H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 13 Maret 2024

Hening Dalam Perenungan

 

HENING DALAM PERENUNGAN 

Bilangan 19-20 , 11 Maret 2024


Hari ini, Senin, tanggal 11 Maret 2024, saudara-saudara kita umat Hindu Dharma sedang merayakan perayaan Nyepi, yang dilaksanakan setiap mereka memasuki tahun baru caka. Umumnya umat Hindu Dharma keturunan Bali akan melaksanakan Nyepi dengan melaksanakan tapa brata penyepian, yang terdiri dari empat pantangan atau larangan, dimulai dari jam 6 pagi ke jam 6 pagi keesokan harinya pada tanggal 1 bulan ke-10 tahun caka, yaitu : amati geni (tidak menyalakan api/penerangan), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mengumbar nafsu atau kesenangan duniawi).

Selama bertahun-tahun tinggal dan berdomisili di Bali, saya sekeluarga selalu menikmati momen Nyepi sebagai bentuk penghormatan dan toleransi antar umat beragama di Bali. Namun, ada hal yang menarik dari Nyepi, yaitu saya sekeluarga dapat menikmati momen keheningan total, tanpa ada polusi asap kendaraan bermotor dan polusi suara, termasuk juga polusi cahaya. Kami dapat menikmati alam Bali, meskipun di perkotaan, yang begitu hening, udara segar tanpa asap kendaraan dan langit malam yang cerah bertaburan bintang.

Meskipun kita tidak ikut melaksanakan ritual Nyepi, namun ada hal penting yang bisa kita praktekkan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, yaitu memiliki saat hening, atau yang sering kita sebut dengan istilah “saat teduh”. Bacaan Alkitab kita hari ini di Mazmur 90, adalah Mazmur yang ditulis oleh Musa, salah satu tokoh pahlawan Alkitab dan tokoh penting bagi bangsa Israel. Dalam kepadatan dan hiruk pikuk Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, yang ia jalani setelah ia berumur 80 tahun, ternyata Musa mempunyai saat heningnya dengan Tuhan. Ia datang menghadap Tuhan dengan segala kerendahan hati, dimulai dari menyebut dirinya sebagai seorang abdi Allah (ayat 1). Dalam heningnya ia merenungkan keberadaan manusia sebagai salah satu dari begitu banyak ciptaan Tuhan lainnya yang ajaib. Ia juga merenungkan juga betapa rapuhnya manusia di hadapan Tuhan, bagaikan rumput yang cepat berkembang tapi cepat pula layu. Ia menyadari ternyata hidup yang ia jalani selama puluhan tahun tidak ada arti dan sangat rapuh.

Terkadang kita begitu sibuk, entah dalam pekerjaan, pelayanan, rumah tangga, pertemanan, hobi, atau hal-hal lainnya. Begitu sibuknya kita sampai-sampai kita tidak memiliki waktu untuk duduk diam, berteduh dalam hadirat Tuhan, dan mulai merenungkan bahwa begitu rapuhnya hidup kita, serta betapa luar biasanya Tuhan yang kita sembah. Ia yang Maha Mulia dan bertakhta di surga, mau turun untuk kita yang hina ini. Ia yang Maha Kuasa, tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun. Ada begitu banyak hal lainnya dapat kita renungkan dan syukuri, namun ternyata selama ini tidak kita sadari dan syukuri. Anda tidak perlu menunggu hari raya Nyepi, sebab kapanpun Anda bisa berhenti sejenak dari segala hiruk pikuk kehidupan ini, duduk diam dalam hadirat Tuhan dan mulai merenungkan hari-hari dalam perjalanan hidup kita bersamaNya. Maka mulut kita akan penuh dengan ucapan syukur, betapa baiknya Tuhan selama ini bagi kita, dan kita akan mengerti bagaimana kita akan melangkah di masa depan. Amin. (YMH)

 

Questions :

1. Menurut Anda, apa yang membuat Musa menulis Mazmur 90 ?

2. Manfaat apa yang Anda peroleh ketika Anda merenungkan hari-hari dalam perjalanan hidup Anda bersama dengan Tuhan ?

 

Values :

Perenungan kita mengenai perjalanan hidup bersama dengan Tuhan akan membuat kita mampu membuat keputusan-keputusan yang bijaksana.

 

 

“Ajarlah kami menghitung hari-hari sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12)”

 

 

Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripadaNyalah keselamatanku (Mazmur 62:1).






2 komentar:

  1. Terkadang kita begitu sibuk, entah dalam pekerjaan, pelayanan, rumah tangga, pertemanan, hobi, atau hal-hal lainnya. Begitu sibuknya kita sampai-sampai kita tidak memiliki waktu untuk duduk diam, berteduh dalam hadirat Tuhan.

    BalasHapus
  2. “Ajarlah kami menghitung hari-hari sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12)”

    BalasHapus