H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Sabtu, 04 Agustus 2012

PENGUKURAN DAN PENGUJIAN KAYU OLAHAN


PENDAHULUAN

           
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting di Indonesia dan memberikan manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung antara lain berupa kayu yang dipanen dan diolah. Kegiatan pemanenan dan pengolahan tersebut menyebabkan terjadinya limbah pemanenan dan limbah pengolahan.  Limbah kayu dari kedua kegiatan tersebut secara botanis umumnya sama karena sebagian besar pohon yang dipanen dikeluarkan dari hutan untuk diolah.
Perbedaannya dalam bentuk, yaitu limbah pemanenan berupa batang, cabang, dan ranting, sedangkan limbah pengolahan berupa sebetan, potongan ujung, tatal, serbuk, sisa pemotongan dolok, sisa venir, sisa kupasan, sisa sayatan dan sisa pemotongan produk tergantung macam pengolahannya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah tersebut.  Pemanfaatan limbah pengolahan lebih banyak dilakukan daripada pemanfaatan limbah pemanenan karena lebih ekonomis.  Pemanfaatan limbah tersebut ada yang untuk bahan bakar, membuat suatu bahan, membuat suatu produk atau dibuang.
Pemanfaatannya dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau oleh perusahaan lain. Salah satu pemanfaatan limbah kayu adalah untuk pembuatan papan partikel yaitu lembaran hasil pengempaan panas campuran partikel kayu atau bahan berligno selulosa lainnya dengan perekat organik dan bahan lainnya.  Partikel berarti butir atau bahan yang berukuran relatif kecil.  Partikel kayu berarti potongan kecil kayu yang bentuknya bermacam-macam tergantung pada cara pengolahannya. Pada saat ini ada 19 buah pabrik papan partikel yang tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Maluku.  Sebuah pabrik mengolah limbah tebu (lampas tebu atau bagas) dan sisanya mengolah limbah kayu.  Limbah pemanenan berupa dolok kayu karet diolah oleh 2 buah pabrik, sedangkan 16 buah pabrik mengolah limbah pengolahan yang terdiri atas campuran jenis kayu. Pada tulisan ini dikemukakan mengenai macam papan partikel, beberapa faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel, dan mutu papan partikel.
Kayu telah digunakan selama ribuan tahun sebagai bahan kontruksi untuk tempat tinggal, kapal dan jembatan. Ketersediaan dan kemudahan dalam pengerjaannya pada awalnya telah membuat kayu menjadi pilihan yang logis untuk bahan kontruksi. Belakangan ini pilihan juga disebbkan oleh biayanya yang lebih rendah dan rasio kekuatan terhadap berat yang tinggi dibandingkan dengan bahan dari logam dan semen.
Kayu merupakan bahan yang memiliki keragaman dalam sifat-sifatnya, yang melekat secara inherent. Kayu dikenal sebagai bahan yang bersifat ortotropis. Sifat-sifat struktural kayu tidak hanya bergantung pada arah orientasinya ketika dipotong dari bentuk log tetapi juga pada distribusi, ukuran dan bentuk karakteristik yang dapat mengurangi kekuatan dan sel pembentuk kayu yang bervariasi antar jenis. Disamping itu, kondisi lingkungan dimana kayu digunakan akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan berpengaruh pula pada sifat-sifat mekanis dan kerentanannya terhadap degradasi oleh pembusukan.
Di era perdagangan global dewasa ini tuntutan terhadap mutu produk kayu olahan untuk tujuan ekspor, seperti kayu lapis, kayu gergajian dan produk panel kayu lainnya, semakin nyata. Tuntutan tersebut bentuknya bahkan tidak lagi memerlukan pembuktian yang hanya didasarkan pada bentuk fisik barang, melainkan juga berdasarkan dokumen resmi yang menyertainya. Dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, agar dapat diakui, harus dikeluarkan oleh laboratorium penguji yang terakreditasi. Di sinilah keberadaan laboratorium penguji terakreditasi menjadi semakin penting peranannya, karena laboratorium tersebutlah yang memiliki core competency untuk memberikan pengakuan atas mutu suatu barang berdasarkan uji yang dilakukannya.
Kenyataan itulah mungkin yang mendorong Gubernur Riau mengajukan permintaan kepada Direktur Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Depperindag agar Balai Penguji Mutu Barang (BPMB) Dinas Depperindag Propinsi Riau dapat ditunjuk sebagai Laboratorium Penguji Kadar Air Kayu Olahan untuk ekspor, sebagaimana dibahas dalam pertemuan yang diadakan oleh Deperindag tanggal 8 Juni 2004.
Dengan demikian, sudah semestinya Departemen Kehutanan berada pada pilihan untuk segera mendorong akreditasi laboratorium pengujian yang dimilikinya agar dapat memenuhi tuntutan pasar. Persyaratan mutu yang pengujiannya telah menjadi tuntutan pasar tersebut tentunya tidak hanya terbatas pada uji kadar air, namun akan berkembang sesuai dengan persyaratan mutu produk kayu olahan dan hasil hutan lainnya yang menjadi obyek perdagangan.
Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang sangat kaya akan kayu, terutama pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi serta Papua yang masih banyak mempunyai hutan sebagai penghasil kayu. Tetapi penebangan hutan secara liar yang tidak terkendali yang terjadi selama puluhan tahun sehingga menyebabkan kerusakan dan penyusutan hutan tropis secara besar-besaran yang mengakibatkan kurangnya pasokan kayu sehingga mengakibatkan makin tingginya harga kayu di pasaran. Untuk itu perlu dicari alternatif pengganti kayu hutan.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kayu sebagai struktur bangunan adalah dengan menggabungkan satu atau lebih jenis kayu yang direkatkan menjadi satu kesatuan yang dalam bahasa asing biasa disebut gluelaminated (glulam) timber. Kayu laminasi merupakan kombinasi beberapa jenis kayu menjadi satu kesatuan yang utuh. Kayu laminasi dapat dirancang dan dibuat dengan mengkombinasikan dua jenis kayu dengan kelas yang berbeda sehingga pemakaian kayu akan lebih efisien. Kayu dengan kelas kuat yang lebih tinggi ditempatkan serat bagian tepi yang menahan tegangan yang besar, sedangkan kayu dengan kelas kuat yang lebih rendah ditempatkan di tengah, pada bagian yang akan menerima gaya lebih kecil.
Laboratorium yang berada di bawah binaan Departemen Kehutanan secara umum terbagi menjadi laboratorium pengujian bidang hasil hutan kayu dan bukan kayu, benih dan bibit tanaman kehutanan, tanah dan kualitas air serta lingkungan. Bahkan laboratorium tertentu memiliki bidang pengujian yang lebih spesifik, seperti pengujian kayu lapis dan kayu lamina. Khusus untuk laboratorium hasil hutan, secara spesifik memiliki kapasitas untuk melakukan berbagai pengujian terhadap persyaratan mutu produk kayu olahan seperti penentuan kadar air, uji emisi formaldehyde, dan uji fisis-mekanis kayu lainnya.
           


TINJAUAN PUSTAKA


Sifat-sifat Umum Kayu
Karakteristik atau sifat kayu sebagai bahan bangunan, kita perlu mengerti bangunan ( struktur ) kayu. Sifat-sifat kayu menurut Ir. Suwarno Wiryomartono ada beberapa macam, yaitu:
1. Sifat fisik.
Berat batang kayu banyak dipengaruhi oleh kadar lengasnya, dan karena itu sukarlah untuk memperbincangkan berat jenis kayu, dalam hubungan sifat mekanik dan lain-lainnya, tetapi lebih baik memperbincangkan bobot isi, atau beratnya tiap-tiap satuan isi, atau lebih umum disebut kerapatan. Angka rapat ialah hasil bagi berat kering tungku ( oven dry ) dan isi potongan kayu itu. Kerapatan ini adalah suatu indikator yang terbaik tentang kekuatan kayu, meskipun sifat-sifat lainnya juga ada pengaruhnya, seperti kadar lengas, arah serat dan adanya mata kayu dan sebagainya. Angka rapat itu tergantung daripada banyaknya zat-dinding sel tiap-tiap satuan isi. Kayu yang berserat kasar mengandung sedikit sel-sel tiap-tiap satuan isi, yang berarti sedikit dinding-selnya, jadi rapatnya rendah pula. Maka teranglah, bahwa semakin kecil angka rapat sesuatu kayu, semakin pulalah kekuatan kayu.
Sifat fisik kayu merupakan salah satu dari sifat kayu yang khas. Sifat fisik kayu banyak dipengaruhi oleh temperatur dan kadar lengas. Seperti benda-benda lainnya, kayu akan mengembang jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Akan tetapi pengaruh temperatur ini tidak begitu besar jika dibandingkan dengan pengaru kadar lengas. Angka muai linear kayu pada temperatur biasa untuk arah sejajar serat sangat kecil dan untuk arah tegak lurus serat adalah besar. Akibat dari pori-pori didalam kayu yang berarti banyak terdapat kantong-kantong berisi hawa yang tidak bergerak, menjadikan kayu memiliki sifat yang baik jika digunakan sebagai bahan sekat terhadap panas.
 Banyaknya pori tersebut tergantung dari angka rapat kayu. Dengan demikian semakin kecil angka rapat kayu semakin baik daya sekatnya. Selain itu kayu memiliki daya hantar yang jelek untuk aliran listrik atau dapat juga digunakan sebagai bahan sekat terhadap listrik. Daya hantar ini tidak banyak tergantung oleh jenis kayu atau angka rapat, tetapi banyak dipengaruhi oleh kadar lengas kayu. Kayu dengan kadar lengas nol, akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali. Sebaliknya apabila kayu mengandung air sebanyak air ikat maksimum, maka daya hantarnya sama dengan daya hantar air.
Perbandingan antara berat kayu pada keadaan kering udara dengan berat kering tungku dan dinyatakan dalam prosentase disebut kadar air kayu. Kayu yang baru ditebang pada umumnya memiliki kadar air yang cukup tinggi. Kadar air kayu selaluberubah-ubah tergantung pada kelembaban suhu sekitarnya. Berdasarkan letak lokasinya air yang terkadung dalam kayu dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
i. Air yang berada dalam dinding sel disebut air terikat.
ii. Air yang berada dalam rongga sel disebut air bebas.
Dilihat dari sifat kayunya dalam satu pohon, terdapat variasi kadar air. Variasi kadar air ini disebabkan karena semakin ke ujung volume sel rongga semakin lebar dan dinding sel semakin tipis, sehingga memungkinkan air masuk lebih banyak pada bagian ujung batang. Perbedaan kadar air dalam arah aksial adalah makin tinggi batang makin tinggi perbedaan kadar airnya. Hasil penelitian di Philipina menyatakan kadar air batang kelapa akan melonjak dan berbeda dari pinggir kebagian pusat batang ( inti ). Hal ini dapat dilihat berdasarkan pada hasil penelitian tersebut yang rata-rata diperoleh pada bagian tengah 328,9% dan pada bagian pinggir 101,3%. Variasi berat jenis dalam arah aksial adalah turun dengan seragam dari pangkal ke ujung, untuk kayu keras sebagian besar variasi berat jenisnya naik dari pangkal ke ujung dengan variasi tidak seragam.
2. Sifat hygroscopis.
a. Kadar lengas.
Sel-sel mengandung air, sebagian disebut air bebas ( free water ) yang mengisi ruangan sel dan sebagian lain disebut air ikat ( imbitet water ) yang menembus dinding sel dan kemudian ditahan oleh pori-pori dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar lebih dahulu, kemudian barulah air-ikat meninggalkan dinding sel, jika terus mengering. Pada saat air-bebas telah habis keadaan itu disebut titik jenuh serat ( fiber saturation point ). Kadar lengas saat itu kira-kira 25 sampai 35%, tergantung daripada jenis kayu. Jadi turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.
b. Kembang – susut.
Kayu akan mengembang bila kadar lengasnya bertambah ( t0 = konstat ) dan menyusut bila kadar lengasnya berkurang. Tetapi besar kembang susut itu tidak sama di dalam berbagai-bagai arah, yaitu arah radial ( menuju ke pusat ), arah tangensial  (searah dengan garis singgung), dan arah axial (sejajar dengan arah panjang batang ). Untuk semua jenis kayu kembang susut itu dipengaruhi oleh derajat panas dan angka rapat kayu.
3. Sifat mekanik.
Batang kayu adalah suatu benda alam yang berkewajiban melayani hidupnya suatu batang pohon. Maka bentuk dan sifat-sifatnya berbeda-beda tidak saja karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor-faktor lain seperti; keadaan musim, keadaan alam sekelilingnya dan sebagainya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila kita mengambil beberapa potong kayu dari suatu pohon, angka rapat dan kekuatannya tidak sama. Sifat mekanika kayu disebut juga dengan kekuatan kayu, yaitu sifat-sifat kayu yang dihubungkan dalam kemampuan kayu dalam menahan beban atau muatan yang diterima pada kayu tersebut, yang dimaksud dengan beban atau muatan yang diberikan adalah gaya-gaya dari luar tersebut yang mempunyai kecenderungan untuk merubah bentuk dan besarnya kayu yang dikenai beban. Setiap kayu memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi ada beberapa sifat
yang umum tedapat pada semua kayu, antara lain :
1. Semua batang pohon memiliki pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia yang berupa selulosa dan hemiselulosa  (unsur karbohidrat ) serta berupa lignin (non karbohidrat).
 3. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah sumbu utamanya ( longitudinal, radial, tangensial ). Hal ini disebabkan oleh struktur selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopik, yaitu kadar air dapat berubah sesuai dengan kelembapan dan suhu udara disekitarnya.
5. Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutama jika keadaannya kering.
2.3 Pengaruh sambungan perekat ( laminasi glulam ).
2.3.1 Pengaruh sambungan perekat (laminasi glulam) terhadap kuat tekan.
Untuk membandingkan alat sambung apa yang paling baik untuk suatu konstruksi dibuatlah pengujian dengan empat macam alat sambung, yaitu perekat, paku, kokot dan baut.
Dari diagram didapat yaitu perekat, paku, kokot dan baut, ( Р ) dapat diambil dari beban maksimum, sedang untuk baut harus dipakai beban dengan sasaran 1,5 mm. Sambungan dengan perekat ternyata yang paling kuat dan kokoh karena sasarannya relatif kecil sekali. Lagipula dengan dipakainya perekat, kayu yang disambung tidak menderita pengurangan luas tampang, seperti halnya jika dipakai alat sambung lainnya, yang memerlukan lubang didalam kayu ( paku, baut dan kokot ).
2.3.2 Perekat ( Glulam ).
Yang dimaksud dengan istilah perekat, dan penggunaan perekat kayu untuk pembuatan konstruksi berlapis majemuk dengan perekat ( menurut Heinz Frick ), ialah konstruksi kayu yang menggunakan papan-papan tipis, yang direkatkan dengan seratnya sejajar dengan perekat, sehingga merupakan balok yang berukuran besar.
2.4 Konstruksi Berlapis Majemuk.
Tentang perhitungan dan pelaksanaan sesuai syarat-syarat PKKI 1961 Pasal 12, sub 4 dan Pasal 18. Yang disebut dengan konstruksi berlapis majemuk,ialah konstruksi kayu yang menggunakan papan-papan tipis yang diletakkan satu sama lain dengan perekat dan arah seratnya sejajar satu sama lain, sehingga merupakan balok berukuran besar. Tebal papan-papan tipis itu hendaknya 25 – 50 mm.
LANDASAN TEORI

3.1 Pengujian Berat Jenis Kayu
Berat jenis adalah perbandingan antara berat benda dengan volume benda. Untuk pengukuran berat jenis kayu dilakukan pada kondisi kering udara.
γ = WV
dengan : γ = berat volume benda.
W = berat benda.
V = volume benda.

3.2 Pengujian Kadar Lengas Kayu
Kadar lengas adalah perbandingan antara berat kandungan air dalam kayu dengan berat kayu kering tungku. Untuk mengetahui kadar air dalam kayu, sejumlah sampel kayu ditimbang ( Wo ), kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama ± 5 hari atau hingga beratnya konstan. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali ( W1 ).
W0 – W1 MC = W1 x 100%
dengan: MC = kadar air dalam kayu ( % )
W0 = berat kayu sebelum dioven.
W1 = berat kayu setelah dioven.

3.3 Pengujian Tegangan Kayu
Tegangan kayu adalah besar gaya yang bekerja pada tiap satuan luas
tampang kayu, dengan persamaan:
Pσ dsk =A
dengan: σ dsk = tegangan desak.
P = gaya yang bekerja.
A = luas tampang.
A = b.h

3.4 Penentuan Modulus Elastisitas Kayu ( E )
Modulus elastisitas kayu dapat diperoleh dari diagram tegangan regangan uji desak kayu, yaitu dengan cara membandingkan tegangan dengan regangan kayu.
Persamaan tegangan regangan
E = σP/ εP
dengan: E = modulus elastisitas.
σP = tegangan sebanding.
εP = regangan sebanding.

3.5 Gaya Geser Perekat
Dari diagram-diagram beban pergeseran yang didapat dari pengujian dalam laboratorium dapat dilihat adanya kekakuan yang paling tinggi dari sambungan perekat. Perekat tidak melemahkan penampang kayu-kayu yang disambung dan mempunyai daya pemikul yang lebih tinggi daripada sambungan-sambungan lain. Tetapi daya pemikul itu tidak seluruhnya dapat digunakan berhubung dengan tegangan-tegangan sekunder serta kekuatan yang lebih rendah dari serat-serat kayu.

3.6 Hubungan Antara Tegangan-tegangan Yang Terjadi
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara tegangan yang terjadi baik tegangan desak sejajar serat, tarik, geser dan lentur. Ketika mengambil hubungan ini, dibuat anggapan sebagai berikut :
1. Bahan balok homogen.
2. Modulus elastis tarik dan tekan sama.
3. Balok lurus dan penampang sama.
4. Bidang beban harus mengandung sumbu prinsipal penampang balok dan beban harus tegak lurus terhadap sumbu longitudinal balok.
Jika sebuah balok dikenai beban aksial P seperti pada gambar di atas, maka balok tersebut akan melentur kebawah. Pada saat melentur daerah di atas garis netral akan mengalami gaya desak C dan daerah di bawah garis netral akan mengalami gaya tarik T. Untuk balok persegi empat letak garis netral berada pada pertengahan dari tingginya. Garis netral merupakan permukaan netral, dimana pada daerah tersebut serat tidak berubah panjangnya dan oleh karena itu tidak mengalami tegangan tarik atau desak. Dalam keadaan seimbang, jumlah gaya mendatar di sepanjang penampang sama dengan nol, maka gaya tekan total C di setengah penampang atas sama dengan gaya tarik total T di setengah penampang dan akan timbul momen. Dengan membandingkan nilai T dan C didapat
persamaan :
T = C = σrata-rata . luas = ( ½.σ ).( b. ½h )
Gaya T dan C bekerja pada pusat berat dari beban segitiga dan mengakibatkan terjadinya momen kopel dengan jarak antara kedua titik berat gaya-gaya tersebut.
M = Mr = C.e = T.e
e = 2/3.h
M = (½.σ) ( b. ½.h )(2/3.h) = σ. ………………………………… ( 1 )
Dari persamaan di atas terlihat bahwa nilai tegangan desak bebanding lurus dengan nilai tegangan tarik.

3.7 Pengujian Kuat Lentur Kayu Kelapa Berlapis Dengan Sambungan
Laminasi
Pada saat pembuatan benda uji dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan dimensi benda uji yang presisi. Benda uji diletakkan pada alat uji lentur yang telah diatur penempatannya. Setelah itu baru dilakukan pembebanan dengan interval tertentu dan pembebanan dilakukan secara kontinyu juga dihindari adanya beban kejut, setelah beban maksimum tercapai catat beban yang terjadi. Besarnya tegangan lentur dapat dihitung dengan rumus :
Dimana : = tegangan lentur benda uji.
M = Momen maksimum.
y = jarak garis netral.
I = Inertia.
M = 1/6.P.l
Dimana : P = beban., l = panjang., y = ½.h
Dimana : h = tinggi balok, I = 1/12.b.h3
Dimana : b = lebar, h = tinggi


METODOLOGI

Dulu furniture dibuat dengan menggunakan kayu utuh tanpa sambungan agar lebih kokoh karena ketabalannya. Karena persediaan kayu yang terbatas kemudian orang membuat furniture dengan menggunakan kayu yang disambung-sambung. Sekarang kayu semakin langka sehingga limbah kayu pun dimanfaatkan dan diolah menjadi kayu lapis, MDF, HDF, particle board baru kemudian dibuat menjadi furniture.
Sampai saat ini furniture kayu merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam rumah tangga. Dari kursi, meja, tempat tidur, tempat penyimpanan bahkan cabinet di dapur pun menggunakan furniture berbahan kayu. Untuk mendapatkan kualitas dan harga yang anda inginkan, ada baiknya anda mengenal jenis material kayu beserta kelebihan dan kekuranggannya sebelum memutuskan untuk membuat atau membeli furniture.
Dalam Sistem Standardisasi Nasional, lembaga yang berwenang untuk melakukan akreditasi terhadap laboratorium penguji dan kalibrasi adalah Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sistem dan pelaksanaan akreditasi laboratorium ini diatur dalam pedoman yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), yaitu Pedoman BSN 123-1999 mengenai ‘Informasi singkat tentang KAN dan sistem akreditasi laboratorium’ dan Pedoman BSN 117-1999 (ISO/IEC Guide 58: 1993) mengenai ‘Sistem akreditasi laboratorium kalibrasi dan laboratorium penguji - Persyaratan umum untuk pelaksanaan dan pengakuan.
Pengukuran kadar air total dilakukan dengan metode termogravimetri (metode oven). Sampel sebanyak 2 g ditimbang pada cawan yang sudah diketahui bobotnya lalu dikeringkan pada oven suhu 105º C selama 3 jam. Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar air diperoleh dengan membandingkan bobot sampel sebelum dikeringkan dan bobot yang hilang setelah dikeringkan dikali 100%.
Pada struktur rangka batang banyak terdapat batang yang dibebani momen, hal ini khususnya adalah balok. Kekuatan balok tunggal umumnya yang tersedia dipasaran sangat terbatas untuk mendukung gaya momen yang sangat besar. Untuk itu digunakan batang berlapis dengan laminasi/perekat untuk meningkatkan kekuatan balok. Untuk mendapatkan kekuatan balok berlapis yang maksimal perlu dicari jumlah selisih perkuatan yang didapat dari balok berlapis berlaminasi dengan balok tunggal dengan luas tampang sama. Untuk menghasilkan suatu balok kayu laminasi yang memenuhi standar struktur, pada proses perancangan salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah proses pengempaan. Proses pengempaan ini ditujukan untuk menghasilkan garis perekat setipis mungkin, bahkan mendekati ketebalan molekul bahan perekat, karena kekuatan meningkat seiring berkurangnya tebal garis rekatan. Pengempaan yang terlalu rendah menyebabkan cacat perekatan, seperti melepuh, perekat tebal, dan pecah muka. Pengempaan terlampau tinggi juga menyebabkan terjadi cacat perekatan seperti kurang perekat atau tembus akibat penetrasi berlebih.
Pembuatan Benda Uji
Benda uji dibuat untuk tujuh macam keperluan yaitu untuk pengujian sebagai berikut :
1. Pengujian Desak.
Benda uji dibentuk dengan dimensi sedemikian rupa, yaitu balok kayu dengan dimensi p x l x t : 10cm x 6cm x 4cm, pembuatan dilakukan di bengkel kayu teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia.
2. Pengujian Tarik.
Benda uji tarik memiliki dimensi yang unik yaitu silinder panjangnya 40 cm dengan diameter 3 cm, pada tengah-tengah silinder dengan panjangnya 1/3 panjang dibentuk kurva non-linier sehingga pada tengah silinder mengecil, pembuatan juga khusus yaitu di bengkel kayu teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia.
3. Pengujian Geser.
Benda uji geser berupa balok dibentuk dengan dimensi p x l x t : 5,5cm x 4cm x 6cm, hanya saja pada bagian atas balok dengan setengah luasan dikurangi dengan tebal 1,7cm. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembatas alat benda uji geser terhadap benda uji.
4. Pengujian Kadar Air.
Dimensi untuk benda uji kadar air ini tidaklah ditentukan, hanya saja disesuaikan dengan alat uji. Maka dibuatlah benda uji dengan ukuran p x l x t : 2,4cm x 2,4cm x 2,4cm.
5. Pengujian Berat Jenis.
Dimensi benda uji berat jenis sama persis dengan dimensi benda uji kadar air, karena pada dasarnya pengujian berat jenis sama dengan pengujian dengan kadar air, hanya saja nilai pembandingnya saja yang berbeda.
6. Pengujian Lentur.
Dimensi benda uji lentur pada setiap segmen sama persis, yaitu p x l x t : 200cm x 6cm x 10cm. Hanya saja struktur lapisannya saja yang berbeda, terdiri dari empat macam lapisan, yaitu lapisan tungga1 sebagai pembanding, dua lapis, tiga lapis dan lima lapis.
7. Pengujian Geser Laminasi.
Dimensi benda uji geser ini adalah p x l x t : 20cm x 4cm x 6cm. Setiap benda uji geser terdiri dari tiga balok yang disusun dengan berundakundak. Sehingga terdapat perbedaan tinggi sebesar 5cm yang akan digunakan pembeda bidang geser laminasi.
Kayu yang digunakan dalam pengujian ini adalah kayu jenis kelapa yang banyak dijumpai di Pulau Jawa khususnya dan mempunyai harga relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Yang akan diteliti dari kayu kelapa adalah tegangan desak, tarik, geser, lentur, kadar air, berat jenis dan modulus elastisitas. Kayu kelapa yang digunakan sbagai bahan penelitian adalah kayu kelapa yang berasal dari daerah Jogjakarta. Pembuatan benda uji dilakukan dengan memperhatikan ukuran yang disesuaikan dengan kapasitas alat uji yang akan dipakai. Dalam hal ini penulis menyesuaikan ukuran-ukuran yang ada pada Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

           
Penetapan Isi Kayu Olahan
Pada edisi Info Pustanling No. V, Juni 2002, telah dibahas tentang bagaimana cara menetapkan isi kayu bundar, baik kayu bundar rimba maupun kayu bundar Jati. Pada kesempatan ini akan dibahas bagaimana cara menetapkan isi kayu olahan. Pada edisi ini akan dibahas mengenai cara penetapan isi kayu olahan untuk kayu gergajian (sawn timber), kayu lapis (plywood) dan kayu bentukan (moulding).
Penetapan isi kayu gergajian
Kayu gergajian adalah kayu persegi empat dengan ukuran tertentu yang diperoleh dengan menggergaji kayu bundar atau kayu lainnya. Pada dasarnya penetapan isi kayu gergajian ini sangat sederhana, yaitu dengan cara mengalikan dimensi tebal, lebar dan panjang. Cara penetapan masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
  • Tebal (t) diukur pada bagian tebal tertipis dari kayu, dalam satuan senti meter (cm).
  • Lebar (l) diukur pada bagian lebar tersempit dari kayu, dalam satuan senti meter (cm).
  • Panjang (p) diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos, dalam satuan meter (m).
  • Isi ditetapkan dengan mengalikan tebal, lebar dan panjang kayu dalam satuan meter kubik (m3) dengan 4 desimal (empat angka di belakang koma) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
                                         Isi = t x l x p
                                                 10.000
Keterangan :
            t  = tebal
            l  = lebar
p = panjang    
10.000 = konversi t dan l dari satuan cm ke m
Mengingat dalam kenyataannya di lapangan, ukuran kayu tersebut tidak bisa dihasilkan persis seperti ukuran yang tertera di dalam dokumen (ukuran baku), baik disebabkan oleh peralatan pengukuran, teknik yang digunakan, maupun karena ketrampilan tenaga pelaksananya, maka dalam perdagangan kayu gergajian ada istilah yang disebut dengan ukuran lebih (over size), yaitu kelebihan ukuran di atas ukuran baku.  Toleransi ukuran lebih adalah sebagai berikut :
Dimensi
Ukuran baku
Toleransi ukuran lebih
Tebal (t)
≤ 3 cm
> 3 cm
≤ 3 mm
≤ 6 mm
Lebar (l)
≤ 8 cm
> 8 cm
≤ 3 mm
≤ 6 mm
Panjang (p)
≤ 1,00 m
> 1,00 m
≤ 25 mm
≤ 50 mm
Cara penetapan isi kayu gergajian ini dapat dilihat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor seri SNI 01-5008.1-1999 tentang Kayu gergajian rimba dan SNI 02-5008.5-1999 tentang Kayu gergajian Jati.



Penetapan isi kayu lapis
Kayu lapis adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat dengan perekat. Berdasarkan jumlah lapisannya kayu lapis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 3 lapis (tripleks) dan yang lebih dari 3 lapis (multipleks).
Seperti halnya perhitungan isi kayu gergajian, isi kayu lapis diperoleh dengan cara mengalikan hasil pengukuran dimensi t, l dan p, dengan perbedaan bahwa cara pengukuran kayu lapis berbeda dengan cara pengukuran kayu gergajian. Apabila pengukuran kayu gergajian dilaskanakan pada daerah terkecil (tebal tertipis, lebar tersempit dan panjang terpendek), pengukuran kayu lapis (sesuai dengan SNI 01-5008.2-2000 tentang Kayu lapis penggunaan umum) dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
  • Tebal (t) diukur pada keempat sudut kayu lapis, kemudian dirata-ratakan.
  • Lebar (l) diukur pada kedua ujung sisi panjangnya, kemudian dirata-ratakan.
  • Panjang (p) diukur pada kedua ujung sisi lebarnya, kemudian dirata-ratakan.
  • Untuk kayu lapis diperlukan syarat kesikuan, yaitu selisih hasil dua kali pengukuran diagonalnya.
Seperti halnya pada kayu gergajian, terhadap kayu lapispun dipersyaratkan adanya toleransi dimensi  sebagai berikut :
Dimensi
Besarnya Toleransi
Tebal (t) :  < 6 mm
                 ≥ 6 mm
±  5 %
±  3 %
Lebar (l)
-  0,00 mm,  + 1,6 mm
Panjang (p)
-  0,00 mm,  + 1,6 mm
Kesikuan
≤ 3 mm
Penetapan isi kayu bentukan
Kayu bentukan (moulding) adalah kayu gergajian atau kayu lainnya yang dibentuk secara khusus melalui mesin pembentuk (moulder) yang berkadar air ≤ 20 % serta mempunyai tujuan penggunaan tertentu. Berdasarkan bahan bakunya kayu bentukan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: kayu bentukan utuh yang bahan bakunya berasal dari kayu gergajian utuh,  dan kayu bentukan sambung yang bahan bakunya terdiri dari kayu gergajian pendek atau kayu lainnya yang disambung terdiri dari papan sambung dan bilah sambung.
Berdasarkan bentuk penampang lintangnya, kayu bentukan dapat pula dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kayu bentukan sederhana dan kayu bentukan hias (decorative moulding).   Kayu bentukan sederhana adalah kayu bentukan yang penampang lintangnya sederhana, seperti berbentuk persegi, berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran serta berbentuk segi tiga, sehingga mudah menetapkan isinya. Sedangkan kayu bentukan hias adalah kayu bentukan yang penampang lintangnya bervariasi, berbentuk dekoratif, sehingga sulit dalam menetapkan isinya.  

Prinsip penetapan isi kayu bentukan sama dengan penetapan isi kayu gergajian atau kayu lapis, yaitu dengan mengalikan t, l dan p atau lebih spesifik lagi, isi kayu bentukan adalah luas penampang lintang x panjang. Mengingat bentuk penampang lintangnya sangat bervariasi, maka penetapan isi kayu bentukan ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
  • Isi khayal bahan baku (initial sizes atau nominal sizes).
  • Isi sebenarnya (actual sizes atau finish sizes).

Cara pengukuran dimensi untuk isi penampang khayal sama dengan cara pengukuran dimensi kayu gergajian. Sedangkan untuk mencari luas penampang sebenar-nya yaitu dengan menggambar penampang lintang kayu tersebut pada kertas millimeter, kemudian dihitung jumlah kotaknya, hasilnya menunjukkan luas penampang lintang dalam mm2. Cara lain dengan menggunakan alat planimeter. Baca SNI 01-5008.4-1999 tentang kayu bentukan (moulding) rimba.  Toleransi dimensi untuk kayu bentukan disajikan dalam tabel berikut : 
Sortimen
Besarnya Toleransi (mm)
Tebal
Lebar
Panjang
Papan bentukan utuh
± 0,5
± 0,5
0,0  -  50,0
Papan sambung
± 0,5
± 1,0
0,0  -  50,0
Bilah sambung
± 0,5
± 0,5
0,0  -  50,0

Untuk mengetahui kualitas kayu lapis sehingga dapat menggolongkan ke dalam suatu kelas atau tingkat mutu tertentu.
Macam pengujian :
 - Pengujian visual (tanpa alat)
 - Pengujian dengan memakai alat Tempat :
     1. Laboratorium
     2. Di luar laboratorium

MUTU LAPISAN LUAR
Mutu lapisan luar berhubungan dengan keadaan venir muka dan venir belakang dalam hal cacat alami dan cacat teknis. Cacat alami
Cacat yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor alami
. Cacat teknis. Cacat yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor teknis atau proses pengolahan. Pengujian mutu lapisan luar dilakukan secara visual dan untuk mengetahui ukuran cacat digunakan meteran atau kaliper
Untuk setiap mutu ada kriteria mengenai cacat alami dan cacat teknis, baik kualitatif maupun kuantitatif
.
Cacat yang bersifat kualitatif adalah cacat yang tidak bisa dinyatakan dengan angka. Cacat yang bersifat kuantitatif adalah cacat yang kriterianya dapat dinyatakan dengan angka. Banyaknya macam cacat alami dan cacat teknis pada setiap standar tidak selalu sama, tetapi ada persamaan dalam hal cacat yang penting seperti mata kayu, lubang gerek, perubahan warna, sisipan, tambalan dan permukaan kasar.
A.      UJI DELAMINASI
Terdapat pada Standar Jepang dan Standar Amerika,
1.      Standar Jepang, uji delaminasi dilakukan untuk kayu lapis yang mempunyai lapisan dengan arah serat sejajar dan untuk papan blok

• Contoh uji berukuran 7,5 cm x 7,5 cm
• Contoh uji diberi perlakuan sesuai dengan tipe perekat. Setelah perlakuan, contoh uji diperiksa dan diukur panjang lapisan yang lepas atau terbuka
• Alat yang diperlukan : kaliper, penangas dan oven
• Persyaratan minimum: panjang lapisan yang lepas atau terbuka (delaminasi) kurang dari 2,5 cm. Bila 2,5 cm atau lebih berarti tidak memenuhi syarat
2.      Standar Amerika. Kayu lapis kurang dari 6mm (IHPA, 1986)
- Untuk menguji kayu lapis tipe II
- Contoh uji berukuran 12,7 x 5 cm sebanyak 10 buah diambil
dari setiap panel dari 5 tempat yaitu bagian ujung kiri dan
kanan, bagian sisi atas dan bawah serta bagian tengah
- Perlakuan terhadap contoh uji 3 kali siklus pencelupan
Setiap siklus terdiri dari:
(1) Contoh uji direndam air 24°C ± 3°C selama 4 jam
(2) Contoh uji dikeringkan dalam oven 49°C - 52°C selama 19 jam dengan peredaran udara yang cukup untuk mengurangi kadar air contoh uji sampai maksimum 8%
Persyaratan :
Contoh uji dianggap rusak bila salah satu delaminasi antara dua lapisan , > 50 mm panjangnya, dalamnya > 4,2 mm dan lebarnya (tinggi bagian yang terbuka) 0,0762 mm sesuai dengan tebal alat pengukur yang dipakai (feel gauge 0,003 inci). Sembilan dari 10 c.u. harus lolos siklus pertama dan 8 dari 10 c.u harus lolos siklus ketiga b. Kayu lapis tebal 6 mm ke atas (IHPA, 1988) Uji delaminasi dikerjakan untuk kayu lapis tipe I yang mengandung laminasi sejajar dan untuk kayu lapis tipe II
(1)   Kayu lapis tipe I
Contoh uji berukuran 76,2 x 76,2 mm. Banyaknya contoh uji 10 buah diambil dari setiap panel, dengan perlakuan sbb:
- Contoh uji direbus air mendidih selama 4 jam
- Contoh uji dikeringkan dalam oven 60°C ± 3°C selama 20 jam
- Contoh uji direbus air mendidih selama 4 jam
- Contoh uji dikeringkan dalam oven 60°C ± 3°C selama 3 jam
Suatu contoh uji dianggap rusak bila terjadi delaminasi lebih dari
25,4 mm. Jumlah contoh uji yang baik minimum 90%
(2) Kayu lapis tipe II Contoh uji berukuran 127 x 50 mm diambil minimum 6 buah dari setiap lembar panel. Perlakuan dan penilaian terhadap contoh uji sama dengan kayu lapis tebal < kayunya =" 50%" jenis =" Berat" ba =" Berat" bo =" Berat" b =" Beban" s =" Jarak" l =" Lebar" t =" Tebal" b =" Selisih" d =" Defleksi" tarik =" B" b =" Beban" a =" Luas" lebar =" 10" panjang =" 6" lebar =" 10,2" tinggi =" 2,9" lebar =" 2,5" panjang =" 5" td =" (X" ti =" TD" td =" X" ti =" TD" td =" (X" ti =" TD" td =" (X" ti =" TD" n =" 90%" n =" 70%">.
Secara Umum
Maksud dilakukannya pengujian ini adalah untuk mendapatkan data primer berupa kuat desak kayu, dan kuat momen balok berlapis dengan laminasi sehingga diketahui perubahan fisik yang terjadi pada benda uji dikarenakan pembebanan pada 1/3 bentang balok. Dari hasil pengujian dapat diperoleh data-data yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk mengetahui perilaku balok berlapis dalam menerima beban.
1. Pemeriksaan Kadar Air
Pemeriksaan kadar air ini dilakukan pada sampel balok kayu kelapa. Benda uji yang telah disiapkan tersebut kemudian ditimbang beratnya ( w1 ) sebelum dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu ± 105º c selama 36 jam, kemudian setelah dioven benda uji kemudian ditimbang beratnya ( w2 ).

2. Pemeriksaan Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kadar air, tetapi untuk pemeriksaan berat jenis dilakukan pengukuran volume benda uji yang dimasukkan kedalam oven.
3. Uji Kuat Desak Kayu
Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu pengukuran ulang mengenai dimensi benda uji. Benda uji diukur dengan kaliper, kemudian benda uji dipasang pada strairometer dan dilelakkan secara sentris pada mesin uji desak. Pembebanan dilakukan secara kontinyu dengan penambahan beban secara konstan dan harus dihindari terjadinya beban kejut pembebanan dihentikan apabila telah tercapai beban maksimum. Hasil pengujian kuat desak terlampir.
4.    Pengujian Kuat Tarik Kayu
Benda uji tarik sebanyak tiga buah benda uji yang dimensinya dibuat sedemikian rupa seperti terlihat gambar 5.3, kemudian benda uji diberi tanda yang berbentuk ruas-ruas garis agar memudahkan dalam mengetahui luasan bidang patah nantinya setelah benda uji tersebut diuji. Setelah benda uji dipasang pada mesin tarik pembebanan, pengujian dapat dilakasanakan. Apabila benda uji telah patah cacat besarnya beban maksimum yang terjadi dan tempat terjadinya patahan.
5. Pengujian Kuat Geser Kayu
Benda uji diletakkan pada alat khusus geser kayu dan dipasang pada mesin tarik desak. Kemudian mesin dijalankan sehingga mengakibatkan beban geser pada benda uji, makin lama makin besar sehingga benda uji tersebut mengalami pergeseran.
6.    Modulus Elastisitas Kayu
Modulus elastisitas kayu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.5. Hitungan modulus elastisitas kayu sampel 1 sampai dengan sampel 3 adalah sebagai Pengujian Kuat Lentur Kayu Kelapa Berlapis dengan Sambungan Laminasi
Pada saat pembuatan benda uji dilakukan sedemikian rupa sehingga didapatkan dimensi benda uji yang presisi. Benda uji diletakkan pada alat uji lentur yang telah diatur penempatannya. Setelah itu baru dilakukan pembebanan dengan interval tertentu dan pembebanan dilakukan secara kontinyu juga dihindari adanya beban kejut, setelah beban maksimum tercapai catat beban yang terjadi.
7.     Pengujian Kuat Geser Sambungan Laminasi
Pengujian kuat geser laminasi menggunakan media balok kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga membetuk undak-undak. Setelah itu baru dilakukan pembebanan dengan interval tertentu dan pembebanan dilakukan secara kontinyu juga dihindari adanya beban kejut, setelah beban maksimum tercapai catat beban yang terjadi. Pengujian model benda uji, dilakukan dengan cara beban di tengah bentang terhadap model benda uji secara perlahan sampai terjadi kerusakan.


KESIMPULAN


Hutan merupakan sumber daya alam yang penting dengan kayu sebagai salah satu hasilnya.  Peningkatan kegiatan pemanenan dan pengolahan kayu menyebabkan terjadinya limbah pemanenan dan limbah pengolahan yang makin banyak.  Kedua macam limbah  tersebut sama dalam hal jenis kayunya tetapi berbeda dalam bentuknya.
Pemanfaatan limbah pengolahan lebih banyak daripada limbah pemanenan. Salah satu diantaranya adalah untuk papan partikel.  Industri ini berkembang sejalan dengan berkembangnya industri kayu dan industri perekat.  Industri papan partikel umumnya menggunakan limbah pengolahan.
Macam papan partikel dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal seperti cara pengempaan, kerapatan, kekuatan, macam perekat, susunan partikel dan pengolahan. Mutu papan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis kayu (berat jenis, zat ekstraktif), ukuran partikel, perekat dan pengolahan. Mutu papan partikel meliputi beberapa hal seperti cacat, ukuran, sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia. Ketentuan mengenai mutu papan partikel tidak selalu sama pada setiap standar dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan teknologi dan penggunaan papan partikel.
Setelah melakukan penelitian dan dilakukannya perhitungan-perhitungan maka, dari penelitian balok berlapis dengan laminasi dapat diambil kesimpulan mengenai perilaku balok berlapis dengan laminasi adalah sebagai berikut: pada penelitian ini terbuktilah bahwa perkuatan balok berlapis dengan laminasi lebih besar dibandingkan dengan balok tunggal. Peningkatan perkuatan tersebut didapat dari penambahan laminasi sebagai sambungan. bisa ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya yang terjadi pada penelitian kali ini adalah kuat geser laminasi lebih besar dibandingkan kuat geser kayu kelapa itu sendiri, meskipun dalam perhitungan-perhitungan kuat geser kayu kelapa lebih besar daripada kuat geser laminasi tersebut. Peneliti mengasumsikan bahwa jika media kayu kelapa sebagai alat uji digantikan dengan jenis kayu yang kelas lebih tinggi akan memperbaiki nilai kuat geser laminasi tersebut. perkuatan dengan laminasi idealnya dilakukan pada bidang kontak tegak lurus dengan pembebanan, bukan searah beban ( geser ).
Pemakaian kayu sebagai bahan struktural tidak hanya terbatas sebagai kayu utuh, tetapi juga sebagai balok laminasi atau Glulam. Proses perancangan kayu dipengaruhi beberapa faktor seperti, tingkat keahlian perancang, faktor kayu yang digunakan beserta kombinasinya, perekat dan proses perekatannya serta proses pembebanannya. Penelitian ini mencari besar kuat tekan maksimal untuk mendapatkan kekuatan lentur kayu laminasi dari kayu Glugu yang direkatkan dengan perekat resin. Hal ini bertujuan untuk memperbesar momen balok sehingga struktur balok tersebut menjadi lebih kuat dibanding balok tunggal. Hasil pengujian pada benda kuat geser rekat menunjukkan kuat rekat maksimal sebesar 29,05556 kg/cm2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekakuan batang ganda berlaminasi lebih besar dibandingkan dengan balok tunggal. Kekuatan momen maksimum balok tunggal adalah 1020 kg, sedangkan kekuatan momen maksimum balok berlapis 1425 kg.



DAFTAR PUSTAKA

Beall, F. C. 2002. Overview of The Use of Ultrasonic Technologis in Research on Wood Properties. Wood Science and Technology. New York.

Buan Ansari, 1996, Pengaruh Variasi Tekanan Kempa terhadap kuat lentur kayu laminasi dari kayu Meranti dan Keruing, Skripsi, Universitas Mataram, Mataram.

Falk, R. H. 1990. Nondestructive Testing of wood. State of the art research needs. NewYork.

Hidayatullah, 2004, Pengaruh variasi tebal kayu Penyusun arah Vertikal terhadap kuat Lentur Balok Kayu Laminasi ( Glulam ) dari Kayu Sengon dan Kayu Keruing, Skripsi, Universitas Mataram, Mataram.

Kabir, M. F. 1999. Emisi formaldehida pada panel kayu. SNI 01-6050-1999. Badan Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta.

K. H. Felix Yap, 1964, Konstruksi Kayu, Penerbit Bina Cipta, Bandung.

Linda, 1961, Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia NI-5 1961. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta.

Mchael, P. 1994. Teknologi papan partikel datar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.

Priyadi, H., 2003, Tinjauan Kuat Geser Kayu Laminasi antara kayu Keruing dan kayu Meranti dengan menggunakan beberapa Perekat, Skripsi, Universitas Mataram, Mataram.

Oliviera. 1996. Mutu papan partikel. SNI 07-2105-1996. Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Ross, R. J. 1983. Standar papan partikel datar. SII 0797-83. Departemen Perindustrian, Jakarta.

Sutigno, 2002, Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia, Badan Standar Nasional Indonesia.

Suwarno Wiryomartono, 1976, Konstruksi Kayu Jilid I, Bahan-bahan kuliah fakultas teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar