H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 01 Oktober 2012

Ilmu Mamalogi


PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Mamalogi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai mamalia. Ilmu ini telah banyak dipelajari oleh berbagai pihak dan saat ini telah sangat berkembang. Cirinya yang banyak memiliki kemiripan dengan manusia dapat dijadikan salah satu alasan mengapa ilmu ini dapat berkembang. Selain itu, mamalia juga memiliki peranan yang berarti bagi kehidupan ini. Saat memulai untuk ingin belajar mengenai Mamalia, banyak hal yang harus dipelajari, antara lain mengenai pengertian dari mamalia itu sendiri, teknis-teknis pengamatan, serta bagaimana untuk mengidentifikasi jenis-jenis mamalia. Mamalia adalah pemakan daging (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) atau memakan keduanya (omnivora). Langkah  yang paling utama dari pencernaannya walaupun ada beberapa catatan pentingnya. Mulut dan gigi membuat beberapa nakanan menjadi bentuk potongan, herbivora dan karnivora sering mencernakan makanannya lebih baik dari karnivora (Knut, 1960).

Keanekaragaman hayati atau biological diversity (biodiversity) adalah seluruh keanekaan bentuk kehidupan di muka bumi ini, beserta interaksinya. Keanekaragaman tersebut akan semakin bertambah dengan dilakukannya kegiatan-kegiatan penelitian baik di lapangan ataupun di dalam laboratorium. Diketahuinya jenis-jenis hayati yang terdapat dalam suatu kawasan, akan dapat memberi manfaat dalam pengambilan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi. Jenis-jenis dari klas mamalia merupakan salah satu dari keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia. Populasi mamalia yang terdapat di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara yang lain. Keanekaragaman jenis mamalia yang terdapat di Indonesia ada kurang lebih sebanyak 701 jenis (Suyanto,  2002).





BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Dasar-Dasar Pengamatan Mamalia
            Mamalia merupakan salah satu dari kelas vertebrata yang memiliki sifat homoitherm  (berdarah   panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi dua, yakni mamalia besar dan mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia besar sebagai jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa > 5Kg, sedangkan mamalia kecil dengan ukuran berat badan dewasa < 5Kg. Jenis-jenis mamalia besar, dicontohkan sebagai berikut: rusa, harimau, dan  kerbau air. Mamalia kecil, antara lain tikus, bajing, dan kelelawar. Dalam pemanfaatan waktu aktivitas, mamalia dibagi menjadi mamalia diurnal dan mamalia nokturnal. Mamalia diurnal merupakan jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari, seperti orangutan, rusa, dan beberapa jenis bajing. Mamalia nokturnal merupakan jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari hingga menjelang pagi hari, seperti kelelawar, tenggalung malaya, serta musang. Selain itu, terdapat juga jenis-jenis yang beraktivitas sepanjang hari seperti babi hutan (Payne,  2000).
2.2 Pencernaan Mamalia
Mamalia adalah pemakan daging (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) atau memakan keduanya (omnivora). Langkah  yang paling utama dari pencernaannya walaupun ada beberapa catatan pentingnya. Herbivora lebih baik dalam mencerna makanan dibandingkan hewan karnivora. Makanan yang kering tidak dapat ditelan sebelum dicampur dengan kelenjar ludah, yang disekresikan oleh kelenjar ludah. Air

BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1    Waktu dan Tempat              
            Praktikum Pengamatan Mamalia ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 31  Oktober 2009 pukul 11.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB di Hutan Jagawana, Kawasan Gunung Sibayak II, Desa Derek, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pengamatan satwa mamalia ini adalah  kompas, teropong, kamera, GPS, alat tulis, Notebook, dan buku identifikasi mamalia.
3.3   Prosedur Pengamatan Langsung
3.3.1  Di lapangan
Adapun metode  yang digunakan dalam pengamatan mamalia  ini adalah metode jelajah, metode betting dan Informasi dari masyarakat.
- Untuk metode jelajah yang dilakukan adalah mengenal langsung tanda-tanda     kehadiran satwa  melalui jejak (tapak kaki), kotoran, pengamatan langsung dan ada     juga melalui informasi dari masyarakat. Setiap hasil pengamatan baik itu objek     langsung maupun tanda-tanda dari kehadiran satwa yang didapat di lapangan         diambil gambarnya menggunakan kamera.
-   metode betting digunakan untuk menjebak hewan mamalia melalui jebakan yang
    diperlakukan di daerah di mana kemungkinan mamalia yang akan dijebak itu sering    dijumpai. Langkah kerja yang dilakukan adalah: dibuat sebanyak 18 perangkap     jebak   yang dilengkapi dengan makanan yang dianggap adalah makanan hewan     yang akan   dijebak. Ke dalam setiap perangkap tersebut dimasukkan pisang,     pepaya atau ikan   asin untuk mengundang datangnya hewan yang akan dijebak, di     letakkan di sekitar   lokasi penagamatan dengan jarak kira-kira 5 meter. Dibiarkan     semalaman untuk   membiarkan hewan masuk. Dan dilakukan pengulangan pada     hari berikutnya untuk   melihat perbedaaan hasil hewan yang terperangkap.
-  Informasi Masyarakat
    Pengamatan mamalia ini juga dilakukan dengan mencari sumber informasi. Sumber     informsi tersebut diperoleh dari masyarakat setempat yang telah memahami seluk     beluk hutan Jagawana tempat pengamatan berlangsung. Pengamat dapat bertanya     secara langsung dan narasumber menjawab dan ada kalanya narasumber     memberitahu secara langsung.
3.1.2        Di Laboratorium
Spesies mamalia yang telah diamati dan diketahui ciri-cirinya diidentifikasi di laboraorium dengan menggunakan buku identifikasi mamalia.
1.2  Permasalahan
Mamalia yang merupakan suatu kelas organisme yang tersebar di daratan (teresterial) maupun di pohon (arboreal) memilki keanekaragaman yang masih belum diketahui jenisnya.
1.3  Tujuan percobaan
Adapun tujuan diadakannya  pengamatan mamalia antara lain:
- untuk mengetahui jenis mamalia yang diperoleh melalui metode jelajah, pengamatan   langsung, informasi masyarakat dan metode betting
- untuk mengetahui family dan ordo dari setiap anggota mamalia  yang ditemui
- untuk mengetahui ciri-ciri setiap jenis mamalia yang ditemui
1.4  Hipotesa
Diketahui ada beberapa satwa mamalia di sekitar lokasi praktikum. Dengan demikian diperlukan adanya suatu pengamatan dengan menggunakan metode jelajah untuk mamalia yang hidup arboreal (di pohon) atau mamalia besar yang teresterial  dan metode betting untuk mengamati mamalia kecil yang teresterial juga.
1.5  Manfaat
Diharapkan dengan diadakannya praktikum pengamatan mamalia ini dapat menambah wawasan mahasiswa biologi stambuk 2008 dan sebagai sumber informasi bagi instansi terkait tentang keberadaan jenis, ciri-ciri dan tingkah laku dari mamalia yang digunakan sebagai dasar pengelompokannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Dasar-Dasar Pengamatan Mamalia
            Mamalia merupakan salah satu dari kelas vertebrata yang memiliki sifat homoitherm  (berdarah   panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi dua, yakni mamalia besar dan mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia besar sebagai jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa > 5Kg, sedangkan mamalia kecil dengan ukuran berat badan dewasa < 5Kg. Jenis-jenis mamalia besar, dicontohkan sebagai berikut: rusa, harimau, dan  kerbau air. Mamalia kecil, antara lain tikus, bajing, dan kelelawar. Dalam pemanfaatan waktu aktivitas, mamalia dibagi menjadi mamalia diurnal dan mamalia nokturnal. Mamalia diurnal merupakan jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari, seperti orangutan, rusa, dan beberapa jenis bajing. Mamalia nokturnal merupakan jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari hingga menjelang pagi hari, seperti kelelawar, tenggalung malaya, serta musang. Selain itu, terdapat juga jenis-jenis yang beraktivitas sepanjang hari seperti babi hutan (Payne,  2000).
2.2 Pencernaan Mamalia
Mamalia adalah pemakan daging(karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) atau memakan keduanya (omnivora). Langkah  yang paling utama dari pencernaannya walaupun ada beberapa catatan pentingnya. Makanan yang kering tidak dapat ditelan sebelum dicampur dengan kelenjar ludah, yang disekresikan oleh kelenjar ludah. Air ludah (saliva) mengandung air, sejumlah garam dan protein dan enzim pencernaan, amylase yang bekerja pada tepung (namanya diturunkan dari kata latin amilum). Optimum pH amylase adalah netral,  dan nilai normal dari pH air ludah (Knut, 1960).
Perut menyediakan     reservoir bagi makanan sebaik untuk pencernaan. Kelenjar pada dindinnya akan mensekresikan pemecahan protein atau proteolitik, enzim, pepsin dan  asam hidroklorik pada konsentrasi kira-kira 0,5. Optimum pH pepsin kira-kira 2, dan sementara itu enzim bekerja pada asam lambung. Ketika makanan masuk dan berkontak langsung dengan asam, kelenjar amilase tidak aktif, dan pencernaan tepung akan berhenti, dengan demikian satu-satunya yang terpenting dalam pencernaan adalah proteolitik. Asam kuat juga sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri, yang akan tetap ada selama beberapa jam makanan berada di dalam lambung (Knut, 1960).
2.3 Penggolongan Mamalia
Berdasarkan habitatnya, mamalia dapat dibedakan menjadi dua, yakni mamalia darat dan mamalia laut. Mamalia darat merupakan mamalia yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan di darat, sedangkan mamalia laut melakukan aktivitasnya sebagian besar di laut. Contoh dari mamalia darat, yakni monyet-ekor panjang, macan tutul, tikus, serta kuda. Mamalia laut, antara lain pesut, dugong, dan paus. Dalam pemanfaatan strata tegakan hutan, mamalia diklasifikasikan menjadi dua, yakni mamalia arboreal dan mamalia terestrial. Mamalia arboreal merupakan jenis-jenis mamalia yang banyak menghabiskan waktu aktivitasnya pada strata yang tinggi, sedangkan mamalia terestrial merupakan jenis-jenis mamalia yang menghabiskan waktu aktivitasnya pada lantai hutan atau strata terbawah. Jenis-jenis yang merupakan mamalia arboreal, antara lain monyet, kelelawar, bajing, serta beberapa jenis dari suku Felidae. Bagi jenis-jenis mamalia terestrial, antara lain kijang, gajah, dan badak (Payne,  2000).

Setiap elemen kehidupan tentunya memiliki peranan yang dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungannya. Mamalia memiliki peranan yang penting dalam kelestarian ekosistem hutan. Peranan mamalia antara lain sebagai penyubur tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara biologi. Selain peranannya secara ekologis, mamalia juga memiliki peranan dalam bidang kesehatan, ekonomi, serta estetika (Suyanto, 2002).
2.3.1 Ordo Chiroptera
Bangsa ini dicirikan oleh adanya selaput kulit yang menghubungkan jari-jari dan pergelangan kaki depan yang memanjang. Bangsa Chiroptera yang memiliki anggota berupa jenis-jenis kelelawar dikenal sebagai  volant-mammal, yakni mamalia yang dapat terbang. Berdasarkan pemanfaatan waktu aktivitasnya, bangsa ini tergolong mamalia nokturnal. Bangsa chiroptera dibagi menjadi kelelawar pemakan buah dan kelelawar pemakan serangga. Jenis-jenis kelelawar sulit diidentifikasi sampai tingkat jenis, kecuali bila ditangkap dan diperiksa dari dekat (Payne et al. 2000). Dikatakan lebih lagi bahwa dalam genggaman tangan, sebagian besar jenis dapat dibedakan berdasarkan sifat dan ukuran yang mudah dilihat, tetapi warnanya agak bervariasi dan terkadang perlu memeriksa tengkorak atau susunan gigi untuk memastikan jenisnya (Shigeki, 1990).
2.3.2  Ordo Rodentia
Bangsa rodentia dapat dikenali melalui susunan giginya; gigi serinya besar, bengkok serta berbentuk seperti pahat pada rahang atas dan bawah, gigi taringnya tidak ada.  Bangsa rodentia dibagi menjadi kelompok-kelompok jenis, yakni kelompok tikus, bajing, dan landak. Kelompok jenis-jenis tikus atau suku muridae memiliki jumlah jenis yang terbanyak dibandingkan suku-suku dari klas mamalia yang lain. Bangsa rodentia umumnya memiliki jenis-jenis yang bersifat nokturnal, sedangkan hanya sebagaian kecil saja yang bersifat diurnal antara lain dari beberapa jenis-jenis bajing (Payne, 2002).
Jenis-jenis dari bangsa rodentia dapat ditemukan pada kondisi kawasan hutan yang masih bagus ataupun yang telah mengalami perubahan fungsi hutan. Kemampuannya dalam beradaptasi menyebabkan jenis-jenis ini dapat bertahan hidup dalam kondisi apapun. Bahkan beberapa jenis tikus yang terdapat di rumah, dapat memakan beberapa barang yang terbuat dari kayu atau kain. Selain itu, saat mengalami kekurangan makanan, jenis-jenis ini akan memakan temannya sendiri (Primack,  2005).
2.3.3  Ordo Primata
            Bangsa primata dicirikan dengan jari yang sudah pentadactyla yang artinya masing-masing kaki sudah memiliki lima buah jari dan sudah memiliki kuku yang tumbuh mendatar, tidak melengkung ke bawah dan runcing seperti cakar. Bangsa primata merupakan mamalia yang banyak melakukan aktivitasnya pada tajuk-tajuk pohon (arboreal). Namun, beberapa jenis ada juga yang terkadang beraktivitas pada lantai hutan. Menyatakan. Primata memiliki peran besar dalam ekologi hutan, yaitu sebagai pemencar biji (Primack, 2005).
Umumnya jenis-jenis primata termasuk ke dalam satwa diurnal yang diwakilkan oleh suku-suku cercopithecidae, hylobatidae, dan pongidae. Sebaliknya, beberapa jenis yang termasuk ke dalam suku lorisidae dan tarsiidae merupakan jenis-jenis yang bersifat nokturnal. Jenis-jenis nokturnal memiliki sumber pakan utama berupa serangga, sedangkan jenis-jenis diurnal memakan daun dan buah (Shigeki, 1990).
Terdapat jenis primata yang membangun sarangnya untuk tinggal di atas pohon, yakni orangutan. Satwa ini membangun sarangnya pada cabang-cabang pohon yang berukuran besar dan dekat dengan sumber pakannya. Indonesia merupakan negara yang memliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan menduduki peringkat kedua setelah Brazil. Beberapa jenis, seperti siamang, lutung simpai, lutung budeng, dan monyet-ekor panjang tidak membangun sarang untuk beristirahat. Diketahuinya jenis-jenis hayati yang terdapat dalam suatu kawasan, akan dapat memberi manfaat dalam pengambilan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi. Jenis-jenis dari kelas mamalia merupakan salah satu dari keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia (Suyanto, 2002).
2.3.4 Ordo Carnivora
Bangsa carnivora merupakan bagian dari klas mamalia yang memiliki gigi yang besar dan tajam. Bangsa ini umumnya memiliki sumber pakan berupa daging. Namun, beberapa jenis bangsa carnivora juga memiliki makanan utama berupa buah-buahan seperti musang. Peranan bangsa carnivora yang memiliki sifat karnivora (sebagai pemakan daging) cukup besar dalam dunia ekologi. Karnivora merupakan elemen yang penting pada komunitas satwaliar. Hilangnya jenis-jenis satwa karnivora akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi hewan-hewan herbivora ataupun sumber pakan satwa karnivora (Primack, 2005).
Umumnya bangsa karnivora dalam melakukan aktivitasnya bersifat nokturnal. Jenis-jenis dari bangsa karnivora cukup sulit ditemukan pada saat sedang pengamatan. Hal tersebut dapat disebabkan penciuman dan kepekaan yang tinggi terhadap keberadaan manusia (BAPPENAS, 2003).
Secara garis besar pengamatan mamalia, memiliki dua teknik pengamatan yakni teknik bergerak dan teknik diam. Dua teknik ini yang pada akhirnya berkembang menjadi beberapa metode pengamatan. Pada umumnya, teknik pengamatan lebih banyak digunakan khususnya pada kondisi kawasan hutan yang memiliki vegetasi yang rapat dan jenis mamalia yang bergerak soliter (sendiri). Namun, teknik pengamatan diam akan lebih bermanfaat bagi jenis-jenis mamalia yang memiliki kebiasaan berkumpul pada kawasan terbuka baik untuk minum ataupun makan pada padang rumput. Pada kesempatan ini akan coba dijelaskan beberapa mengenai metode garis transek yang merupakan bentuk dari teknik pengamatan bergerak dan metode concentration count dari teknik pengamatan diam (BAPPENAS, 2003).

Dalam melakukan pengamatan mamalia, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Kesiapan diri baik mental dan fisik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk memulai melakukan pengamatan. Seorang pengamat, dapat mencatat setaip jenis mamalia yang teramati walau sejauh jarak apapun sesuai dengan kemampuan jarak pandang masing-masing pengamat. Jenis-jenis dari kelas mamalia merupakan salah satu keanekaragaman hayati di Indonesia (Knut, 1960)

BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.2    Waktu dan Tempat              
            Praktikum Pengamatan Mamalia ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 31  Oktober 2009 pukul 11.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB di Hutan Jagawana, Kawasan Gunung Sibayak II, Desa Derek, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.


3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pengamatan satwa mamalia ini adalah  kompas, teropong, kamera, GPS, alat tulis, Notebook, dan buku identifikasi mamalia.
3.4   Prosedur Pengamatan Langsung
3.3.1  Di lapangan
Adapun metode  yang digunakan dalam pengamatan mamalia  ini adalah metode jelajah, metode betting dan Informasi dari masyarakat.
- Untuk metode jelajah yang dilakukan adalah mengenal langsung tanda-tanda     kehadiran satwa  melalui jejak (tapak kaki), kotoran, pengamatan langsung dan ada     juga melalui informasi dari masyarakat. Setiap hasil pengamatan baik itu objek     langsung maupun tanda-tanda dari kehadiran satwa yang didapat di lapangan         diambil gambarnya menggunakan kamera.
-   metode betting digunakan untuk menjebak hewan mamalia melalui jebakan yang
    diperlakukan di daerah di mana kemungkinan mamalia yang akan dijebak itu sering    dijumpai. Langkah kerja yang dilakukan adalah: dibuat sebanyak 18 perangkap     jebak   yang dilengkapi dengan makanan yang dianggap adalah makanan hewan     yang akan   dijebak. Ke dalam setiap perangkap tersebut dimasukkan pisang,     pepaya atau ikan   asin untuk mengundang datangnya hewan yang akan dijebak, di     letakkan di sekitar   lokasi penagamatan dengan jarak kira-kira 5 meter. Dibiarkan     semalaman untuk   membiarkan hewan masuk. Dan dilakukan pengulangan pada     hari berikutnya untuk   melihat perbedaaan hasil hewan yang terperangkap.
-  Informasi Masyarakat
    Pengamatan mamalia ini juga dilakukan dengan mencari sumber informasi. Sumber     informsi tersebut diperoleh dari masyarakat setempat yang telah memahami seluk     beluk hutan Jagawana tempat pengamatan berlangsung. Pengamat dapat bertanya     secara langsung dan narasumber menjawab dan ada kalanya narasumber      memberitahu secara langsung.