PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Perkembangan pembangunan dewasa ini
ditandai dengan peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan
bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif
pemilihan bahan bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan
bangunan baru juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan
fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan
sumber daya alam.
Semua jenis air, sungai, air tanah, air
tampungan, air irigasi dan air rumah tangga, seharusnya disimpan dalam keadaan
sebersih mungkin, bebas dari pencemaran, lumpur, bakteri dan jentik-jentik
nyamuk. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penanganan yang bijak tentang
kebiasaan penggunaan air dan sistem pembagian air (Depkes, 2000).
Ventilasi rumah
mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara
di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat
racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadi proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan (Anonimous, 2010).
Saat
musim hujan, biasanya dinding rumah menjadi lembab dan terdapat rembesan
dari atap rumah. Namun jika atap rumah sudah terlebih dahulu diperbaiki dan
diberi waterproof, maka kemungkinan besar rembesan air hujan
tidak akan masuk. Untuk dinding outdoor, sebaiknya gunakan pelapisan
weathershield sebagai pelindung terhadap jamur agar dinding tak bernoda hitam.
Namun jika terlanjur berjamur, dinding perlu dikerok dahulu, kemudian dicat
kembali dan diberi waterproof. Dinding yang retak juga
harus dibobok, kemudian diplester ulang dan lapisi dengan waterproof
(Administrator, 2010).
Kamar mandi
identik dengan kelembaban dan daerah yang selalu basah, meskipun ada juga sih
kamar mandi yang kering. Tetapi dengan kecenderungan kamar mandi yang lembab
membuat kita kadang berputar otak bagaimana agar kamar mandi kita memiliki
sirkulasi udara yang bagus, apalagi kalau ternyata letak kamar mandi di apit
oleh ruang-ruang yang menyebabkan kamar mandi tersebut tidak memiliki jendela
sebagai tempat untuk mengalirkan udara
(Russel, 1982).
Lantai
dalam rumah sebaiknya lebih tinggi daripada teras dan usahakan jangan
menggunakan lantai materi indoor untuk ruangan outdoor. Tampiasan air hujan
yang jatuh ke
lantai teras dapat diakali dengan membuat overstek. Agar
air hujan tidak masuk kedalam rumah saat musim hujan, level ketinggian rumah
harus lebih tinggi dari level jalan.
Asbes sering
dijadikan sebagai penutup atap selain genteng. Selain karena harganya yang
lebih murah, juga memiliki bobot yang lebih ringan sehingga tidak menambah
beban pada atap. konstruksi yang dibutuhkan untuk menopang juga tidak serumit
ketika menggunakan genteng. Selain dijadikan sebagai penutup atap, asbes juga
dapat digunakan sebagai plafon dan dinding penyekat ruangan. Kadang-kadang
campuran asbes juga bisa ditemui pada adukan plester, adhesive serta lapisan
bawah lantai vynil. Masalah kebocoran pada atap
adalah hal yang paling sering dijumpai pada rumah-rumah pada musim hujan. Untuk
itu tidak ada salahnya jika rutin 3 bulan sekali melakukan pemeriksaan pada
atap rumah, apakah ada retak-retak, perlukah genteng yang lama diganti, atau
adakah kayu pada atap yang mulai lapuk. Perhatikan juga daerah bubungan atap
karena plester semen pada bagian tersebut mudah bocor. Jika
terdapat retak rambut pada atap, berikan kawat kasa dan lapisi dengan
waterproof. Untuk retak besar, perlu dibobok dan diplester kembali. Sangat
disarankan untuk menggunakan alumunium foil (1- 2 mili) sebagai pelapis
antara plafon dan genteng. Aluminium foil tersebut berfungsi untuk mengurangi
penyerapan panas, menghindari tampias jika ada ketidaksempurnaan dalam
pemasangan genteng, sehingga air yang masuk dari genteng akan turun ke plank
dan tak masuk ke dalam rumah (Juhana, 2001).
Tujuan
Tujuan dari kegiatan survei rumah makan ini adalah untuk
mengamati damp pada bangunan rumah makan yang akan disurvei.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembaban akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri
penyebab penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
tetap di dalam kelembaban (humidity)
yang optimum (Anonimous, 2010).
Ventilasi adalah
proses penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan
manusia, sehingga apabila suatu ruangan
tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat
merugikan kesehatan (Gunawan et
al., 1982).
Untuk
menghilangkan jamur dan sisa-sisa kristal garam, semprotkan larutan anti jamur
atau kaporit ke permukaan dinding. Tunggu sampai 24 jam supaya jamur
benar-benar mati. Setelah itu sikat permukaan dinding dan bilas dengan air bersih.
Pastikan dinding benar-benar kering sebelum memulai pengecatan. Akibat adanya
kelembaban tersebut, timbul jamur yang akan merusak tidak hanya tembok bahkan
kayu dan struktur bangunan yang lain. Air dari udara dapat menyebabkan
kelembaban disebabkan karena peristiwa kondensasi, yaitu proses pendinginan uap
air yang terkandung dalam udara sampai mencapai titik pengembunan sehingga uap
air berubah menjadi titik-titik air. Dalam kondisi kondensasi yang sangat
berat, air dapat tergenang di atas lantai, menyebabkan pakaian di dalam lemari
terasa lembab, dan pintu serta jendela menjadi lapuk (Robens and Cardwell, 2003).
Rumah yang
memenuhi syarat ventilasi baik akan mempertahankan
kelembaban yang sesuai dengan temperatur kelembaban
udara (Azwar, 1990). Standart luas ventilasi rumah, menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah minimal 10% luas lantai. Menurut Frinck
(1993) setiap ruang yang dipakai sebagai ruang
kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela lubang ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas rintangan dengan luas 10% luas
lantai. Ruangan yang
ventilasinya kurang baik a kan membahayakan kesehatan
khususnya saluran pernapasan. Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah bakteri
udara akan bertambah jika
penghuni ada yang menderita penyakit saluran pernapasan, seperti TBC, Influenza, dan ISPA.
Untuk membuat
supaya rumah tidak lembab salah satunya yaitu dengan membuat agar cahaya
matahari dapat masuk ke dalam rumah. Sehingga rumah menjadi terang dan hangat
oleh sinar matahari. Intensitas sinar matahari tidak perlu terlalu besar, cukup
yang sedang saja atau dengan kata lain cukup membuat rumah menjadi hangat.
Kamar mandi identik dengan kelembaban dan daerah yang selalu basah, meskipun
ada juga sih kamar mandi yang kering. Tetapi dengan kecenderungan kamar mandi
yang lembab membuat kita kadang berputar otak bagaimana agar kamar mandi kita
memiliki sirkulasi udara yang bagus, apalagi kalau ternyata letak kamar mandi
di apit oleh ruang-ruang yang menyebabkan kamar mandi tersebut tidak memiliki
jendela sebagai tempat untuk mengalirkan udara (Administrator, 2010).
Kondensasi
atau pengembunan terjadi ketika udara lembab dan hangat bersentuhan dengan
permukaan bidang yang dingin di dalam ruangan. Biasanya peristiwa kondensasi
ini terjadi waktu musim hujan, ketika udara dingin sedangkan semua struktur
bangunan jarang dibuka sehingga udara dingin tersebut menjadi tertahan didalam.
Pengembunan paling sering terjadi di kamar mandi, dapur, kamar tidur yang
jarang terbuka, serta di sudut-sudut ruangan yang tidak memiliki cukup
ventilasi atau jarang terkena sinar matahari (Russel, 1982).
Sebuah tempat untuk menyiapkan makanan
yang mudah untuk dibersihkan dan juga lebih tinggi dari lantai dapur. Kompor
yang bebas asap. Bila penggunaan gas tidak memungkinkan, sebuah kompor berbahan
bakar kayu haruslah dirancang dengan ventilasi. Kompor berbahan bakar kayu
dengan disain yang baik dapat menjadi perlengkapan yang baik untuk sebuah
dapur, khususnya untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan dari bahan bakar seperti
minyak tanah, gas maupun listrik daerah penyimpanan kayu bakar – kayu yang
basah dan masih hijau akan menghasilkan asap yang sangat banyak letakkan rak
gantung untuk panci dan wajan dekat dengan kompor (Modul, 2010).
Sebenarnya
masuknya air ke bagian bangunan hingga menembus ke dinding ini disebabkan
kurang sempurnanya dalam proses pembangunan rumah tersebut. Ada beberapa titik
rawan resapan air hujan yang bisa menjadi penyebab dinding menjadi lembab,
diantaranya susunan genteng yang renggang, bidang penutup saluran air hujan,
jalur air diantara genteng, talang air dan saluran pembuangannya, retakan pada
dak beton, celah diantara dinding dan dak beton, dinding luar bagian bawah,
retakan pada dinding samping, sudut-sudut dinding bagian luar, dan celah antara
jendela dan dinding. Bila sumber resapan air sudah diketahui dan dilakukan
perbaikan dengan tuntas, maka perbaikan terhadap dinding bisa dilakukan (Peter and Taber, 1968).
METODOLOGI
PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat
Praktikum
Penggunaan dan Proteksi Bangunan Berkayu yang berjudul “Eksplorasi Damp pada
Bangunan Rumah Makan” dilaksanakan kegiatan survei rumah makan pada tanggal 16
Mei 2011 pukul 11.00 wib sampai dengan selesai
yang beralokasi di Jl. Harmonika No. 55 Padang Bulan, Sumatera Utara,
Medan.
Bahan
dan Alat
Adapun
bahan dan alat yang digunakan yaitu: rumah makan yang disurvei, camera digital,
lembar kuisioner, alat tulis, meteran
Prosedur
Praktikum
Adapun prosedur
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1.
Tentukan salah satu
rumah makan yang menjadi objek pengamatan damp (tiap kelompok beda)
2. Gambarkan
denah bangunan yang diamati
3. Gambarkan
luas bagian-bagian bangunannya
a. Lantai
b. Dinding
c. Langit-langit
4. Amati
bagian-bagian yang lembab dan timbul mol/jamur
5. Data
masukkan dalam tally sheet
Bagian bangunan
|
Luas damp/lembab
|
Sumber damp
|
Kondisi mengganggu atau tidak
|
1. Lantai
|
|
|
|
2. Dinding
-
Luar
-
Dalam
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Kamar
mandi (dalam)
|
|
|
|
4. Langit-langit
|
|
|
|
5. Kusen
|
|
|
|
6. Pintu
|
|
|
|
6 Kemudian
hitung % damp tiap bagian
Kusen
% damp = luas damp X 100%
luas total bagian
Kriteria
% damp mengganggu jika ≥ 20%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari
gambar di atas dapat dilihat bahwa dinding rumah makan mengalami pelapukan yang
disebabkan air hujan yang merembes pada asbes atau atap rumah sehingga kondisi
dinding menjadi lembab dan mendukung perkembangbiakan jamur. Jadi dinding yang
telah dicat lama kelamaan catnya menjadi terkelupas.
Kondisi kamar mandi sangat mendukung
terciptanya suasana yang nyaman dan bersih karena bila kita mengunjungi suatu
rumah tentunya yang pertama kita lihat adalah kamar mandi. Dalam hal ini kamar
mandi terletak di dalam rumah makan dimana kondisinya juga lembab.
Kusen rumah makan yang disurvei
menggunakan jaring kawat dan akan ditutupi dengan papan apabila rumah makan
akan tutup. Dalam hal ini kelembaban akan semakin berkurang karena ventilasi
yang baik maka akan menimbulkan sirkulasi udara yang besar dan mengurangi
perkembangbiakan jamur dan faktor perusak kayu lainnya, misal: rayap
Jika dilihat dari gambar di atas bahwa rumah makan tersebut menggunakan
seng sebagai atap rumah dan rumah makan ini masih tergolong sederhana. Bila
dilihat dari gambar tersebut ada jamur yang ada disudut bangunan kayu itu yang
meyebabkan adanya bercak berwarna putih pada kayu tersebut.
Rumah makan yang disurvei terletak di pinggir jalan harmonika dimana lokasi
ini sering dilewati kendaraan. Lantai rumah makan terbuat dari semen yang
dilapisi dengan karpet dan pintu menggunakan papan yang bongkar sambung.
Tabel. Data pada Damp Bangunan Rumah Makan
Bagian bangunan
|
Luas damp/lembab
|
Sumber damp
|
Kondisi mengganggu atau tidak
|
1. Lantai
|
-
|
-
|
-
|
2. Dinding
-
Luar
-
Dalam
|
86 cm2
|
Hujan dari luar
|
-
|
-
|
|||
64 cm2
|
Rembesan air hujan
|
-
|
|
3. Kamar mandi (dalam)
|
76 cm2
|
Percikan cucian piring
dan saluran air
|
-
|
1. Langit-langit
|
48 cm2
|
Rembesan air hujan
|
-
|
2. Kusen
|
40 cm2
|
Hujan dari luar
|
-
|
3. Pintu
|
36 cm2
|
Hujan dari luar
|
-
|
Luas
rumah makan yaitu 4 m X 6 m = 240.000 cm2
Dinding
% damp = 86 + 64 X 100% = 0.0625 %
240.000
Kamar
mandi % damp = 76 X 100% = 0.3167 %
240.000
Langit-langit
% damp = 48 X 100% = 0.02%
240.000
Kusen
% damp = 40 X 100% = 0.0166%
240.000
Pintu
% damp = 36 X 100% = 0.015%
240.000
Kondisi
damp dikategorikan tidak mengganggu karena kriteria % damp jika mengganggu ≥
20%
Pembahasan
Berdasarkan survei yang telah dilakukan bahwa rumah makan
yang dimiliki oleh keluarga Bapak Tarigan tidak perlu dilakukan kegiatan
pengendalian terhadap bangunannya karena faktor kerusakannya tidak begitu parah
dan tidak mengganggu sekitarnya hanya saja pada dinding kamar mandi perlu
diperhatikan karena kondisinya yang rentan dengan kelembaban. Dinding lembab
banyak dipengaruhi faktor teknis di lapangan. Diantaranya campuran semennya
tidak sesuai dengan standar (umumnya dinding kamar mandi menggunakan lapisan
trasram setinggi 1m dari lantai untuk menghalangi air masuk), atau karena ada
pipa air yang bocor di dalam dinding. Kalo ditutup langsung dengan keramik
ditakutkan timbul masalah baru. Dinding yang lembab dapat membuat daya rekat
keramik dengan dinding berkurang, ini akan membuat keramik terlepas
lama-kelamaan (hal ini umum
terjadi pada lantai yang keramiknya pecah). Ada
beberapa yang dapat mengurangi kelembaban yaitu dinding kamar mandi dijebol
sedikit untuk memberi plesteran baru setinggi 1m. Plesteran kira-kira 1:3 (1
PC:3 pasir). Lalu tunggu hingga kering. Setelah itu Anda dapat melapisi dengan
cat waterproof atau cat eksterior/weathershield/wheatercoat. Boleh juga
menggunakan keramik.
Kelembaban merupakan salah satu faktor
yang dapat memperbesar kerusakan karena akan meningkatkan perkembangbiakan
jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anonimous (2010) bahwa kelembaban akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri
penyebab penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir.
Kondisi
rumah makan yang baik sangat mendukung terciptanya suasana yang aman dan
nyaman. Rumah makan yang tergolong baik jika rumah makan tersebut memiliki
ventilasi yang besar sehinngga memungkinkan terjadinya sirkulasi yang baik
sehingga tidak menimbulkan bibit penyakit.
Selain itu kondisi
tempat memasak (dapur) dengan saluran air juga mendukung kondisi tersebut agar
tidak terjadi tumpukan sampah yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya dan
dapat mencemari aliran air karena sisa makanan yang tertumpuk di saluran kamar
mandi akan tersumbat.
Berdasarkan
survei yang telah dilakukan bahwa rumah makan tersebut tidak menggunakan asbes
sebagai pelapis atap rumah tersebut jika dalam kondisi yang sangat terik maka suhu di dalam rumah akan
terasa panas bila dibandingkan dengan rumah yang menggunakan asbes. Hal ini
terjadi karena asbes dapat menyerap sinar matahari dan mengurangi pencahayaan
secara langsung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Rumah
makan yang telah disurvei damp pada tiap bagian belum dikategorikan mengganggu
karena yang berada dibawah 20%
2.
Atap
rumah makan masih menggunakan seng sehingga cahaya matahari pada saat terik
akan terasa panas
3.
Jendela
rumah makan menggunakan jaring kawat sehingga ventilasi udaranya baik
4.
Kondisi
kamar mandi masih perlu diperhatikan karena pada umumnya kamar mandi berada
pada kondisi yang lembab
5.
Kelembaban
dapat terjadi karena air hujan, saluran air yang tidak baik, dan percikan cucian piring
Saran
Diharapkan para praktikan dapat lebih bekerjasama dalam
kegiatan survei dan memberikan partisipasinya dalam kegiatan ini serta lebih
kompak agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2010. http://www.smallcrab.com/kesehatan/619-syarat-syarat-rumah-sehat.
Diakses tanggal 13 Mei 2011.
Administrator.
2010. Rumah Idaman. http://www.administrator.rumah-idaman.
Diakses tanggal 13 Mei 2011.
Azwar,
Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : Mutiara.
Depkes
RI. 2000. Informasi Tentang ISPA pada
Balita. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Frinck,
Heinz. 1993. Ilmu Konstruksi Bangunan
2. Kanisius. Yogyakarta.
Gunawan,
Rudi dan FX Haryanto. 1982. Pedoman
Perencanaan Rumah Sehat. Yayasan Sarana Cipta. Yogyakarta
Juhana.
2001. Arsitektur dalam Kehidupan Masyarakat. Bendera: Semarang.
Modul.
2010. Rumah, Air, dan Pengolahan Limbah. Pe d o m a n Pe l a t ih Pe r m a k u
l t u r. Jakarta.
Pettit,
R.E., Taber, R.A., 1968. Factors
influencing aflatoxin accumulation in peanut kernels and the associated
mycoflora. Applied Microbiology 16,1230–1234.
Robens,
J., Cardwell, K.F., 2003. The costs of
mycotoxin management to the management of aflatoxins in the United States.
Journal of Toxicology.Toxin Reviews 22, 139–152. USA.
Russell,
T.E. 1982. Aflatoxins in cottonseed.
Univ. Ariz. Coop. Ext. Serv. Publ. Q422.
Russell,
T.E.,Watson, T.F., Ryan, G.F., 1976. Field
accumulation of aflatoxin in cottonseed as influenced by irrigation termination
dates and pink bollworm infestation. Applied and Environmental Microbiology
31, 711–713.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar