PENGUKURAN
KARBON TERSIMPAN DI BERBAGAI MACAM PENGGUNAAN LAHAN
Bagian
Perencanaan Kehutanan – Departemen Manajemen Hutan
I.
Mengapa C tersimpan perlu diukur ?
Konsentrasi GRK di atmosfer meningkat
sebagai akibat adanya
pengelolaan lahan yg kurang tepat, antara lain :
1. Adanya pembakaran vegetasi hutan dalam skala luas
2. Adanya pengeringan lahan
gambut.
3. Kebakaran
hutan dan lahan serta gangguan lahan.
Indonesia
menduduki urutan ketiga negara penghasil
emisi CO2 terbesar di
dunia,dibawah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang
dihasilkan mencapai dua miliar ton CO2 per tahunnya / menyumbang 10%
dari emisi CO2 di dunia (Wetland International, 2006).
Hutan alam merupakan penyimpan karbon (C)
tertinggi bila dibandingkan dgn sistem
penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yg tinggi, dgn
tumbuhan bawah & seresah di permukaan tanah yg banyak.
Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas
asam arang (CO2) yg diserap dari udara serta air dan hara yg diserap
dari dlm tanah utk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO2
di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian
disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah.
Skematis
pohon sbg penyerap CO2 melalui
proses fotosintesis (dimodifikasi dari http://www.doga.metu.edu.tr/yeeproject/photosynthesis.jpg
dan http://shs.starkville .k12.ms.us /~kb1/images/photosynthesis.gif )
Proses penimbunan C dlm
tubuh tanaman hidup dinama-kan proses sekuestrasi
(C-sequestration). Pengukuran jumlah C
yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan dpt
menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian
tumbuhan yang telah mati (nekromasa)
secara tidak langsung menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke
udara lewat pembakaran.
Hutan alam dengan keragaman jenis pohon dan serasah merupakan gudang penyimpan C tertinggi (baik
di atas maupun di dalam tanah). Hutan juga melepaskan CO2 ke udara
lewat respirasi dan dekomposisi
(pelapukan) seresah, namun pelepasannya terjadi secara bertahap, tidak sebesar
bila ada pembakaran yang melepaskan CO2 sekaligus
dalam jumlah yang besar.
Bila hutan diubah
fungsinya menjadi lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan maka jumlah C tersimpan akan merosot. Berkenaan dengan upaya pengembangan lingkungan bersih, maka jumlah CO2
di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah serapan CO2
oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan (emisi) CO2 ke
udara serendah mungkin. Jumlah ‘C
tersimpan’ dalam setiap penggunaan
lahan tanaman, seresah dan tanah, biasanya disebut juga sebagai ‘cadangan C’.
Jumlah C yg tersimpan pd
setiap penggunaan lahan berbeda-beda, tergantung kpd keragaman & kerapatan, jenis
tanah serta cara pengelolaannya. Untuk itu pengukuran banyaknya C yang ditimbun dalam setiap
lahan perlu dilakukan.
II.
Apa saja yang diukur ?
Pada pengukuran jumlah C tersimpan di tingkat
global ataupun kawasan dibutuhkan beberapa informasi C tersimpan di tingkat lahan (plot), yaitu:
(1) Banyaknya C tersimpan (kuantitatif) yang ada saat ini, baik di atas maupun di dalam tanah, yang dapat mewakili salah satu
sistem penutupan lahan sebagai bagian dari suatu sistem penggunaan lahan.
(2) Banyaknya C tersimpan rata-rata per siklus tanam (time-averaged C stock) dari setiap sistem penggunaan lahan.
Dari kedua macam data pengukuran
tersebut, maka dapat dilakukan ekstrapolasi besarnya C tersimpan di tingkat
kawasan ataupun global.
Karbon tersimpan di daratan
Pada ekosistem daratan, C tersimpan dlm 3
komponen pokok :
- Biomasa: masa dari bagian vegetasi yg masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah/ gulma & tanaman semusim
- Nekromasa: masa dari bagian pohon yg telah mati baik yg masih tegak di lahan (batang/tunggul pohon), atau telah tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak/ranting dan daun-daun gugur (seresah) yg belum terlapuk.
- Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami Karbon tersimpan di daratan pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen C
tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
A. Karbon di atas permukaan tanah, meliputi:
- Biomassa pohon. Proporsi terbesar penyimpanan C di daratan umumnya terdapat pada komponen pohon. Utk mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomasa pohon dpt diestimasi dengan menggunakan persamaan alometrik yg didasarkan pd pengukuran diameter batang.
- Biomassa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi: semak belukar yg berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan).
- Nekromassa. Batang pohon mati baik yg masih tegak/ telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yg merupakan komponen penting dari C dan harus diukur pula agar diperoleh estimasi penyimpanan C yg akurat.
- Seresah. Seresah meliputi bagian tanaman yg telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yg terletak di permukaan tanah.
B. Karbon di dalam tanah, meliputi:
- Biomassa akar. Akar mentransfer C dalam jumlah besar langsung ke dlm tanah, dan keberadaannya dlm tanah bisa cukup lama. Pd tanah hutan biomasa akar lebih didominasi oleh akar-akar besar (diameter >2 mm), sedangkan pd tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-akar halus yg lbh pendek daur hidupnya. Biomasa akar dapat pula diestimasi berdasar-kan diameter akar proksimal, sama dgn cara utk mengesti-masi biomasa pohon yg didasarkan pd diameter batang.
- Bahan organik tanah. Sisa tanaman, hewan dan manusia yg ada di permukaan dan di dlm tanah, sebagian atau seluruhnya dirombak oleh organisma tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah.
Teknik Pengukuran di Lapangan Kandungan Karbon di Atas
Permukaan Tanah
Untuk memperoleh data
kandungan karbon bagian atas permukaan tanah
(above ground) dilakukan pengukuran di lapangan dengan membuat
Petak Contoh Pengukuran (PCP) berdasarkan tipe penutupan vegetasi. Sedangkan data yang dikumpulkan pada tiap PCP
diperoleh berdasarkan metode seperti yang tercantum.Untuk menduga biomasa tipe
penutupan vegetasi pohon dipakai metoda tidak langsung dengan menggunakan
persamaan alometrik yang sudah ada, sedangkan untuk tipe penutupan vegetasi non
pohon digunakan metode pengukuran langsung
dengan cara memanen.
Bentuk PCP adalah empat persegi panjang
dengan prinsip keterwakilan, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan ukuran
vegetasi maka ukuran PCP juga semakin besar, sebaliknya semakin rendah tingkat
pertumbuhan vegetasi ukuran PCP semakin kecil.
Sehingga ukuran PCP untuk masing-masing tipe dan tingkat penutupan
vegetasi adalah sebagai berikut:
Tipe penutupan vegetasi pohon ukuran PCP yaitu 20 m x 50 m (luas 0,1 ha)
Tipe penutupan vegetasi non pohon
bervariasi sebagai berikut :
Belukar, ukuran PCP yaitu 10m x 10 m
Semak, ukuran PCP yaitu 5 m x 5 m
Padang rumput, ukuran PCP yaitu 2 m x 2 m
Ladang, ukuran PCP yaitu 5 m x 5 m
Tanah kosong, ukuran PCP yaitu 2 m x 2 m
Untuk keperluan keterwakilan pengambilan
contoh dari setiap tipe penutupan vegetasi, maka dibuat 1 PCP.
Data yang dikumpulkan dari setiap PCP
tergantung pada metode pendekatan pendugaan biomasa yang digunakan. Untuk tipe penutupan vegetasi pohon, data
yang dikumpulkan adalah jenis pohon dan diameter pohon untuk semua pohon yang
berdiameter 10 cm keatas. Pohon-pohon
ini ditandai melingkar dengan cat berwarna kuning dan masing-masing dinomori
untuk memudahkan pengukuran berikutnya. Kondisi lapangan dan bentuk batang
pohon yang tumbuh di atasnya kemungkinan tidak beraturan dengan melakukan
antisipasi cara-cara mengatasinya sehingga dalam melakukan pengukuran tetap
konsisten antara plot satu dengan plot yang lain. Gambar 1a. memperlihatkan cara penentuan
posisi pengukuran diameter pada medan atau bentuk lapangan yang berbeda. Sedangkan Gambar 1b.. menunjukkan cara yang
benar dalam mengukur lingkar batang dengan menggunakan pita ukur.
Sedangkan untuk tipe penutupan non pohon,
data yang dikumpulkan adalah berat basah, semua bagian tumbuhan di atas
permukaan tanah dan berat kering bagian tumbuhan di atas permukaan tanah. Berat basah diperoleh dengan cara memanen dan
menimbang semua bagian tumbuhan di lapangan, sedangkan berat kering diperoleh
dengan mengambil berat basah contoh di lapangan dan berat kering oven di
laboratorium.
Untuk PCP tipe
penutupan vegetasi berbentuk pohon perlu dibuat petak permanen, sehingga dapat
dipetakan posisi PCP, batas petak PCP dibuat permanen, semua pohon berdiameter
10 cm keatas diberi nomor dan batas pengukuran diameter pohon diberi tanda
permanen dengan cat berwarna kuning. Untuk pencatatan di lapangan
digunakan 5 macam tally sheet mencakup informasi tentang uraian atau
deskripsi tapak, kondisi fisik tapak atau areal pengamatan, kandungan karbon
bagian atas permukaan, kandungan karbon pada tanah, serta informasi pendukung
lainnya seperti jarak tempuh dari tempat yang pasti (diketahui), kondisi
sekitar tapak, koordinat GPS, struktur vegetasi selain informasi lainnya
seperti jumlah sampel, tanggal, lokasi, pencatat, dan lain-lain. Pada data tally
sheet untuk pencatatan kandungan karbon, dimasukkan juga deskripsi dari
sub-plot, kuadran, tinggi pengukuran (khususnya untuk pohon yang berbatang
tidak silindris). Lokasi plot contoh
untuk pengukuran biomasa dan karbon bagian atas serta bagian bawah ditentukan
secara acak berdasarkan tipe penutupan lahan atau penggunaan lahan didalam
wilayah kajian. Pencatatan juga
dilakukan terhadap lingkar atau diameter, tinggi pohon dan koleksi herbarium
untuk menentukan nama ilmiah. Hasil pengamatan lapangan ditabulasikan didalam
lembar pengamatan.
Pengukuran Kandungan Karbon Tanaman Pohon di wilayah Buffer Zone
Teknik
pengumpulan data untuk pendugaan kandungan karbon tanaman oleh kelompok tani di
daerah buffer zone TNKS, Sumsel , sama dengan teknik pengukuran
biomassa/kandungan karbon non hutan yaitu dengan pengukuran langsung. Setiap
jenis tanaman yang ditanam diambil minimal satu batang sesuai keseragaman
tanaman. Tanaman contoh yang dipanen mewakili rata-rata tinggi dan diameter
batang keseluruhan jenis, jika keragaman pertumbuhan tanaman tinggi, diambil
tanaman yang mewakili kategori rendah, sedang dan tinggi.
Setiap tanaman
contoh yang diambil dipotong dan dipisahkan beradasarkan bagian tanaman :
batang, cabang, ranting dan daun. Bagian
tanaman tersebut ditimbang untuk mendapatkan bobot basah (BB), jika bagian
tanaman tersebut mempunyai bobot kurang dari 1 kg, maka semua bagian dari BB
tersebut dijadikan contoh untuk mendapatkan bobot kering (BK). Jika BB lebih dari 1 kg dilakukan pengambilan
Berat Basah Contoh (BBC) untuk mendapatkan data Berat Kering Contoh (BKC).
Bobot basah
(BB) diperoleh dengan cara memanen dan menimbang semua bagian tumbuhan di
lapangan, sedangkan berat kering (BK) diperoleh dengan mengambil berat basah
contoh di lapangan dan berat kering oven di laboratorium.
1.3. Perhitungan Pendugaan Kandungan
Karbon Atas Permukaan
a.
Perhitungan Kandungan Karbon Hutan
Untuk pendugaan kandungan karbon atas
permukaan tipe vegetasi hutan digunakan persamaan al`ometrik berdasarkan Buku
Panduan Petunjuk Lapangan Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan Gambut (CCFPI,
2004) yaitu:
W = BJ 0,19 D 2,37
Dimana :
BJ =
berat jenis kayu (g/cm3)
W =
biomassa kering pohon (kg)
D =
diameter pohon setinggi dada (cm)
Berat jenis kayu rata-rata berkisar
antara 0,53 – 0,71 g/cc, jika jenis/spesies yang ditemui di lapangan tidak
memiliki data BJ, maka pendugaan biomasa tidak perlu dikalikan dengan berat
jenis, karena pada prinsipnya rumus ini adalah pendugaan biomasa kering.
Selanjutnya, cadangan atau kandungan
karbon (C dalam kg) diduga dengan mengalikan biomasa dengan faktor konversi
(Murdiyarso, 2002) sebagai berikut:
C = 0,5 W
Dimana :
W =
Biomasa pohon (Kg)
b. Perhitungan Kandungan Karbon Non Hutan
Termasuk
dalam kategori non hutan adalah komunitas tumbuhan yang tergolong pada tipe
penutupan vegetasi alami : semak, belukar, padang rumput, dan vegetasi
budidaya tanaman karet, ladang, tanah kosong.
Pendugaan untuk ketegori non
hutan ini menggunakan rumus berikut :
BKc
BK t =
--------- x BBt
BBc
Dimana :
BKt = Biomasa Kering total (kg)
BBt = Biomasa Basah total (kg)
BBc = Biomasa Basah contoh (kg)
BKc = Biomasa Kering contoh (kg)
3. Bagaimana cara mengukur karbon
tersimpan?
Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan
lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri dari
waktu ke waktu. Ada 3 tahap pengukuran yaitu:
1. Mengukur
biomasa semua tanaman dan nekromasa yang ada pada suatu lahan
2. Mengukur konsentrasi C tanaman di
laboratorium
3. Menghitung kandungan C yang disimpan
pada suatu lahan
Pengukuran dapat dilakukan TANPA
MELIBATKAN PERUSAKAN (misalnya menebang
pohon), tetapi bisa pula harus MERUSAK TANAMAN, terutama pada tanaman semusim dan perdu.
Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran
dapat dilihat dalam Box 1.
3.1. Mengukur biomasa tanaman
Tentukan terlebih dahulu jenis penggunaan
lahan yg akan diukur, mulai dari yg tertutup rapat (hutan alami), sedang (kebun
campuran atau agroforestri) hingga terbuka (lahan pertanian semusim). Pada
dasarnya pengukuran biomasa tanaman pada
setiap lahan, melibatkan 3 tahap kegiatan:
1. Membuat plot contoh pengukuran
(transek pengukuran)
2. Mengukur biomasa pohon
3. Mengukur biomasa tumbuhan bawah
Penyimpanan C dalam biomasa tanaman yaitu:
pepohonan dan tumbuhan bawah di lahan hutan dan agroforestri
Penyimpanan
C dalam nekromasa kayu dan ranting, arang, serasah daun dan bahan organik serta
bahan organik tanah.
Box 1. Alat-alat yang dibutuhkan untuk
pengukuran biomasa
a. Pita
ukur (meteran) berukuran panjang 50 m
b.Tali
rafia berukuran panjang 100 m dan 20 m atau 20 m dan 5 m tergantung
ukuran plot yang akan dibuat
c. Tongkat
kayu/bambu sepanjang 2.5 m untuk mengukur
lebar SUB PLOT ke sebelah kiri dan kanan dari garis tengah, atau 10 m untuk
PLOT BESAR
d.Tongkat
kayu/bambu sepanjang 1.3 m untuk memberi tanda pada pohon yang akan diukur diameternya
e.Tongkat
kayu sepanjang 1 m untuk tanda apabila plot tersebut akan dijadikan plot
permanen.
f.Pita
ukur (meteran) berukuran minimal 5 m untuk mengukur lilit batang atau jangka
sorong untuk mengukur diameter pohon ukuran kecil.
g.Parang
atau gunting tanaman
h.Spidol
warna biru atau hitam
i. Alat
pengukur tinggi pohon (Hagameter, Clinometer
atau alat pengukuran lainnya)
j. Tallysheet pengamatan
3.1.1.
Membuat plot contoh pengukuran
Buatlah plot contoh pengukuran pada
setiap hektar sistem penggunaan lahan yang dipilih:
a. Untuk lahan hutan: buatlah plot
berukuran 5 m x 40 m = 200 m2 (disebut SUB PLOT). Pilihlah SUB PLOT pada lokasi yang kondisi vegetasinya
seragam. Hindari tempat-tempat yang
terlalu rapat atau terlalu jarang
vegetasinya.
- Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi lahan tidak seragam (misalnya kondisi vegetasi dan tanahnya beragam), satu SUB PLOT mewakili satu kondisi.
- Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi tanahnya berlereng, buatlah satu SUB PLOT di setiap bagian lereng (atas, tengah dan lereng bawah).
b. Beri tanda dengan tali pada keempat sudut SUB PLOT.
Foto 2.
Pembuatan SUB-PLOT pengukuran penyimpanan
C pada sistem agroforestri berbasis kopi, (1 dan 2) Pengukuran SUB-PLOT 5 m x
40 m, (2) Pembuatan siku SUB-PLOT, (3) Pemberian patok di sudut plot sebagai tanda bila plot akan dijadikan plot permanen.
c. Perbesar
ukuran SUB PLOT bila dalam lahan yang diamati terdapat pohon besar (diameter
batang > 30 cm) menjadi 20 m x 100 m = 2000 m2 (disebut PLOT
BESAR).
- Untuk sistem agroforestri atau perkebunan yang memiliki jarak tanam antar pohon cukup lebar, buatlah SUB PLOT BESAR ukuran 20 m x 100 m = 2000 m2.
- Tentukan minimal 6 TITIK CONTOH pada setiap SUB PLOT untuk pengambilan contoh tumbuhan bawah, seresah dan tanah; setiap titik berukuran 0.5 m x 0.5 m = 0.25 m2.
SUB-PLOT contoh
untuk pengukuran biomasa dan nekromasa
3.1.2. Mengukur biomasa pohon
Pengukuran biomasa pohon dilakukan dgn
cara 'non destructive' (tdk merusak bagian tanaman). Diperlukan 2 orang
tenaga krj utk pengukuran
a. Bagilah
SUB PLOT menjadi 2 bagian, dengan memasang
tali di bagian tengah shg ada SUBSUB PLOT,
masing-masing berukuran 2.5m x 40m
b. Catat
nama setiap pohon, dan ukurlah diameter batang setinggi dada (dbh = diameter
at breast height = 1.3 m dari permukaan tanah)
semua pohon yang masuk dalam SUB-SUB PLOT
sebelah kiri dan kanan. Lakukan pengukuran dbh
hanya pada pohon berdiameter 5 cm hingga
30 cm. Pohon dengan dbh <5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan
bawah. Bawalah tongkat kayu ukuran panjang 1.3 m, letakkan tegak lurus permukaan tanah di dekat pohon yang akan diukur (Gambar
3), berilah tanda goresan pada batang pohon. Bila permukaan tanah di lapangan dan bentuk
pohon tidak rata, maka penentuan titik pengukuran dbh pohon dapat dilihat dalam Box 2.
c. Lilitkan
pita pengukur pada batang pohon, dengan posisi pita harus sejajar untuk semua
arah (Gambar 4A), sehingga data yang diperoleh adalah lingkar/lilit
batang (keliling batang = 2 p r) BUKAN diameter. Bila
diameter pohon berukuran antara 5-20 cm,
gunakan jangka sorong (calliper) untuk mengukur dbh (Gambar 4B),
data yang diperoleh adalah diameter pohon.
d. Perhatikan,
cara melilitkan pita harus sejajar (lihat Foto 4).
e. Catatlah
lilit batang atau diameter batang dari setiap pohon yang diamati pada blanko pengamatan yang telah disiapkan (Tabel 1).
- Khusus untuk pohon-pohon yang batangnya rendah dan bercabang banyak, misalnya pohon kopi yang dipangkas secara regular, maka ukurlah semua diameter semua cabang. Bila pada SUB PLOT terdapat tanaman tidak berkeping dua (dycotile) seperti bambu dan pisang, maka ukurlah diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap rumpun tanaman. Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman jenis palem lainnya.
- Di lapangan kadang-kadang dijumpai beberapa penyimpangan kondisi percabangan pohon atau permukaan batang pohon yang bergelombang atau adanya banir pohon, maka cara penentuan dbh dapat dilakukan seperti pada Box 2 dan Box 3.
- Bila terdapat tunggul bekas tebangan yang masih hidup dengan tinggi > 50 cm dan diameter > 5 cm, maka ukurlah diameter batang dan tingginya (lihat Box 5).
- Tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing-masing jenis pohon dengan jalan memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven, pada suhu 100oC selama 48 jam dan timbang berat keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan rumus sbb:
Volume (cm3) = p R2 T
Di mana : R = jari-jari potongan kayu
= ½ x
Diameter (cm)
T = panjang
kayu (cm)
Pengukuran diameter batang (dbh) pohon:
(1) pengukuran dbh pohon besar di hutan,
(2) pengukuran dbh pohon bercabang, percabangan terjadi pada
ketinggian <1.3 m dari permukaan
tanah,
(3) pengukuran diameter
batang pohon kelapa
Pengukuran dbh
pohon yang benar dan salah
Cara penentuan titik pengukuran dbh batang pohon bergelombang atau bercabang rendah.
Cara pengukuran lilit batang pohon menggunakan pita pengukur (A), tampak atas pengukuran
dbh pohon menggunakan jangka sorong (B)
(Weyerhaeuser dan Tennigkeit, 2000)
Skematis cara menentukan
ketinggian pengukuran dbh batang pohon yang tidak beraturan bentuknya
(Weyerhaeuser dan Tennigkeit, 2000).
Keterangan :
a. Pohon
pada lahan berlereng, letakkan ujung tongkat 1.3 m pada lereng bagian atas.
b.
Pohon
bercabang sblm ketinggian 1.3 m, maka
ukurlah dbh semua cabang yg ada.
c. Bila
pada ketinggian 1.3 m terdapat benjolan, maka lakukanlah pengukuran dbh pada 0.5 m setelah benjolan.
d. Bila
pada ketinggian 1.3 m terdapat banir (batas akar
papan) maka lakukan pengukuran dbh pada 0.5 m setelah banir. Namun bila banir
tersebut mencapai ketinggian > 3 m, maka diameter batang diestimasi (lihat
Box 4)
e. Bila
pada ketinggian 1.3 terdapat akar-akar tunjang, maka lakukan pengukuran pada 0.5 m setelah perakaran
Box 3. Estimasi diameter pohon berbanir tinggi
Bila
di lapangan dijumpai cabang pohon terletak dekat titik setinggi 1.3 m, geserlah
titik pengukuran dbh 0.5 m di atas titik percabangan (Foto 5.1). Bila letak batas
banir pohon cukup tinggi > 3 m (Foto 5.2) maka pengukuran dbh memer-lukan
tangga yang cukup panjang, JANGAN PANJAT POHON cara
tersebut berbahaya. Untuk itu lakukan dengan cara lain (lihat Box 4)
Box 4. Estimasi diameter pohon berbanir tinggi
a. Ukurlah
panjang lengan anda (L1 , m), lihat gambar skematis 5
b.Berdirilah di depan pohon yang akan diukur, pandangan
mata lurus ke batang pohon di atas banir
c. Ukurlah
jarak tempat anda berdiri dengan batang pohon (L2 , m)
d. Ukurlah
diameter batang pohon (D, m) dengan menggeserkan jangka sorong, catatlah
diameter bacaan yang diperoleh (D b)
e. Hitunglah diameter dgn rumus:
Box 5. Cara pengukuran diameter tunggul pohon
a. Bila ditemukan tunggul tanpa tunas
(trubus), lakukan pengukuran diameter dan tinggi tunggul
b. Bila pada tunggul terdapat
cabang-cabang hidup, maka ukurlah masing-masing cabang yang berdiameter > 5
cm saja.
c.Bila pada tunggul terdapat tunas baru dengan diameter cabang < 5 cm, maka lakukan pengukuran diameter dan tinggi tunggul saja. Potonglah
cabang-cabang kecil tersebut, kumpulkan
dan timbang berat basahnya. Ambil contoh cabang, masukkan dalam oven pada suhu 80 oC selama 2 hari, timbang berat keringnya.
Gambar 6. Berbagai cara pengukuran
tonggak tanaman hidup.
Catatan : Apabila pohon merupakan jenis komersial bernilai ekonomi tinggi, maka ambil 2-3 cabang saja,
tentukan berat basah dan berat keringnya.
Hitung jumlah cabang yang tumbuh pada tunggul, sehingga berat total
cabang bisa diestimasi.
Pengolahan Data
1. Hitunglah
biomasa pohon menggunakan persamaan alometrik yg telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya (Tabel 2) yg pengukurannya diawali dgn
penebangan dan penimbangan beberapa
pohon. Persamaan alometrik utk jenis-jenis pohon lainnya dpt dilihat dalam Tabel Lampiran 1, 2 dan 3.
2. Jumlahkan
biomasa semua pohon yang ada pada suatu
lahan, baik yang ukuran besar maupun yang kecil, sehingga diperoleh total
biomasa pohon per lahan (kg/luasan lahan).
Contoh 1. : Apabila dalam satu plot contoh ditemukan 5 pohon besar (diameter > 30 cm) dan 5 pohon ukuran sedang (diameter
5-30 cm), maka perhitungan dilakukan sbb :
- Menghitung biomasa pohon besar (Tabel 1A). Misalnya diameter pohon 1 = 40 cm; pohon 2 = 45 cm; pohon 3 = 50 cm; pohon 4 = 80 cm dan pohon 5 = 100 cm. BJ kayu rata- rata = 0.7 g cm-3 , maka lakukan penghitungan sbb:
Pohon 1 : BK1 = 0.11
x 0.7 x 402.62
= 1213.1 kg
Pohon 2 : BK2 = 0.11 x 0.7 x 452.62 = 1651.6 kg
Pohon 3 : BK3 = 0.11
x 0.7 x 502.62 = 2176.7 kg
Pohon 4 : BK4 = 0.11
x 0.7 x 802.62 = 7457.4 kg
Pohon 5 : BK5 = 0.11
x 0.7 x 1002.62 = 13381.1 kg
Total
biomasa pohon besar = BK1+BK2+BK3+BK4+BK5 = 25879.8 kg
Luas
plot pohon besar adalah 20 m x 100 m = 2000 m2
Maka biomasa
pohon besar per luasan = 25879.8 kg/2000 m2
=12.9 kg/m = 129 ton/ha
3.1.3. Mengukur biomasa
tumbuhan bawah ('understorey')
Pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah harus dilakukan
dengan metode 'destructive' (merusak bagian tanaman). Tumbuhan bawah yang
diambil sebagai contoh adalah semua tumbuhan hidup berupa pohon yang berdiameter < 5 cm, herba dan rumput-rumputan.
Alat-alat yang dibutuhkan dapat
dilihat dalam Box 6.
Box 6. Alat-alat yang dibutuhkan untuk
mengambil contoh tumbuhan bawah, seresah dan tanah
- alumi-nium, berukuran 0.5 m x 0.5 m (Gambar 7)
- Pisau atau gunting rumput
- Timbangan berkapasitas 10 kg dengan ketepatan 10 g utk menimbang berat basah contoh dan timbangan berkapasitas 1 kg dgn ketepatan 0.1 g utk menimbang sub-contoh
- Spidol permanen
- Kantong plastik
- Kantong kertas semen
- Ayakan dengan ukuran lubang 2 mm
- Nampan
- Ember
- Kuadran baja
- Palu besar
Cara pengambilan contoh tumbuhan bawah (understorey‘)
- Tempatkan kuadran bam-bu, kayu atau aluminium di dalam SUB PLOT (5 m x 40 m) secara acak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.
- Potong semua tumbuhan bawah (pohon berdiame-ter < 5 cm, herba dan rumbut-rumputan) yg ter-dpt di dlm kuadran, pisah-kan antara daun & batang
- Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai dengan kode TITIK CONTOHnya
- Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi tumbuhan bawah yg diambil dari satu plot. Masukkan dlm karung besar utk mempermu-dah pengangkutan ke kamp/laboratorium.
- Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dlm blangko (Tabel 3)
- Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomasa daun dan batang sekitar 100-300g. Bila biomasa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang semuanya dan jadikan sebagai subcontoh.
- Keringkan sub-contoh biomasa tanaman yang telah diambil dalam oven pada suhu 80 0C selama 2 x 24 jam. Timbang berat keringnya dan catat dalam blanko
3.1. Mengukur biomasa tanaman
Tentukan terlebih dahulu jenis penggunaan
lahan yg akan diukur, mulai dari yg tertutup rapat (hutan alami), sedang (kebun
campuran atau agroforestri) hingga terbuka (lahan pertanian semusim). Pada
dasarnya pengukuran biomasa tanaman pada
setiap lahan, melibatkan 3 tahap kegiatan:
1. Membuat plot contoh pengukuran
(transek pengukuran)
2. Mengukur biomasa pohon
3. Mengukur biomasa tumbuhan bawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar