H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 23 Mei 2011

PENGUKURAN DIMENSI SERAT














Gambar 1. Serat yang dilihat dengan mikroskop

         Pengukuran dan pengamatan serat dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler yang telah dikoreksi skalanya dengan mikroskop objkektif. Pengamatan menggunakan perbesaran 40 x untuk diameter serat dan diameter lumen serta perbesaran 10 x untuk pengukuran panjang serat sedangkan untuk tebal dinding serat diperoleh dari perhitungan diameter serat dikurangi diameter lumen lalu dibagi dua.

PROSEDUR PEMISAHAN SERAT (MASERASI)
         Proses pemisahan serat yang dilakukan menggunakan metode Forest Products laboratory (FPL) yaitu dengan cara sebagai berikut :
A. Pencucian sederhana
1. dimasukkan serat pulping yang sudah tesedia ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 potongan
2. ditambahkan larutan H2O2 (Hidrogen Peroksida) dan CH3COOH dengan perbandingan 20 : 1 sampai  serat pulping terendam
3. dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 60-80 0C sampai sebagian serat terpisah yang dicirikan dengan warna putih dan terlihat adanya tanda-tanda serat mulai lepas
4. dimasukkan aquadestilata dan dikocok filtrat untuk mendapatkan serat-serat yang terlepas dengan sempurna
5. dicuci berulang-ulang di atas kertas saring sampai bebas asam

Jumat, 06 Mei 2011

Maserasi


METODE PRAKTIKUM
Kayu ialah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam. Tumbuh-tumbuhan ini sebagai sesuatu yang hidup, dipengaruhi oleh kondisi ditempat ia hidup. Pengaruh ini memberikan sifat / keadaan yang berbeda-beda dari tiap jenis kayu yang tumbuh di berbagai tempat dengan kondisi yang berlainan pula. Perbedaan tercermin pada pola dan ukuran serat, pori-pori, zat pengisi kayu, berat jenis, kekerasan kayu dan sebagainya. Serat, arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Ada kayu yang berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang ukuran seratnya kecil, sedang atau besar. Serat ini sebetulnya susunan sel-sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relatif sel-sel kayu disebut tekstur (Frick, 1983).
Arah pertumbuhan serat-serat kayu sehubungan dengan sumbu memanjangnya disebut jaringan kayu. Serat-serat tersebut tidak selalu tumbuh sejaajr dengan sumbu pohon dan karenanya mereka nampak sebagai pola-pola yang berbeda pada sepotong kayu yang digergaji. Pola-pola tersebut dinamai gambar jaringan. Pada umumnya serat-serat pohon berada sejajr dengan sumbu memanjangnya kayunya kuat dan mudah dikerjakan, biasanya  kayu dengan jaringan lurus mempunyai gambar jaringan yang kurang indah. Oleh karena itu maserasi sangat berperan dalam menentukan atau pengukuran serat pada suatu jenis kayu. Dibawah ini merupakan Metode Maserasi yakni :

Alat dan Bahan
Alat
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Pisau untuk memotong kayu seukuran korek api
  2. Cawan petri sebagai wadah diletakkannya kayu yang telah direbus
  3. Tempat perebusan sebagai tempat untuk merebus kayu
  4. Mikroskop elektron sebagai alat bantu dalam pengukuran serat
  5. Kaca preparat sebagai wadah / tempat meletakkan serat
  6. Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil serat dalam skala kecil
  7. Tabung reaksi sebagai wadah meletakkan kayu seukuran korek api untuk direbus

Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Kayu sebagai bahan yang akan diukur panjang seratnya
  2. Aquades sebagai sebagai larutan penetral
  3. Alkohol sebagai larutan dalam pemisaham serat (maserasi)
  4. Saframin sebagai larutan pewarna dan mempermudah pemisahan serat sehingga serat tahan lebih lama
  5. Larutan NaOH sebagai larutan yang bersifat basa
  6. Kertas saring sebagai bahan pembantu dalam pemisahan serat

Prosedur Kerja
            Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah :
  1. Disiapkan alat dan bahan.
  2. Dipotong kayu mahoni seukuran korek api sebanyak 3 buah.
  3. Diletakkan didalam tabung reaksi berukuran kecil dan kayu tersebut direbus sampai lunak.
  4. Setelah kayunya lunak maka kayu diletakkan di atas kertas saring, dan dicampur dengan larutan NaOH 12,5%.
  5. Setelah itu dicampur dengan larutan alkohol secara berturut-turut yakni 10%, 30%, 50%, dan 70%.
  6. Didiamkan selama beberapa menit dan dipisahkan serat mahoni dari kertas saring, serat mahoni tersebut diletakkan di cawanpetri setelah itu dicampur dengan larutan saframin (larutan tersebut berwarna merah).
  7. Diletakkan cawan petri tersebut di tempat yang aman dan didiamkan selama 24 jam.
  8. Dilakukan pengukuran serat dengan menggunakan mikroskop elektron dan dicatat datanya berdasarkan panjang serat, diameter serat, dan diameter lumen dan ketebalan dinding sel.

Selamat mencoba...^^

BAGAIMANA RASANYA KETIKA BERTEDUH DI BAWAH POHON ?



            Pada siang hari yang panas udara terasa panas dan tubuh pun terasa panas. Dengan berteduh di bawah pohon, tubuh akan terasa segar dan udara pun terasa segar. Udara terasa segar karena udara mengandung banyak oksigen (O2) yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Selain itu, karbon dioksida (CO2) yang ada di dalam udara diambil oleh tumbuhan untuk membentuk zat makanan.
            Karena pentingnya udara bersih bagi kesehatan, kita harus berusaha untuk selalu menghirup udara bersih. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berada di dalam ruangan rumah, sekolah, kampus atau gedung lainnya. Oleh karena itu, udara dalam ruangan tersebut juga harus bersih yakni dengan adanya pertukaran udara  kita harus membuka ventilasi contohnya : jendela.

oleh karena itu, mari kita jaga lingkungan kita
ok..tetap SEMANGAT !! ^^

SERAT KAYU KEHUTANAN



PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya, apabila dikelola dengan cara baik-baik. Kayu dikatakan juga sebagai sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui. Berbeda dengan misalnya minyak bumi atau barang-barang tambang yang lain. Jadi eksploitasi barang-barang tambang dibatasi persediaannya di dalam tanah, yang diukur dengan satuan waktu. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu sebagai satu bahan mempunyai beberapa sifat sekaligus yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain yang dibuat oleh manusia. Dari segi manfaatnya, bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama, yaitu sifat-sifat yang menyebabkan kayu tetap selalu dibutuhkan manusia (Frick, 1983).
            Setelah kayu, kulit kayu merupakan jaringan batang pohon yang paling penting kedua. Kulit kayu merupakan sekitar 10-20% dari batang tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan. Melihat pohon secara keseluruhan bagian kulit yang paling tinggi adalah pada cabang dengan nilai 20-35%. Kulit bagian tunggul dan akr juga lebih tinggi dari batang. Kulit menghasilkan jumlah bahan yang tinggi selama kayu diproses. Telah lama kulit dipandang sebagai limbah yang mengganggu dan dibakar atau disimpan. Hanya kulit sejumlah kecil spesies kayu yang dimanfaatkan misalnya kulit pohon oak (Sastrohamidjojo, 1995)
            Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 - 15 cm (Sintia, 2008).
            Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat.  Pemilihan dan penggunaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan sifat-sifat kayu yang bersangkutan, terutama berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Adapun pengenalan sifat-sifat kayu dapat dilihat dari :
1.      Berat jenis (maksimum, minimum, dan rata-rata)
2.      Kelas awet
3.      Kelas kuat
4.      Warna kayu kering udara
5.      Sifat pengerjaan
6.      Sifat kembang susut
7.      Daya retak
8.      Kekerasan
9.      Tekstur
10.  Serat
11.  Penyebaran
12.  Kegunaan
          Seringkali terjadi pemilihan dan penggunaan sesuatu jenis kayu yang tidak tepat karena tidak sesuai dengan sifat-sifatnya. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis)  memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati  dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya (Pika, 1995).

Tujuan
            Adapun tujuan dalam praktikum “Maserasi pada Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) adalah agar praktikan dapat mengetahui struktur serat dan tahu cara menghitung jumlah serat pada sebuah kayu.


TINJAUAN PUSTAKA
Kayu ialah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam. Tumbuh-tumbuhan ini sebagai sesuatu yang hidup, dipengaruhi oleh kondisi ditempat ia hidup. Pengaruh ini memberikan sifat / keadaan yang berbeda-beda dari tiap jenis kayu yang tumbuh di berbagai tempat dengan kondisi yang berlainan pula. Perbedaan tercermin pada pola dan ukuran serat, pori-pori, zat pengisi kayu, berat jenis, kekerasan kayu dan sebagainya. Serat, arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Ada kayu yang berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang ukuran seratnya kecil, sedang atau besar. Serat ini sebetulnya susunan sel-sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relatif sel-sel kayu disebut tekstur (Frick, 1983).
            Karena kayu merupakan bahan higroskopis, maka sistem air kayu sangat penting dalam bidang Teknologi kayu, fisika kayu, dan kimia kayu. Tidak lazim untuk menganalisis sampel bebas air karena perubahan yang mungkin terjadi selama pengeringan dan karena kesukaran penimbangan sampel kering tanpa penyerapan uap air. Karena itu biasanya sampel ditimbang dalam keadaan kering udara sedang kandungan air ditentukan dalam sampel terpisah. Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras dan juga terdapat beberapa perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana (Sastrohamidjojo, 1995)
            Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat struktur kayu daun jarum.  Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar. Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya.  Apabila dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loup. Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya.  Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk percabangan dua (sistem dikotom). Kayu mahoni merupakan jenis kayu ini juga memiliki serat yang padat dan jarang mata kayunya, kayu mahoni juga bagus untuk pekerjaan perabot rumah tangga dan kerajinan ukir. Sifat kayu ini sedang dalam pengerjaanya, kembang susutnya sedang, tekstur dan daya retaknya sedang (Sekti, 2008).
            Tanaman mahoni hampir sama populernya dengan tanaman sengon sehingga  banyak dipilih oleh petani untuk ditanam di areal hutan rakyat. Berbeda dengan sengon tanaman ini tumbuh lebih lambat dengan daur 15 – 20 tahun. Pemasaran kayunya juga terbuka lebar baik untuk konsumsi local, regional, nasional maupun export. Sifat kayunya lebih kuat dari tanaman sengon sehingga penggunaannya lebih luas sebagai kayu pertukangan untuk bangunan rumah,jembatan dan sebagainya, disamping untuk mebel, cabinet, barang bubutan, popor senapan, lantai, dinding hias serta untuk venire muka. Kayu ini dapat digunakan untuk energi namun kurang baik untuk pulp dan kertas (Rahman, 2008). 
                                     Gambar 1. Serat panjang pada kayu pinus (Pinus merkusii)

                                                Gambar 2. Pori-pori pada kayu hardwood

                                           Gambar 3. Susunan pori-pori pada kayu hardwood

                                             Gambar 4. Salah satu pori-pori pada kayu Sengon
         Arah pertumbuhan serat-serat kayu sehubungan dengan sumbu memanjangnya disebut jaringan kayu. Serat-serat tersebut tidak selalu tumbuh sejaajr dengan sumbu pohon dan karenanya mereka nampak sebagai pola-pola yang berbeda pada sepotong kayu yang digergaji. Pola-pola tersebut dinamai gambar jaringan. Pada umumnya serat-serat pohon berada sejajr dengan sumbu memanjangnya kayunya kuat dan mudah dikerjakan, biasanya  kayu dengan jaringan lurus mempunyai gambar jaringan yang kurang indah.
Fungsi sel yang berserat adalah untuk memberi kekuatan pada pohon yang sedang tumbuh. Tipe selain yang terdapat pada kayu-kayu keras adalah yang disebut sel pembuluh atau selpori tidak terdapat sel-sel pada kayu lunakyang menyerupai sel pembuluh. Dengan demikian ada atau tidaknya pori-pori dalam kayu merupakan petunjuk ke dalam jenis utama yang mana kayu tertentu digolongkan. Sel-sel pembuluh merupakan pipa-pipa panjang yang arahnya memanjang sejajar dengan sumbu batang pohon (Stefford dan McMurdo, 1986).

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
            Adapun praktikum anatomi dan identifikasi kayu dilakukan pada hari Jumat pada tanggal 17 November 2009 di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera  Utara, Medan.

Alat dan Bahan
Alat
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Pisau untuk memotong kayu seukuran korek api
  2. Cawan petri sebagai wadah diletakkannya kayu yang telah direbus
  3. Tempat perebusan sebagai tempat untuk merebus kayu
  4. Mikroskop elektron sebagai alat bantu dalam pengukuran serat
  5. Kaca preparat sebagai wadah / tempat meletakkan serat
  6. Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil serat dalam skala kecil
  7. Tabung reaksi sebagai wadah meletakkan kayu seukuran korek api untuk direbus

Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Kayu sebagai bahan yang akan diukur panjang seratnya
  2. Aquades sebagai sebagai larutan penetral
  3. Alkohol sebagai larutan dalam pemisaham serat (maserasi)
  4. Saframin sebagai larutan pewarna dan mempermudah pemisahan serat sehingga serat tahan lebih lama
  5. Larutan NaOH sebagai larutan yang bersifat basa
  6. Kertas saring sebagai bahan pembantu dalam pemisahan serat

Prosedur Kerja
            Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah :
  1. Disiapkan alat dan bahan.
  2. Dipotong kayu mahoni seukuran korek api sebanyak 3 buah.
  3. Diletakkan didalam tabung reaksi berukuran kecil dan kayu tersebut direbus sampai lunak.
  4. Setelah kayunya lunak maka kayu diletakkan di atas kertas saring, dan dicampur dengan larutan NaOH 12,5%.
  5. Setelah itu dicampur dengan larutan alkohol secara berturut-turut yakni 10%, 30%, 50%, dan 70%.
  6. Didiamkan selama beberapa menit dan dipisahkan serat mahoni dari kertas saring, serat mahoni tersebut diletakkan di cawanpetri setelah itu dicampur dengan larutan saframin (larutan tersebut berwarna merah).
  7. Diletakkan cawan petri tersebut di tempat yang aman dan didiamkan selama 24 jam.
  8. Dilakukan pengukuran serat dengan menggunakan mikroskop elektron dan dicatat datanya berdasarkan panjang serat, diameter serat, dan diameter lumen dan ketebalan dinding sel.


KAYU GUBAL DAN KAYU TERAS KEHUTANAN

PENDAHULUAN


Latar Belakang
                                                  Gambar 1. Kayu gubal dan Kayu teras        
          Kayu teras (heartwood) merupakan bagian kayu gelondongan yang terletak pada bagian inti kayu. Bagian ini berwarna lebih gelap dibandingkan kayu gubal (sapwood) yang terletak pada bagian lebih luar diameter kayu gelondongan (sebelum kulit kayu). Bagian ini merupakan yang terbaik pada sebuah kayu, karena kayu teras memiliki kekerasan yang lebih baik daripada kayu gubal. Pada umumnya kayu teras memiliki serat dan pori-pori lebih padat. Bagian ini sebenarnya adalah serat yang “mati”. Tentunya pula karena umur kayu teras lebih tua daripada kayu gubal. Hal ini membuat papan kayu teras memiliki kemungkinan menyusut lebih kecil. Secara mekanik lebih kuat. Rata-rata sekitar 65%-75% dari radius kayu gelondongan merupakan kayu teras. Kayu gubal sangat tidak direkomendasikan untuk diproses menjadi furniture untuk konstruksi karena nilai kekuatannya yang sangat lemah (Frick, 1983).
           Kayu gubal (sapwood) berada pada lapisan luar, berwarna lebih terang dan lebih mudah menyusut, sedang heartwood (kayu teras) adalah bagian kayu utama yang dibutuhkan. Kayu teras berwarna gelap dan lebih berat. Proporsinya juga paling besar (m3). Pohon memiliki lingkaran tahun (annual ring) yang merupakan garis-garis yang melingkar pada pohon yang menunjukkan umur pohon. Lingkaran terbentuk setiap tahun berdasarkan musim dimana pohon itu tumbuh. Dengan demikian lapisan yang terbentuk di waktu musim semi memiliki ketebalan lebih karena pohon tumbuh lebih cepat ketika musim ini dengan adanya proses pengolahan makanan untuk pohon yang lebih banyak disebut dengan lapisan autumn growth (Martoyosutan, 2009).
          Air memiliki peranan dan pengaruh besar terhadap kayu, walaupun kekerasan kayu dan umur kayujuga yang akan memberikan hasil berbeda pada setiap jenis kayu. Sebagaimana kayu bisa berubah bentuk karena besar kecilnya kandungan air. Air terletak di dua bagian besar pori-pori kayu sebagai berikut :
1. Free water (air tidak terikat), terletak di dealam pori-pori kayu. Pori-pori kayu adalah seperti pipa-pipa yang tersusun searah. Free water ini sangat mudah menguap. Free water pada beberapa jenis kayu lunak bisa menguap melalui proses air drying.
2. Bound water (air terikat), mengandung lebih banyak selulosa dan kimia lain, terletak diantara pori-pori, sekaligus memperkuat ikatan antar pori. Apabila bound water ini menguap, maka kayu akan mengalami penyusutan
(Djoko, 1992).

Tujuan
         Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui persentase kayu gubal dan kayu teras pada sebuah log (potongan bulat batang pohon kayu).


TINJAUAN PUSTAKA

                Pohon-pohon dapat dibedakan atas dua golongan besar, yaitu: jenis-jenis kayu dari golongan kayu daun lebar dan jenis-jenis kayu dari golongan kayu daun jarum. Kayu adalah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam. Tumbuh-tumbuhan ini sebagai sesuatu yang hidup, dipengaruhi oleh kondisi di tempat ia hidup. Pengaruh ini memberikan sifat / keadaan yang berbeda-beda dari tiap jenis kayu yang tumbuh di berbagai tempat dengan kondisi yang berlainan pula. Perbedaan tercermin pada pola dan ukuran serat, pori-pori, zat pengisi kayu, berat jenis, kekerasan kayu dan sebagainya (Azwaruddin, 2008).
              Kulit, yaitu bagian yang terluar. Kulit bertugas sebagai pelindung bagain yang lebih dalam pada kayu. Pengaruh-pengaruh tersebut misalnya iklim, serangga-serangga dan jamur atau secara mekanis. Akan tetapi kulit juga bertugas sebagai saluran cairan / bahan makanan dari akar di dalam tanah, ke daun di pucuk-pucuk pohon (Anwar, 2007).
             Kambium yaitu jaringan yang berupa lapisan tipis dan bening, yang melingkari pohon. Tugas kambium ke arah luar membentuk kulit yang baru dan ke dalam membentuk kayu yang baru. Kayu gubal adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup, masih berfungsi. Oleh karena itu tugas kayu gubal ini adalah menyalurkan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian pohon yang lain (Sulistyo, 2007).
Kayu teras adalah bagian yang terdiri dari sel-sel yang sudah tua atau mati. Kayu teras ini asalnya dari kayu gubal yang makin tua dan mati, sehingga tidak berfungsi lagi. Kayu teras ini hanya sebagai pengokoh tumbuhnya pohon saja. Kayu teras lebih awet dan pada umumnya warna kayu lebih tua daripada kayu gubalnya. Hati merupakan bagian kayu yang di pusat. Hati ini asalnya dari kayu awal, yaitu kayu yang pertama-tama dibentuk oleh kambium dan bersifat rapuh (Tjitrosomo, 1994).
          Serat, arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Ada kayu yang berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang ukuran seratnya kecil, sedang atau besar. Serat ini sebetulnya susunan sel-sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relatif sel-sel kayu disebut tekstur. Pori-pori, sebetulnya pori-pori menjadi sel-sel pembuluh kayu yang terpotong, sehingga memberi kesan lobang yang kecil (pori-pori). Ukuran besarnya pori-pori ini juga untuk tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda (Azwaruddin, 2008).
           Jari-jari kayu, sebenarnya jaringan kayu yang dibentuk dengan susunan sel secara radial, artinya dari luar menuju ke pusat. Jaringan ini disebut jaringan radial. Lingkaran tumbuh, kondisi pertumbuhan pohon ditentukan oleh lingkungan tumbuh, yaiti iklim. Di daerah-daerah yang mempunyai perbedaan musim yang jelas, pengaruh iklim terhadap pembentukan lingkaran tumbuh lebih jelas daripada di negara-negara di daerah tropika (Djoko, 1992).
           Kayu mempunyai sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya, apabila dikelola / diusahakan dengan cara-cara yang baik. Untuk menggunakan kayu sebagai bahan, baik untuk perabot maupun untuk bangunan, harus banyak diperhitungkan faktor penyusutan. Penyusutan kayu sebagai proses fisis, ditentukan oleh banyaknya air yang dikandung oleh kayu. Banyaknya air yang dikandung oleh kayu ini disebut kadar air kayu (Frick, 1983).


METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan
           Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain :
1. Plastik transparansi, sebagai media agar penampang kayu yang akan digambar terlihat.
2. Kertas milimeter, sebagai media untuk menghitung luasan penampang kayu yang digambar.
3. Pena OHP, sebagai alat untuk menggambarkan bagian penampang kayu di atas plastik transparansi.
4. Kalkulator, sebagai alat untuk menghitung persentase kayu gubal dan kayu teras yang diketahui dari luasan penampangnya.
5. Alat tulis, sebagai alat untuk mencatat data perhitungan yang diperoleh.

Bahan
          Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah log kayu (potongan bulat pohon) dari berbagai jenis pohon kehutanan sebanyak 15 batang yang mempunyai luasan dan persentase kayu gubal dan kayu teras yang berbeda-beda, sebagai objek yang akan digambar dan diketahui persentase kayu gubal dan kayu terasnya.

Prosedur Praktikum
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Diamati penampang melintang pada tiap jenis sample yang akan digambar (bagian sisi atas dan bawahnya).
3. Diletakkan plastik transparansi di atas salah satu penampang log yang akan digambar bentuk penampang atas dan bawahnya.
4. Digambar bagian setelah kulit kayu (kulit kayu tidak ikut digambar) dan kayu teras (bagian yang lebih gelap) dengan menggunakan pena OHP.
5. Dilapisi dengan kertas milimeter, plastik transparansi yang telah digambari dan dihitung dengan baik luasannya.
6. Dihitung persentase kayu gubal dan kayu teras dari luasan penampang kayu yang didapat dengan menggunakan rumus :

% Kayu Gubal = 100 % - % Kayu Teras
7. Dicatat data yang diperoleh dengan menggunakan tabel :

Keterangan :
LKK = Luas Kayu Keseluruhan
LKT = Luas Kayu Teras
LKG = Luas Kayu Gubal
% KT = Persentase Kayu Teras
% KG = Persentase Kayu Gubal
A = Penampang melintang log bagian ATAS
B = Penampang melintang log bagian BAWAH
R = RATA-RATA luasan penampang melintang log


INTERSEPSI HIDROLOGI HUTAN




PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Peranan Hutan sebagai penyerap karbon mulai menjadi sorotan pada saat bumi dihadapkan pada persoalan efek rumah kaca, berupa kecenderungan peningkatan suhu udara atau biasa disebut sebagai pemanasan global. Penyebab terjadinya pemanasan global ini adalah adanya peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer dimana peningkatan ini menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas (Slamet, 2009).
Gas Rumah Kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang dipancarkan kembali ke atmosfer oleh permukaan bumi. Sifat termal radiasi inilah menyebabkan pemanasan atmosfer secara global (global warming). Di antara GRK penting yang diperhitungkan dalam pemanasan global adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Dengan kontribusinya yang lebih dari 55% terhadap pemanasan global, CO2 yang diemisikan dari aktivitas manusia (anthropogenic) mendapat perhatian yang lebih besar. Tanpa adanya GRK, atmosfer bumi akan memiliki suhu 30oC lebih dingin dari kondisi saat ini. Namun demikian seperti diuraikan diatas, peningkatan konsentrasi GRK saat ini berada pada laju yang mengkhawatirkan sehingga emisi GRK harus segera dikendalikan. Upaya mengatasi (mitigasi) pemanasan global dapat dilakukan dengan cara mengurangi emisi dari sumbernya atau meningkatkan kemampuan penyerapan (Agus, 2004).
Intersepsi merupakan proses terserapnya air hujan oleh tajuk-tajuk tanaman seperti daun,dahan,dan batang atau secara umum merupakan bagian dari hujan yang tertahan oleh vegetasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi intersepsi :
-          Tipe vegetasi
-          Kondisi/umur vegetasi
-          Intensitas hujan
-          Lokasi
-          Luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan
Intersepsi hujan tidak dapat diukur secara langsung melainkan dengan melakukan pengukuran terhadap komponen intersepsi yaitu hujan bruto dan hujan neto (Seyhan, 1990).
Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisinya yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi dan sedimentasi serta jasa pengendalian daur air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan sebagai berikut :
  1. Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :
a.    Evapotranspirasi
b.    Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
  1. Menambah titik-titik air di atmosfer.
  2. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.
  3. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :
a.    Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan
b.    Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan.
  1. Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.
Semua peran vegetasi tersebut bersifat dinamik yang akan berubah dari musim ke musim maupun dari tahun ke tahun. Dalam keadaan hutan yang telah mantap, perubahan peran hutan mungkin hanya nampak secara musiman, sesuai dengan pola sebaran hujannya (Asdak, 2007).

Tujuan
Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui manfaat vegetasi hutan dalam siklus hidrologi dan mengetahui besarnya intersepsi dari satu jenis pohon tertentu.


TINJAUAN PUSTAKA
Intersepsi hujan merupakan proses tertahannya air hujan pada tajuk tanaman. Air yang tertahan pada tajuk tersebut akan terevaporasi kembali ke atmosfer. Air hujan yang jatuh menembus tajuk tanaman disebut sebagai curahan tajuk (throughfall) dan air hujan yang mengalir melalui batang disebut sebagai aliran batang (stemflow), kedua komponen itu disebut sebagai hujan neto. Curahan tajuk dan aliran batang akan jatuh menyentuh tanah atau lantai hutan dan akan diresap oleh tanah menjadi bagian air tanah. Perbedaan penutupan vegetasi pada ekosistem hutan memberikan nilai intersepsi hujan yang berbeda sehingga memengaruhi besarnya air hujan yang jatuh menyentuh tanah dan menjadi bagian air tanah. Sehingga intersepsi merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi (Slamet, 2009).
                               Gambar 1. Hubungan intersepsi Di lingkungan Alam
Nilai intersepsi akan diperoleh dari selisih hujan bruto dengan hujan neto. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana seperti penelitian yang dilakukan oleh Agustina (1999), yaitu menggunakan plastik 1x1 m untuk menampung curahan tajuk dan jerigen untuk menampung air dari batang yang mengalir melalui selang. Penelitian lebih lanjut digunakannya bejana berjungkit (tipping bucket) untuk mengukur besarnya air yang jatuh sebagai curahan tajuk dan aliran batang seperti yang dilakukan oleh Jackson (1999). Pengukuran intersepsi yang dilakukan di hutan tanaman A.loranthifolia Sal. di DAS Cicatih hulu Sukabumi ini menggunakan bejana berjungkit dengan perekaman data otomatis. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat kebasahan tajuk, intensitas curahan tajuk dan aliran batang saat terjadinya hujan serta menentukan besarnya intersepsi hujan pada hutan tanaman A.loranthifolia Sal. di DAS Cicatih hulu Sukabumi. (Heriansyah, 2008).
Fungsi hidrologi hutan yang penting salah satunya adalah kemampuan dalam mengintersepsikan air. Jumlah air yang terintersepsi bisa mencapai 500 mm / tahun. Tergantung pada lebat tidaknya hutan dan pola hujan. Dengan demikian penebangan hutan dan konversi hutan menjadi peruntukan lain berpotensi meningkatkan debit ait di sungai dan kalau sungainya bermuara ke danau akan mempertinggi muka air danau. Kenaikan ini tentu sangat dipengaruhi oleh berapa luas lahan hutan yang dikonversi, relatif terhadap luas total Daerah Tangkapan Air (DTA). Bagaimana bentuk pengguaan lahan sesudah hutan dibuka dan apakah DTA cukup luas dibandingkan dengan luas muka air danaunya sendiri (Agus, 2004).
Besarnya intersepsi hujan suatu vegetasi juga dipengaruhi oleh umur tegakan vegetasi yang bersangkutan. Dalam perkembangannya, bagian-bagian tertentu vegetasi akan mengalami pertumbuhan atau perkembangan. Pertumbuhan bagian-bagian vegetasi yang mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya intersepsi adalah perkembangan kerapatan atau luas tajuk, batang, dan cabang vegetasi. Semakin luas atau rapat tajuk vegetasi semakin banyak air hujan yang dapat ditahan sementara untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer. Demikian juga halnya dengan jumlah percabangan pohon. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tua, luas, dan kerapatan tajuk kebanyakan vegetasi akan semakin besar serta jumlah percabangan pohon juga menjadi semakin banyak. Oleh kombinasi kedua faktor tersebut menyebabkan jumlah air hujan yang dapat ditahan sementara oleh vegetasi tersebut menjadi semakin besar sehingga kesempatan untuk terjadinya penguapan juga menjadi besar (Seyhan, 1990).
Salah satu luaran dari sistem DAS adalah debit aliran sungai yang merupakan indicator fungsi DAS da1am pengaturan proses, khususnya dalam alih ragam bujan menjadi aliran. Terdapat sifat khas dalam sistem DAS yang menunjukkan sifat tanggapan DAS terrhadap suatu masukan (hujan) tertentu dan sifat ini diandaikan tetap untuk masukan dengan besaran dan penyebaran tertentu. Sifat khas sistem DAS ini adalah hidrograf satuan (unit hydrograph). Data pengukuran tinggi muka air, debit, bujan harlan dan hujan yang lebih pendek dengan kualitas baik tidak selalu tersedia di setiap DAS sehingga untuk mendapatkan informasi tentang hidrograf satuan didekati dengan pendekatan hidrograf satuan sintetik (HSS) yang diantaranya memanfaatkan data morfometri DAS. Pendekatan dengan HSS bersifat empiris dan seringkali bersifat setempat, sehingga untuk digunakan di tempat lain memerlukan pengujian keberlakuannya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendapatkan model hidrograf satuan sintetik terbaik di DAS Ciliwung Hulu, (2) Mendapatkan informasi keberlalruan model hidrograf satuan sintetik di DAS yang lainnya, dan (3) Mendapatkan model HSS dengan parameter morfometri DAS yang lebih mudah diukur di Peta Rupa Bumi Penerapan HSS Gama luntuk menduga hidrograf satuan di DAS Ciliwung Hulu masih belum memuaskan terlihat dari besamya nilai coefficient of efficiency (CE) yang hanya 0,81, 0,85, 0,73 dan 0,81 secara bertutut-turut untuk HSS tahun 2003, 2004, 2005 dan HS periode 2003-2005 (Slamet, 2009).
Pada proses intersepsi, air yang diuapkan adalah air yang berasal dari curah hujan yang berada pada permukaan daun, ranting, dan cabang serta belum sempat masuk ke dalam tanah. Mengacu pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penyerapan air intersepsi oleh jaringan tanaman yang kemudian diuapkan kembali melalui proses transpirasi adalah kecil, maka intersepsi dibicarakan secara terpisah dari transpirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses intersepsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu vegetasi dan iklim. Air pada permukaan tajuk vegetasi lebih siap untuk terjadinya proses evaporasi dibandingkan air yang ada di tempat lain dalam suatu DAS. Akibatnya bila daun basah, proses intersepsi akan berlangsung beberapa kali lebih cepat daripada transpirasi dari permukaan vegetasi yang tidak terlalu basah (Asdak, 2007).


METODE PRAKTIKUM

Bahan dan Alat
            Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.      - Data curah hujan hasil pengukuran
2.      -    Besarnya aliran batang (stemflow) pada setiap hari hujan
3.      - Besarnya air lolos (throughfall) pada setiap hari hujan
4.      - Alat hitung yakni berupa kalkulator dan alat tulis

Prosedur Kerja
            Adapun tahapan prosedur praktikum ini adalah :
1.      1. Ditabulasikan setiap hasil pengukuran pada hari yang sama yaitu data curah hujan, aliran batang, dan           troughfall.
2.      2. Dihitung besarnya intersepsi dengan rumus sebagai berikut :
I = Ch – (Sf + Tf)
 I          = Intersepsi (mm)
Ch       = Curah hujan (mm)
Sf        = Stemflow (mm)
Tf        = Troughfall (mm)
3.      3. Dibuat grafik hubungan antara besarnya curah hujan dengan intersepsi.
4.      4.Dibuat pembahasannya dengan studi literatur terutama hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya intersepsi.


PENGERINGAN KAYU


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pengeringan kayu merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses produksi pembuatan mebel. Untuk proses pengeringan kayu, biasanya digunakan pengeringan secara alami dengan bantuan sinar matahari. Dengan adanya mesin pengering kayu, proses produksi pembuatan mebel tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Untuk itu, dibuatlah mesin pengering kayu otomatis. Pada mesin pengering kayu ini pengoperasiannya (terutama pada pengaturan suhu dan kelembaban) dilakukan secara otomatis. Pada tugas akhir ini dibuat mesin pengering kayu otomatis. Dengan alat ini, kondisi suhu dan kelembaban dapat diatur otomatis dan selalu dimonitor melalui LCD. Sebagai pemanas digunakan elemen pemanas yang nyalanya diatur mikrokontroler berdasarkan kondisi suhu yang dibaca sensor suhu Thermocouple jenis K. Selain itu digunakan kipas yang nyalanya juga diatur mikrokontroler berdasarkan kondisi kelembaban yang dibaca sensor suhu. Untuk monitoring dan pemilihan menu dilakukan melalui LCD dan tombol. Tombol di sini berfungsi memberikan masukan berupa pemilihan suhu dan kelembaban yang dibutuhkan untuk proses pengeringan kayu. Sedangkan LCD berfungsi menampilkan kondisi suhu dan kelembaban di dalam ruang pengering agar dapat diamati dengan mudah (Lesmana dan Hudha, 2008).
Penyusutan kayu merupakan Penyusutan dinding sel terjadi saat molekul‑molekul air terikat melepaskan diri dari molekul‑molekul selulosa berantai panjang dan molekul-­molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak saling mendekat. Banyaknya penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Pengembangan secara sederhana adalah kebalikan proses ini. Penyusutan longitudinal kayu normal dapat diabaikan dalam penggunaan praktek, sehingga papan gergajian dan produk‑produk papan gergajian­ dalam pemanfaatannya sebagai bahan bangunan menjadi sangat berguna. Biasanya penyusutan longitudinal terjadi dalam pengeringan dari keadaan segar ke kering tanur dengan besar sekitar 0,1‑0,2 % untuk kebanyakan spesies dan biasanya jarang melebihi 0,4%. Penyusu­tan tangensial justru terjadi lebih besar daripada penyusutan radial dengan kisaran antara satu setengah sampai tiga berbanding satu atau (1,5 – 3) : 1. Beberapa ciri anatomis diduga menjadi penyebab perbedaan ini, termasuk adanya jaringan parenkim jari‑jari, penoktahan yang rapat pada dinding radial, dominasi kayu musim panas/kayu akhir (latewood) dalam arah tangensial serta perbedaan‑perbedaan dalam jumlah zat dinding sel secara radial terhadap tangensial. Variasi dalam penyusutan contoh‑contoh uji yang berbeda pada spesies yang sama dan dibawah kondisi yang sama terutama disebabkan tiga faktor yaitu:
  1. Ukuran dan bentuk potongan kayu. Ini mempengaruhi orien­tasi serat dalam potongan dan keseragaman kandungan air di seluruh bagian tebal.
  2. Kerapatan contoh uji. Semakin tinggi kerapatan contoh uji semakin banyak kecenderungannya untuk menyusut.
  3. Laju pengeringan contoh uji. Di bawah kondisi penge­ringan yang cepat, tegangan internal dapat terjadi karena perbedaan penyusutan. Hal ini sering mengakibatkan penyusutan akhir yang lebih kecil daripada kalau hal tersebut tidak terjadi, namun sebaliknya sejumlah spesies menyusut lebih banyak dari kondisi normal apabila dikeringkan di bawah kondisi suhu tinggi. (Trisnusatriadi, 2009).

Tujuan
            Adapun tujuan dari kegiatan penelitian yang berjudul “Penentuan Kadar Air dan Susut” ini adalah untuk mengetahui perbandingan kembang dan susut pada objek yang diukur.


TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau produk kayu biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. Rincian metode kering tanur ini diterangkan di dalam standar ASTM (American Society for Testing and Materials) D 2016. Apabila menggunakan metode kering tanur, kadar air dapat dihitung sebagai berikut : %KA={(berat dengan air – BKT)/BKT}x100, Berat kering tanur dijadikan sebagai dasar karena berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan solid yang ada. Salah satu cara yang paling lazim untuk menentukan kadar air adalah dengan menimbang contoh uji basah dan mengeringkannya dalam tanur pada 103 ± 2oC untuk mengeluarkan semua air, kemudian menimbangnya kembali (Trisnusatriadi, 2009).
            Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Untuk memperoleh kayu dengan kualitas yang baik, pengeringan kayu mutlak diperlukan. Pengeringan kayu bertujuan untuk :
1. Memperkecil kandungan air didalam kayu.
2. Mencegah serangan terhadap kayu oleh jamur dan serangga.
3. Meningkatkan kekuatan kayu.
4. Mempermudah pengerjaan.
Kadar air yang dikehendaki mencapai hingga dibawah 10 %. Keadaan tersebut tidak dapat dicapai jika pengeringan dilakukan secara alamiah saja, karena itu di perlukan pengeringan buatan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penggunaannya, kayu harus mempunyai spesifikasi tertentu untuk berbagai keperluan (Endratma, 2008).
            Ketebalan dan suhu perendaman berpengaruh terhadap sifat penyerapan air kayu. Dengan ketebalan yang sama, perendaman pada suhu 60°C menghasilkan retensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perendaman pada suhu ruang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena komponen kimia kayu, yaitu hemiselulosa dan lignin pada dinding sel kayu mengalami pelunakan sehingga dapat menyerap air lebih banyak. Tetapi hal yang menarik adalah retensi contoh uji kayu yang direndam pada suhu ruang dengan ketebalan 3 cm lebih tinggi daripada yang direndam pada suhu 60°C dengan ketebalan 2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh ketebalan contoh uji kayu lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh suhu perendaman (Suryanegara dan Dwianto. 2004).
            Perubahan dimensi dinyatakan dalam persen dari dimensi maksimum kayu itu. Dimensi maksimum adalah dimensi sebelum adapenyusutan. Maka pengembangan dan penyusutan umumnya dinyatakan dalam persen dari volume atau ukuran kayu dalam keadaan basah atau diatastitik jenuh serat. Oleh karena itu besarnya perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada sepotong kayu waktu dikeringkan dari kedaan basah perlu dipertimbangkan dalam pengerjaan dan penggunaan kayu. Sebab banyak jenis kayu memiliki angka penyusutan yang tinggi, jika kayu tersebut menjadi kering. Dalam penggunaan kayu dituntut syarat kestabilan dimensi kayu. Perubahan dimensi kayu tidak sama dalam ketiga arah: longitudinal, tangensial, dan radial. Dengan perkataan lain: kayu memiliki sifat anistropi. Perubahan dimensi meliputi pengembangan dan penyusutan. Masing-masing sama pentingnya. Tetapi umumnya perhatian lebih besar ditujukan kepada penyusutan dalam penggunaan kayu tersebut. Kayu menyusut lebih banyak dalam arah lingkaran tumbuh (tangensial), agak kurang kea rah melintang lingkaran tumbuh (radial) dan sedikit sekali dalam arah sepanjang serat (longitudinal). Untuk perubahan dimensi dalam arah longitudinal berkisar 0,1 – 0,2%, dalam arah radial angka penyusutan bervariasi antara 2,1 – 8,5%, sedangkan dalam arah tangensial angka penyusutan lebih kurang 2 kali angka penyusutan radial bervariasi antara 4,3 – 14% (Aji, 2007).
            Proses pengeringan selesai, sample diambil kembali dari tumpukan untuk
ditentukan kualitas pengeringannya. Penilaian kualitas pengeringan yang dilakukan meliputi variasi kadar air antar papan dan variasi kadar air dalam penampang melintang papan yaitu selisih antara kadar air inti dengan kadar air permukaan papan. Untuk tujuan tersebut semua sampel diukur kadar airnya dengan menggunakan moisture meter pada posisi minimal 50 cm dari ujung kayu gergajian masing-masing pada kedalaman 1/6 tebal (untuk mengukur kadar air permukaan m1/6), 1/3 tebal (untuk mengukur kadar air rataan m1/3) dan 1/2 tebal (untuk mengukur kadar air inti m1/2). Dari pengukuran tersebut diperoleh kadar air rataan sampel (m1/3) dan selisih antara kadar air inti dengan kadar air permukaan papan (m1/2 - m1/6) atau dalam penelitian ini disebut dengan istilah “gradien kadar air” yang menggambarkan besarnya variasi kadar air dalam penampang melintang kayu papan) (Budiarso, 2000).
            Kualitas pengeringan yang kurang baik sering terjadi disebabkan oleh penggunaan skedul pengeringan yang kurang tepat pada pengeringan campuran yang terdiri dari jenis-jenis kayu yang kerapatan dan atau ketebalannya sangat jauh berbeda. Dalam hal ini kayu yang berkerapatan tinggi dan tebal mengalami banyak cacat terutama pecah dalam dan kadar air akhir yang kurang seragam, ini dikarenakan perusahaan tidak mengikuti prosedur yang benar seperti tidak digunakan skedul pengeringan dari jenis kayu yang terberat dan ukuran kayu yang paling tebal.


BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan adalah :
  1. Kayu keranji dan embacang sebagai objek yang akan diamati.
  2. Air untuk membasahi kayu keranji dan embacang sehingga diperoleh kadar air kayu
  3. Alat tulis sebagai alat untuk menuliskan hasil pengukuran
  4. Buku data sebagai temapt untuk menuliskan data hasil pengukuran
      Adapun alat yang digunakan adalah :
  1. Kipas angin sebagai untuk mengeringkan kayu yang basah
  2. Desikator sebagai penetral suhu pada kayu yang diamati
  3. Ember sebagai sebagai wadah untuk membasahi kayu
  4. Alat timbang sebagai alat untuk mengetahui berat kayu
  5. Califer sebagai alat untuk mengukur bidang penampang pada kayu
  6. Kalkulator sebagai alat hitung

Prosedur Praktikum
            Adapun prosedur praktikum ini adalah :
  1. Direndam sampel yang sudah ditandai arah longitudinal, radial, dan tangensialnya dalam air selama satu minggu untuk menyeragamkan kadar air awalnya.
  2. Setelah satu minggu direndam, kayu dikeringanginkan satu jam dan segera ditimbang untuk mendapatkan berat segar (BA)
  3. Diukur dimensi longitudinal, radial, dan tangensialnya untuk memperoleh dimensi awal.
  4. CU dikeringanginkan (dikipasangini) selama satu minggu agar diperoleh kondisi kering udara (KU).
  5. Diukur BKU dan DKU.
  6. Dimasukkan CU kedalam desikator selama satu minggu agar diperoleh kondisi KU konstan.
  7. Diukur BKU konstan dan DKU konstan.
  8. Dimasukkan ke dalam oven 50 0C selama dua hari kemudian diukur BKO 50 0C
  9. Dimasukkan ke dalam oven (103 ± 2) 0C selama 24 jam
  10. Diukur BKO dan DKO.
Hitung : a. KA segar
              b. KA kering udara
              c. KA kering udara konstan
              d. KA kering oven : 50 0C dan 103 ± 2 0C

            Hitung : a. Susut pada KA segar,
-          Susut KU
-          Susut KU konstan
-          Susut KO 50 0C
-          Susut kering tanur
b. Susut pada KU,
-          Susut KU konstan
-          Susut KO 50 0C
-          Susut Kering tanur

        11. Buat grafik hubungan antara Kadar air dan Persen penyusutan