ORDINASI
TEGAKAN HUTAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan hujan tropika merupakan jenis nabatah yang paling subur. Hutan
jenis ini terdapat di wilayah baruh tropika atau di dekat wilayah tropika di
bumi ini, yang menerima curah hujan berlimpah sekitar 2000-4000 mm setahunnya.
Suhunya tinggi (sekitar 25-26oC) dan seragam, dengan kelembaban
rata-rata sekitar 80 persen. Kompinen dasar hutan itu adalah pohon tinggi
dengan tinggi maksimum rata-rata sekitar 30 m. tajuk pepohonan itu sering dapat
dikenali karena terdiri dari tiga lapis. Pepohonan itu tergabung dengan
tumbuhan terna, perambat, epifit, pencekik, saprofit, dan parasit. Berbunga,
berbuah, dan luruhnya daun serta bergantinya daun sering berlangsung
bersinambung sepanjang tahun dengan spesies berlainan yang terlibat pada waktu
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pohon secara individu dalam hutan itu
mungkin saja gundul setiap waktu. Hutan hujan tropika itu merupakan contoh
ideal corak khas nabatah tropika yang berlawanan dengan nabatah iklim sedang.
Salah saru corak yang menonjol
adalah sebagian besar tumbuhannya mengandung kayu. Hanya beberapa jenis epifit
dan sebagian kecil tumbuhan teduhan saja yang bersifat terna. Beberapa framilu
tumbuhan yang anggotanya dalam iklim sedang semuanya bersifat terna, misalnya
Rubiaceae, dalam hutan hujan tropika mereka berupa pohon.
Corak lain ialah bahwa hutan hujan
kaya akan berbagai spesies. Sementara di hutan iklim sedang pepohonan yang
paling umum termasuk dalam satu atau beberapa spesies, ternyata di hutan hujan tropika
dengan luas yanng sama mungkin mengandung sebanyak 300 spesies. Hutan yang
demikian itu dinamakan hutan campuran; hanya di beberapa tempat saja terdapa
hutan yang dikuasai spesies tunggal.
Keragaman yang besar dalam ketinggian pohon tercermin pada perlapisan
tajuknya yang menjadi tiga atau ada kalanya dua lapis, selain dari lapisan
semak dan terna. Keadaan ini khas bagi struktur hutan hujan tropika dan berbeda
sekali dengan hutan iklim sedang. Rincian perlapisan pepohonan itu akan
diberikan kemudian.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih
sederhana, lebih sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Suatu
ordinasi data yang sama bisa menjadi satu grafik kecil yang menunjukan 19
poin-poin penyebaran ruang. Masing-Masing
titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin mewakili derajat tingkat
perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat jika ada
pola dalam hubungan. Apakah beberapa poin-poin (letak) dibagi bersama-sama;
apakah yang lain kelihatan membentuk perkembangan kontinue dari sesuatu ekstrim
ke lain (Irwanto. 2007).
Praktikum
ini bertujuan untuk menyusun tegakan ke dalam suatu susunan unidimensional atau
multideimensional melalui metode ordinasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Ordinasi adalah suatu
penyusunan tegakan (stand) ke dalam suatu susunan unidimensional atau multidemensional. Dengan
demikian, ordinasi merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan data contoh (sampling)
menjadi lebih sederhana, menghemat ruang dan mudah dibaca. Setiap titik
mewakili derajat similaritas dan disimilaritas (Barbour et al. 1987).
Untuk mengetahui pola
vegetasi yang dihubungkan dengan pola lingkungan
lebih cocok dengan menggunakan metode ordinasi, yaitu mencuplik seluruh tegakan
yang mewakili. Melalui metode ordinasi memungkinkan dapat menunjukkan tegakan
vegetasi dalam bentuk geometrik sedemikian rupa sehingga tegakan komunitas yang
paling serupa berdasarkan komposisi jenis beserta kemelimpahannya akan
mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan tegakan-tegakan lainnya yang
berbeda akan muncul saling berjauhan (Mueller- Dombois, 1974).
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan
letak mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi; melainkan, untuk menunjukkan
suatu pola hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data
asli yang hilang dalam ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak
bentuk dari reduksi data, tidak hanya ordinasi (Bray and Curtis,1957).
Tahap ordinasi yang
pertama adalah untuk menyatakan persamaan antara dua letak di dalam jumlah
tunggal, disebut koefisien komunitas (CC). Ada beberapa jalan untuk menghitung CC,
tetapi pada dasarnya semua formula menunjukan, dalam beberapa cara, jumlah
jenis yang bersama dari dua kuadrat. Suatu CC 100 mewakili identitas, sedang
suatu CC bila 0 mewakili perbedaan sempurna. Karena variasi di dalam vegetasi
dari satu ke lain tempat, bahkan dua releves atau beberapa plot dalam satu
letak akan berpeluang tidak mempunyai suatu CC dari 100. Diantara dua plot dari
asosiasi yang sama akan, bagaimanapun, menunjukkan suatu CC 50+. Ketika
mengevaluasi data dengan metoda ordinasi, suatu matriks nilai-nilai CC
disiapkan untuk tiap-tiap pasangan letak. Untuk letak n, akan menjadi (n) ( n-
1)/2 jumlah CC berbeda. Langkah yang kedua adalah menghitung suatu matriks
perbedaan daripada persamaan. Masing-Masing pasangan letak mempunyai suatu
index perbedaan UM yang sama sampai 100 - CC (Gambar 9-1(b)). Langkah yang
ketiga adalah suatu transfer nilai ID ke suatu grafik. Ada beberapa jalan untuk membuat transfer dan
beberapa memerlukan penggunaan komputer (Irwanto, 2007).
Di dalam metoda yang
paling sederhana, disebut Ordinasi Polar, dua letak yang sangat berlainan
dipilih sebagai titik akhir pada sebuah axis horisontal. Metode ordinasi yang
paling sederhana adalah ordinasi polar, yaitu dengan menentukan dua tegakan yang paling berbeda
yang ditunjukkan oleh nilai indeks disimilaritas antara dua tegakan yang paling
besar sebagai titik ujung pada absis horizontal. Dalam metode ordinasi
diperlukan data kuantitatif yang merupakan nilai penting suatu jenis tumbuhan
yang ditemukan dari penelitian. Nilai penting didapat dengan cara analisis vegetasi
dari contoh yang diamati (Poole, 1974).
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah:
1.
Ekosistem hutan atau data hasil analisis vegetasi dari
tegakan berbeda
2.
Meteran, untuk membuat petak ukur di lapangan.
3.
Tali (nilon/rafia), untuk membuat pembatas petak ukur.
4.
Patok, untuk membuat petak ukur.
5.
Stoples
6.
Buku gambar
7. Isolasi
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur pada praktikum
ini adalah
1.
Lakukan perhitungan analisis ordinasi dari data
analisis vegetasi hutan alam (Praktikum ke-7), yakni data dari 2 kelompok
berbeda. Dalam praktikum ini, data tegakan yang digunakan adalah 9 plot yang
dianggap sebagai tegakan tersendiri mengingat kondisi waktu yang terbatas.
Perhitungan analisis ordinasi yang dilakukan meliputi:
2. Pada
setiap tegakan dihitung nilai penting masing-masing jenis
3.
Pembentukan matriks korelasi IS (indeks similaritas)
dengan rumus IS =(2W/[A+B])
x 100%, dimana W adalah nilai terkecil jenis umum yang terdapat pada dua
tegakan yang diperbandingkan, A adalah jumlah total nilai para meter seluruh
jenis pada tegakan A, B adalah jumlah total nilai parameter seluruh jenis pada
tegakan B. Dari nilai perhitungan IS dihitung ID (indeks disimilaritas) dengan
rumus ID = 100 – IS.
4.
Pembentukan axis X, Y, dan Z menurut Swan dan Dix, dan
juga Newsome dan Dix.
5.
Gambar ordinasi axis X dari 9 tegakan
6.
Gambar ordinasi Y/X dari 9 tegakan
Analisis Data
a. Penentuan axis X dilakukan dengan cara:
1.
Menetapkan plot acuan pertama sebagai titik A dengan
syarat (a) memiliki jumlah total ID terbesar, dan (b) harus mempunyai paling
tidak 3 buah nilai ID ≤ 50
2.
Menentukan plot acuan kedua sebagai titik B dengan
syarat (a) memiliki ID terbesar terhadap titik A, (b) harus mempunyai paling
sedikit 3 buah nilai ID ≤ 50
3.
Setelah titik A dan B diketahui, maka dapat diketahui
nilai L yang merupakan nilai ketidaksamaan antara titik A (Plot 14) dan
titik B (Plot 21), yakni sebesar 86 %.
4. Menentukan
posisi plot yang lain pada ordinat X
dimana dA adalah
nilai ID sebuah plot terhadap titik A, dan dB adalah nilai ID suatu plot
terhadap titik B.
b. Penentuan axis Y dilakukan dengan cara:
1.
Menentukan harga ex 2 dari
masing-masing plot dengan rumus:
ex 2 = (dA)2 – X2
2.
Menentukan titik A’ atau plot acuan pertama
ordinat Y dengan syarat (a) memiliki harga tertinggi ex2, (b)
harus terletak dalam kisaran rata-rata 50% nilai tengah ordinat X, dan (c)
memiliki paling sedikit 3 ID ≤ 50 %.
3.
Menentukan titik B’ sebagai plot acuan kedua
ordinat Y, dengan syarat (a) harus sedekat mungkin dengan titik acuan pertama
sepanjang ordinat X, (b) harus mempunyai ID terbesar terhadap titik A’,
(c) harus memiliki sedikitnya 3 ID ≤ 50 %.
4.
Setelah titik A” dan B’ diketahui, maka dapat
diketahui nilai ketidaksamaan kedua titik tersebut (L’).
5.
Menentukan posisi masing-masing plot terhadap
ordinat Y
DAFTAR PUSTAKA
Barbour, M.G, J.A.Burk and W. D. Pitts. 1987
Terrestrial Plant Ecology. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Bray, J. R. & J.T. Curtis. 1957. Upland Forest
Communities Of Southern Wisconsin. Ecol.
Irwanto. 2007. Ordinasi. Diambil dari: www.irwantoshut.com.
Mueller-Dombois, D. & H. Ellenberg. 1974. Aims
And Methods Of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons. New York.
Poole, R.W. 1974. An Introduction To Quantitative Ecology.
McGraw-Hill. New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar