H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 15 November 2011

Pengertian Ordinansi Pada Hutan


ORDINASI TEGAKAN HUTAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan hujan tropika merupakan jenis nabatah yang paling subur. Hutan jenis ini terdapat di wilayah baruh tropika atau di dekat wilayah tropika di bumi ini, yang menerima curah hujan berlimpah sekitar 2000-4000 mm setahunnya. Suhunya tinggi (sekitar 25-26oC) dan seragam, dengan kelembaban rata-rata sekitar 80 persen. Kompinen dasar hutan itu adalah pohon tinggi dengan tinggi maksimum rata-rata sekitar 30 m. tajuk pepohonan itu sering dapat dikenali karena terdiri dari tiga lapis. Pepohonan itu tergabung dengan tumbuhan terna, perambat, epifit, pencekik, saprofit, dan parasit. Berbunga, berbuah, dan luruhnya daun serta bergantinya daun sering berlangsung bersinambung sepanjang tahun dengan spesies berlainan yang terlibat pada waktu yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pohon secara individu dalam hutan itu mungkin saja gundul setiap waktu. Hutan hujan tropika itu merupakan contoh ideal corak khas nabatah tropika yang berlawanan dengan nabatah iklim sedang.
            Salah saru corak yang menonjol adalah sebagian besar tumbuhannya mengandung kayu. Hanya beberapa jenis epifit dan sebagian kecil tumbuhan teduhan saja yang bersifat terna. Beberapa framilu tumbuhan yang anggotanya dalam iklim sedang semuanya bersifat terna, misalnya Rubiaceae, dalam hutan hujan tropika mereka berupa pohon.
            Corak lain ialah bahwa hutan hujan kaya akan berbagai spesies. Sementara di hutan iklim sedang pepohonan yang paling umum termasuk dalam satu atau beberapa spesies, ternyata di hutan hujan tropika dengan luas yanng sama mungkin mengandung sebanyak 300 spesies. Hutan yang demikian itu dinamakan hutan campuran; hanya di beberapa tempat saja terdapa hutan yang dikuasai spesies tunggal.
Keragaman yang besar dalam ketinggian pohon tercermin pada perlapisan tajuknya yang menjadi tiga atau ada kalanya dua lapis, selain dari lapisan semak dan terna. Keadaan ini khas bagi struktur hutan hujan tropika dan berbeda sekali dengan hutan iklim sedang. Rincian perlapisan pepohonan itu akan diberikan kemudian.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu grafik kecil yang menunjukan 19 poin-poin  penyebaran ruang. Masing-Masing titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada pola dalam hubungan. Apakah beberapa poin-poin (letak) dibagi bersama-sama; apakah yang lain kelihatan membentuk perkembangan kontinue dari sesuatu ekstrim ke lain (Irwanto. 2007).
            Praktikum ini bertujuan untuk menyusun tegakan ke dalam suatu susunan unidimensional atau multideimensional melalui metode ordinasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Ordinasi adalah suatu penyusunan tegakan (stand) ke dalam suatu susunan  unidimensional atau multidemensional. Dengan demikian, ordinasi merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan data contoh (sampling) menjadi lebih sederhana, menghemat ruang dan mudah dibaca. Setiap titik mewakili derajat similaritas dan disimilaritas (Barbour et al. 1987). 
Untuk mengetahui pola vegetasi yang dihubungkan dengan pola  lingkungan lebih cocok dengan menggunakan metode ordinasi, yaitu mencuplik seluruh tegakan yang mewakili. Melalui metode ordinasi memungkinkan dapat menunjukkan tegakan vegetasi dalam bentuk geometrik sedemikian rupa sehingga tegakan komunitas yang paling serupa berdasarkan komposisi jenis beserta kemelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan tegakan-tegakan lainnya yang berbeda akan muncul saling berjauhan               (Mueller- Dombois, 1974).
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi; melainkan, untuk menunjukkan suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Bray and Curtis,1957).
Tahap ordinasi yang pertama adalah untuk menyatakan persamaan antara dua letak di dalam jumlah tunggal, disebut koefisien komunitas (CC). Ada beberapa jalan untuk menghitung CC, tetapi pada dasarnya semua formula menunjukan, dalam beberapa cara, jumlah jenis yang bersama dari dua kuadrat. Suatu CC 100 mewakili identitas, sedang suatu CC bila 0 mewakili perbedaan sempurna. Karena variasi di dalam vegetasi dari satu ke lain tempat, bahkan dua releves atau beberapa plot dalam satu letak akan berpeluang tidak mempunyai suatu CC dari 100. Diantara dua plot dari asosiasi yang sama akan, bagaimanapun, menunjukkan suatu CC 50+. Ketika mengevaluasi data dengan metoda ordinasi, suatu matriks nilai-nilai CC disiapkan untuk tiap-tiap pasangan letak. Untuk letak n, akan menjadi (n) ( n- 1)/2 jumlah CC berbeda. Langkah yang kedua adalah menghitung suatu matriks perbedaan daripada persamaan. Masing-Masing pasangan letak mempunyai suatu index perbedaan UM yang sama sampai 100 - CC (Gambar 9-1(b)). Langkah yang ketiga adalah suatu transfer nilai ID ke suatu grafik. Ada beberapa jalan untuk membuat transfer dan beberapa memerlukan penggunaan komputer (Irwanto, 2007).
Di dalam metoda yang paling sederhana, disebut Ordinasi Polar, dua letak yang sangat berlainan dipilih sebagai titik akhir pada sebuah axis horisontal. Metode ordinasi yang paling sederhana adalah ordinasi polar, yaitu dengan  menentukan dua tegakan yang paling berbeda yang ditunjukkan oleh nilai indeks disimilaritas antara dua tegakan yang paling besar sebagai titik ujung pada absis horizontal. Dalam metode ordinasi diperlukan data kuantitatif yang merupakan nilai penting suatu jenis tumbuhan yang ditemukan dari penelitian. Nilai penting didapat dengan cara analisis vegetasi dari contoh yang diamati (Poole,  1974).

METODOLOGI

Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.      Ekosistem hutan atau data hasil analisis vegetasi dari tegakan berbeda
2.      Meteran, untuk membuat petak ukur di lapangan.
3.      Tali (nilon/rafia), untuk membuat pembatas petak ukur.
4.      Patok, untuk membuat petak ukur.
5.      Stoples
6.      Buku gambar
7.      Isolasi

Prosedur Praktikum
            Adapun prosedur pada praktikum ini adalah
1.      Lakukan perhitungan analisis ordinasi dari data analisis vegetasi hutan alam (Praktikum ke-7), yakni data dari 2 kelompok berbeda. Dalam praktikum ini, data tegakan yang digunakan adalah 9 plot yang dianggap sebagai tegakan tersendiri mengingat kondisi waktu yang terbatas. Perhitungan analisis ordinasi yang dilakukan meliputi:
2.      Pada setiap tegakan dihitung nilai penting masing-masing jenis
3.      Pembentukan matriks korelasi IS (indeks similaritas) dengan rumus   IS =(2W/[A+B]) x 100%, dimana W adalah nilai terkecil jenis umum yang terdapat pada dua tegakan yang diperbandingkan, A adalah jumlah total nilai para meter seluruh jenis pada tegakan A, B adalah jumlah total nilai parameter seluruh jenis pada tegakan B. Dari nilai perhitungan IS dihitung ID (indeks disimilaritas) dengan rumus ID = 100 – IS.
4.      Pembentukan axis X, Y, dan Z menurut Swan dan Dix, dan juga Newsome dan Dix.
5.      Gambar ordinasi axis X dari 9 tegakan
6.      Gambar ordinasi Y/X dari 9 tegakan

Analisis Data
a. Penentuan axis X dilakukan dengan cara:
1.      Menetapkan plot acuan pertama sebagai titik A dengan syarat (a) memiliki jumlah total ID terbesar, dan (b) harus mempunyai paling tidak 3 buah nilai ID ≤ 50
2.      Menentukan plot acuan kedua sebagai titik B dengan syarat (a) memiliki ID terbesar terhadap titik A, (b) harus mempunyai paling sedikit 3 buah nilai            ID ≤ 50
3.      Setelah titik A dan B diketahui, maka dapat diketahui nilai L yang merupakan nilai ketidaksamaan antara titik A (Plot 14) dan titik B (Plot 21), yakni sebesar 86 %.
4.      Menentukan posisi plot yang lain pada ordinat X
dimana dA adalah nilai ID sebuah plot terhadap titik A, dan dB adalah nilai ID suatu plot terhadap titik B.
b. Penentuan axis Y dilakukan dengan cara:
1.      Menentukan harga ex 2 dari masing-masing plot dengan rumus:
ex 2 = (dA)2 – X2
2.      Menentukan titik A’ atau plot acuan pertama ordinat Y dengan syarat (a) memiliki harga tertinggi ex2, (b) harus terletak dalam kisaran rata-rata 50% nilai tengah ordinat X, dan (c) memiliki paling sedikit 3 ID ≤ 50 %.
3.      Menentukan titik B’ sebagai plot acuan kedua ordinat Y, dengan syarat (a) harus sedekat mungkin dengan titik acuan pertama sepanjang ordinat X, (b) harus mempunyai ID terbesar terhadap titik A’, (c) harus memiliki sedikitnya 3 ID ≤ 50 %.
4.      Setelah titik A” dan B’ diketahui, maka dapat diketahui nilai ketidaksamaan kedua titik tersebut (L’).
5.      Menentukan posisi masing-masing plot terhadap ordinat Y




DAFTAR PUSTAKA

Barbour, M.G, J.A.Burk and W. D. Pitts. 1987 Terrestrial Plant Ecology. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.

Bray, J. R. & J.T. Curtis. 1957. Upland Forest Communities Of Southern Wisconsin. Ecol. 

Irwanto. 2007. Ordinasi. Diambil dari: www.irwantoshut.com.

Mueller-Dombois, D. & H. Ellenberg. 1974. Aims And Methods Of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons. New York.

 Poole, R.W. 1974. An Introduction To Quantitative Ecology. McGraw-Hill. New York.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar