi syarat
2.
Standar
Amerika. Kayu lapis kurang dari 6mm (IHPA, 1986)
- Untuk menguji kayu lapis tipe II
- Untuk menguji kayu lapis tipe II
-
Contoh uji berukuran 12,7 x 5 cm sebanyak 10 buah diambil
dari setiap panel dari 5 tempat yaitu bagian ujung kiri dan
kanan, bagian sisi atas dan bawah serta bagian tengah
- Perlakuan terhadap contoh uji 3 kali siklus pencelupan
dari setiap panel dari 5 tempat yaitu bagian ujung kiri dan
kanan, bagian sisi atas dan bawah serta bagian tengah
- Perlakuan terhadap contoh uji 3 kali siklus pencelupan
Setiap
siklus terdiri dari:
(1)
Contoh uji direndam air 24°C ± 3°C selama 4 jam
(2) Contoh uji dikeringkan dalam
oven 49°C - 52°C selama 19 jam dengan peredaran udara yang cukup untuk mengurangi kadar air contoh
uji sampai maksimum 8%
Persyaratan
:
Contoh
uji dianggap rusak bila salah satu delaminasi antara dua lapisan , > 50 mm
panjangnya, dalamnya > 4,2 mm dan lebarnya (tinggi bagian yang terbuka)
0,0762 mm sesuai dengan tebal alat pengukur yang dipakai (feel gauge 0,003
inci). Sembilan dari 10 c.u. harus lolos siklus pertama dan 8 dari 10 c.u harus
lolos siklus ketiga b.
Kayu lapis tebal 6 mm ke atas (IHPA, 1988) Uji delaminasi dikerjakan untuk kayu lapis tipe I yang mengandung laminasi sejajar dan
untuk kayu lapis tipe II
(1)
Kayu
lapis tipe I
Contoh
uji berukuran 76,2 x 76,2 mm. Banyaknya contoh uji 10 buah diambil dari setiap panel,
dengan perlakuan sbb:
-
Contoh uji direbus air mendidih selama 4 jam
-
Contoh uji dikeringkan dalam oven 60°C ± 3°C selama 20 jam
-
Contoh uji direbus air mendidih selama 4 jam
-
Contoh uji dikeringkan dalam oven 60°C ± 3°C selama 3 jam
Suatu
contoh uji dianggap rusak bila terjadi delaminasi lebih dari
25,4 mm. Jumlah contoh uji yang baik minimum 90%
25,4 mm. Jumlah contoh uji yang baik minimum 90%
(2)
Kayu lapis tipe II Contoh
uji berukuran 127 x 50 mm diambil minimum 6 buah dari setiap lembar panel. Perlakuan dan penilaian terhadap
contoh uji sama dengan kayu lapis tebal < kayunya =" 50%" jenis ="
Berat" ba =" Berat" bo =" Berat" b =" Beban"
s =" Jarak" l =" Lebar" t =" Tebal" b ="
Selisih" d =" Defleksi" tarik =" B" b ="
Beban" a =" Luas" lebar =" 10" panjang =" 6"
lebar =" 10,2" tinggi =" 2,9" lebar =" 2,5"
panjang =" 5" td =" (X" ti =" TD" td ="
X" ti =" TD" td =" (X" ti =" TD" td ="
(X" ti =" TD" n =" 90%" n =" 70%">.
Secara
Umum
Maksud dilakukannya pengujian ini adalah untuk mendapatkan data primer berupa
kuat desak kayu, dan kuat momen balok berlapis dengan laminasi sehingga
diketahui perubahan fisik yang terjadi pada benda uji dikarenakan pembebanan
pada 1/3 bentang balok. Dari hasil pengujian dapat diperoleh data-data yang
kemudian diolah menggunakan komputer untuk mengetahui perilaku balok berlapis
dalam menerima beban.
1.
Pemeriksaan Kadar Air
Pemeriksaan kadar air ini dilakukan pada sampel balok kayu kelapa. Benda
uji yang telah disiapkan tersebut kemudian ditimbang beratnya ( w1 ) sebelum
dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu ± 105º c selama 36 jam, kemudian setelah
dioven benda uji kemudian ditimbang beratnya ( w2 ).
2.
Pemeriksaan Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kadar air,
tetapi untuk pemeriksaan berat jenis dilakukan pengukuran volume benda uji yang
dimasukkan kedalam oven.
3.
Uji Kuat Desak Kayu
Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Sebelum pengujian dilakukan
terlebih dahulu pengukuran ulang mengenai dimensi benda uji. Benda uji diukur
dengan kaliper, kemudian benda uji dipasang pada strairometer dan dilelakkan
secara sentris pada mesin uji desak. Pembebanan dilakukan secara kontinyu
dengan penambahan beban secara konstan dan harus dihindari terjadinya beban
kejut pembebanan dihentikan apabila telah tercapai beban maksimum. Hasil
pengujian kuat desak terlampir.
4. Pengujian Kuat Tarik Kayu
Benda uji tarik sebanyak tiga buah benda uji yang dimensinya dibuat sedemikian
rupa seperti terlihat gambar 5.3, kemudian benda uji diberi tanda yang berbentuk
ruas-ruas garis agar memudahkan dalam mengetahui luasan bidang patah nantinya
setelah benda uji tersebut diuji. Setelah benda uji dipasang pada mesin tarik
pembebanan, pengujian dapat dilakasanakan. Apabila benda uji telah patah cacat
besarnya beban maksimum yang terjadi dan tempat terjadinya patahan.
5.
Pengujian Kuat Geser Kayu
Benda uji diletakkan pada alat khusus geser kayu dan dipasang pada mesin tarik
desak. Kemudian mesin dijalankan sehingga mengakibatkan beban geser pada benda
uji, makin lama makin besar sehingga benda uji tersebut mengalami pergeseran.
6. Modulus Elastisitas Kayu
Modulus elastisitas kayu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.5.
Hitungan modulus elastisitas kayu sampel 1 sampai dengan sampel 3 adalah sebagai
Pengujian Kuat Lentur Kayu Kelapa Berlapis dengan Sambungan Laminasi
Pada saat pembuatan benda uji dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan
dimensi benda uji yang presisi. Benda uji diletakkan pada alat uji lentur yang
telah diatur penempatannya. Setelah itu baru dilakukan pembebanan dengan
interval tertentu dan pembebanan dilakukan secara kontinyu juga dihindari adanya
beban kejut, setelah beban maksimum tercapai catat beban yang terjadi.
7. Pengujian Kuat Geser Sambungan Laminasi
Pengujian kuat geser laminasi menggunakan media balok kayu yang disusun
sedemikian rupa sehingga membetuk undak-undak. Setelah itu baru dilakukan
pembebanan dengan interval tertentu dan pembebanan dilakukan secara kontinyu
juga dihindari adanya beban kejut, setelah beban maksimum tercapai catat beban
yang terjadi. Pengujian model benda uji, dilakukan dengan cara beban di tengah
bentang terhadap model benda uji secara perlahan sampai terjadi kerusakan.
KESIMPULAN
Hutan merupakan sumber daya alam
yang penting dengan kayu sebagai salah satu hasilnya. Peningkatan kegiatan pemanenan dan pengolahan
kayu menyebabkan terjadinya limbah pemanenan dan limbah pengolahan yang makin
banyak. Kedua macam limbah tersebut sama dalam hal jenis kayunya tetapi
berbeda dalam bentuknya.
Pemanfaatan limbah pengolahan lebih
banyak daripada limbah pemanenan. Salah satu diantaranya adalah untuk papan
partikel. Industri ini berkembang
sejalan dengan berkembangnya industri kayu dan industri perekat. Industri papan partikel umumnya menggunakan
limbah pengolahan.
Macam papan partikel dapat dibedakan
berdasarkan beberapa hal seperti cara pengempaan, kerapatan, kekuatan, macam
perekat, susunan partikel dan pengolahan. Mutu papan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
seperti jenis kayu (berat jenis, zat ekstraktif), ukuran partikel, perekat dan
pengolahan. Mutu papan
partikel meliputi beberapa hal seperti cacat, ukuran, sifat fisis, sifat
mekanis, dan sifat kimia. Ketentuan mengenai mutu papan partikel tidak selalu
sama pada setiap standar dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan teknologi
dan penggunaan papan partikel.
Setelah melakukan penelitian dan dilakukannya perhitungan-perhitungan maka,
dari penelitian balok berlapis dengan laminasi dapat diambil kesimpulan mengenai
perilaku balok berlapis dengan laminasi adalah sebagai berikut: pada penelitian
ini terbuktilah bahwa perkuatan balok berlapis dengan laminasi lebih besar
dibandingkan dengan balok tunggal. Peningkatan perkuatan tersebut didapat dari
penambahan laminasi sebagai sambungan. bisa ditarik kesimpulan bahwa
sesungguhnya yang terjadi pada penelitian kali ini adalah kuat geser laminasi
lebih besar dibandingkan kuat geser kayu kelapa itu sendiri, meskipun dalam
perhitungan-perhitungan kuat geser kayu kelapa lebih besar daripada kuat geser
laminasi tersebut. Peneliti mengasumsikan bahwa jika media kayu kelapa sebagai
alat uji digantikan dengan jenis kayu yang kelas lebih tinggi akan memperbaiki nilai
kuat geser laminasi tersebut. perkuatan dengan laminasi idealnya dilakukan pada
bidang kontak tegak lurus dengan pembebanan, bukan searah beban ( geser ).
Pemakaian kayu sebagai bahan struktural tidak hanya terbatas sebagai kayu
utuh, tetapi juga sebagai balok laminasi atau Glulam. Proses perancangan
kayu dipengaruhi beberapa faktor seperti, tingkat keahlian perancang, faktor
kayu yang digunakan beserta kombinasinya, perekat dan proses perekatannya serta
proses pembebanannya. Penelitian ini mencari besar kuat tekan maksimal untuk
mendapatkan kekuatan lentur kayu laminasi dari kayu Glugu yang direkatkan
dengan perekat resin. Hal ini bertujuan untuk memperbesar momen balok sehingga
struktur balok tersebut menjadi lebih kuat dibanding balok tunggal. Hasil
pengujian pada benda kuat geser rekat menunjukkan kuat rekat maksimal sebesar
29,05556 kg/cm2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekakuan batang ganda
berlaminasi lebih besar dibandingkan dengan balok tunggal. Kekuatan momen
maksimum balok tunggal adalah 1020 kg, sedangkan kekuatan momen maksimum balok
berlapis 1425 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Beall, F. C. 2002. Overview of The Use of Ultrasonic Technologis in
Research on Wood Properties. Wood Science and Technology. New York.
Buan Ansari, 1996, Pengaruh
Variasi Tekanan Kempa terhadap kuat lentur kayu laminasi dari kayu Meranti dan
Keruing, Skripsi, Universitas Mataram, Mataram.
Falk, R. H. 1990. Nondestructive Testing of wood. State of the art research
needs. NewYork.
Hidayatullah, 2004, Pengaruh
variasi tebal kayu Penyusun arah Vertikal terhadap kuat Lentur Balok Kayu
Laminasi ( Glulam ) dari Kayu Sengon dan Kayu Keruing, Skripsi, Universitas
Mataram, Mataram.
Kabir,
M. F. 1999. Emisi
formaldehida pada panel kayu. SNI 01-6050-1999. Badan Standardisasi Nasional
(BSN), Jakarta.
K.
H. Felix Yap, 1964, Konstruksi Kayu, Penerbit Bina Cipta, Bandung.
Linda, 1961, Peraturan Kontruksi
Kayu Indonesia NI-5 1961. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Jakarta.
Mchael, P. 1994. Teknologi papan partikel
datar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi
Kehutanan, Bogor.
Priyadi, H., 2003, Tinjauan Kuat
Geser Kayu Laminasi antara kayu Keruing dan kayu Meranti dengan menggunakan
beberapa Perekat, Skripsi, Universitas Mataram, Mataram.
Oliviera. 1996. Mutu papan partikel. SNI
07-2105-1996. Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Ross,
R. J. 1983. Standar
papan partikel datar. SII 0797-83. Departemen Perindustrian, Jakarta.
Sutigno, 2002, Tata Cara
Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia, Badan Standar Nasional Indonesia.
Suwarno Wiryomartono, 1976,
Konstruksi Kayu Jilid I, Bahan-bahan kuliah fakultas teknik Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar