H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Minggu, 04 September 2011

BUDAYA


ADAT MELAYU TENTANG PELESTARIAN HUTAN
OLEH : Wan Syaifuddin

Baru bertunas janganlah dipetik,
Baru sepulau tak terkajang,
Berkerat rotan berpatah arang,
Besar kayu, besar dahannya.
            Masyarakat melayu sumatera timur adalah beragama islam. Mereka sangat memperhatikan lingkungan, alam, dan pemeliharannya. Pengejawantahan dari syariat islamlah adat dan Hukum melayu mewujudkan norma-norma yang mengisyaratkan bahwa hutan hanya dirambah jika sangat perlu. Misalnya untuk pembuatan dusun dan huma serta untuk pembuatan perahu. Selain itu, hutan juga boleh disentuh dan direbahkan manakala diperuntukkan kepada alat musik dan ramuan obat.
            Berdasarkan norma-norma adat melayu itu, maka perilaku terhadap alam lingkungan diawasi dengan pepatah adat yang berbunyi :
Kalau tak ada laut hampalah perut,
Bila tiada hutan binasalah badan,
Kalau binasa hutan yang lebat,
Rusak lembaga hilanglah adat.
            Secara filosopis makna dari pepatah adat tersebut menyatakan bahwa manakala lingkungan tidak terjaga atau terbiar, maka rusalkah kehidupan manusia di atas bumi. Oleh karena itu, nilai yang diutarakan oleh pepatah tersebut menyatakan adanya hubungan dan ikatan yang kuat antara seseorang dengan keselamatan diri, masyarakat, dan kehidupannya sehari-hari dengan perilaku pelestarian hutan.
            Selain itu berates petuah melayu yang memperlihatkan keseimbangan alam lingkungan dengan manusia melayu. Keseimbangan ini agar jangan masyarakat merusak alamnya. Diantaranya disebutkan :
“Tanda orang memegang amanah
Pantang merusak hutan dan tanah
Tanda ingat ke hari tua, laut dijaga bumi dipelihara
Tanda ingat adat lembaga, laut dikungkung hutan dijaga
Siapa sadar dirinya Khalifah, terhadap alam tiada menyalah”
“Beramu tak merusak kayu
Berotan tak merusak hutan
Bergetah tak merusak rimba
Berumah tak merusak tanah
Berkebun tak merusak dusun
Berkampung tak merusak gunung
Berladang tak merusak padang”
            Mengapresiasi secara sederhana segala petuah diatas, jelas menunjukkan bahwa adanya tanggung jawab kepada setiap manusia Melayu ke atas segala kerusakan dan pemeliharaan hutan. Tidak hanya itu, segala kias dan pepatah tersebut juga menyatakan pelestarian dan sikap manusia Melayu terhadap alam berkaitan erat dengan iman dan eksistensi dirinya diharibaan Allah SWT. Sekaligus menyatakan segala petuah tersebut sebagai manifestasi bahwa budaya Melayu bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah.
TANDA DAN ISTILAH
            Tidak hanya pepatah dan petuah diatas, para sultan, petua kampong, penghulu adat juga membuat alat untuk menegaskan lagi kepedulian masyarakat terhadap hutan. Hal ini juga menyahuti gerak dan kedudukan hutan dalam kehidupan manusia Melayu. Maka, dalam berbagai kondifikasi hokum dikeluarkanlah Tanda dan Istilah oleh para sultan kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Tanda dan istilah larangan di hutan rimba tersebut jika dilanggar akan dikenakan hukuman oleh kerapatan adatnya.
            Di kerajaan / negeri Serdang ada bermacam-macam tanda dan istilah larangan di hutan rimba, antara lain :
-      Kait-kait, yaitu tanda yang mengijinkan untuk mengambil bidang tertentu di hutan yang akan ditebas. Sultan mengistiharkan pada setiap satu kait hutan ditebas berarti luasnya satu gantang benih padi ditanam. Barulah hutan ditebas luasnya harus bersesuaian dengan kait-kait. Luasnya paling luas lebih kurang satu depa empat persegi. Hal ini tujuannya agar tidak mengganggu gerak pertumbuhannya.
-      Tanda salib yaitu tanda  batas kait yang diberikan kepada seseorang untuk menebas hutan. Lamanya penebasan hutan hanya bila tanda itu telah lapuk, yaitu lebih kurang empat bulan saja.
-      Tanda kali yaitu tanda larang untuk belantik, ranjau, dan lain-lain yang diperkenankan dengan izin penguasa. Salah satunya dibuat disetiap penjuru tempat yang berbahaya itu, dan pada antaranya dibuat juga tanda seperti itu. Tanda-tanda ini semuanya bertujuan untuk menjaga perkembangan dan pelestarian hutan yang ada di suatu wilayah.
-      Bulan-bulan (0) yaitu tanda larangan yang diperuntukkan untuk pohon-pohon di hutan agar jangan diambil orang. Tanda ini ditambah lagi tebasan di sekeliling pohon-pohon itu kira-kira satu depa.
-      Lambai-lambai yaitu tanda yang dibuat oleh penguasa kerajaan di setiap penjuru hutan larangan.kemudian didirikan salib serta direntang lambai-lambai itu yang terbuat dari daun kelapa muda atau daun yang lainnya diikat dengan tali.
-      Pulang-pulang rota yaitu tanda yang dibuat oleh kerajaan jika ada sarang lebah di pohon itu. Haruan yakni tanda agar jangan diganggu.
-      Pinah-pinahan inilah tanda larangan untuk membuat lubuk. Lubuk yang dibangun dibuat jagung yang digantungkan  yang disebut pinah-pinahan.
Walaupun tanda dan istilah tersebut bermanfaat terhadap pelestarian hutan, tetapi sejak tahun 1871 banyak sekali dihapuskan. Hal ini dilakukan sejak tidak berlakunya system beraja atau kerajaan di Sumatera timur. Tanda dan istilah yang dihapus diantaranya Barang larangan yaitu tanda bahwa setiap orang berburu gajah jantan atau badak, maka harus dengan seijin raja, Tapak lawang yaitu bahwa tanah yang dipungut melalui penghulu kampong kepada penduduk pendatang dimana mereka minta izin membuka sebidang tanah untuk berladang padi, Pancong alas yaitu tanda bahwa hasil yang dipungut penghulu kampong dari orang pendatang mendapat izin mengumpulkan hasil-hasil hutan cukainya ialah 10 % dari nilai hasil yang diambil.
PENUTUP
            Kesemua norma-norma adat yang menjadi peraturan yang bersifat konvensional di atas diawasi oleh para sultan, penghulu adat, dan para petua kampong di kerajaan Melayu. Tidak hanya itu para sultan juga dalam membuat setiap istilah dan tanda terlebih dahulu mengkodifisikannya secara tertulis kepada pemerintah Hindia Belanda “Jacht Verurdening” di Sumatera Timur.
            Maknanya peranan setiap lapisan masyarakat digerakkan dan difungsikan dalam menegakkan norma-norma yang bersifat melestarikan hutan. Apalagi peranan penguasa sangat diperankan. Penghulu adat dan para petua kampong, manakala sultan sebagai penguasa berprilaku merusak hutan, tidak segan-segan mengingat akan ikrar penguasa Melayu “Raja zalim Raja disanggah, Raja arif raja disembah”. Sikap perilaku ada Melayu terhadap hutan lebih tergambar secara jelas dalam pepatah adat Melayu yang menyatakan :
“Patah rantingnya minum airnya
Nenek moyang kita yang empunya”
“Sehelai akar punting
Sebatang kayu rebah
Sebingkah tanah terbalik
Negeri yang empunya
Pinang nan gaya nyiur yang saka
Jerat yang panjang
Nenek moyang kami yang empunya”.

Mengenai Teman Hidup.*


TEMAN HIDUP BAGIAN KITA…
Alkitab tidak mengenal prinsip jodoh atau “soul mate”, dimana Tuhan menciptakan satu orang secara khusus hanya untuk seseorang. Kitalah yang memilih siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, tentu harus sesuai dengan prinsip yang diajarkan alkitab. Firman Tuhan mengajarkan prinsip, menikah sekali untuk selamanya dan memiliki hanya satu pasangan hidup saja alias monogami. Adam hanya memperistri hawa sampai ajal menjemput mereka. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk menemukan seseorang yang telah Tuhan tetapkan bagi kita, namun memberitahu bagaimana kita harus memilih pasangan hidup yang sepadan. Pelajaran tentang ini sudah dikupas di manna sorgawi Februari 2007, “Jodoh yang sesuai dengan kehendak Tuhan”.

MOTIVASI SALAH, MENDAPATKAN PASANGAN HIDUP YANG SALAH
            Angka perceraian di Surabaya pada awal 2011 mengalami peningkatan. Januari-Februari 2011, jumlah angka perceraian sebanyak 883 kasus, lebih banyak dibanding tahun 2010, yang tercatat 823 perkara. Data statistik ini menunjukkan semakin banyak orang yang tidak mau berjuang lebih keras untuk mempertahankan pernikahan mereka, yang akhirnya berujung pada perceraian. Sayangnya, perceraian yang dulu dilakoni oleh mereka yang tidak percaya pada firman Tuhan, kini telah merambat ke kalangan orang Kristen.
            Mengapa hal ini bias terjadi ? mengapa begitu banyak pernikahan yang gagal dan berujung pada perpisahan ? Mark gungor berpendapat bahwa masalah tersebut berasal dari harapan yang dimiliki pasangan suami-istri, yaitu mengenai gambaran ideal sebuah pernikahan menurut versi mereka masing-masing yang tidak dikomunikasikan secara verbal.
            Tingkat perceraian yang tinggi sampai kepada orang Kristen juga kelihatannya disebabkan karena terlalu banyak pemuda-pemudi Kristen yang membuat kesalahan di dalam memilih pasangan dengan siapa dia akan menghabiskan sisa hidupnya; dengan siapa dia akan membangun sebuah keluarga yang harmonis, yang tetap bertahan dalam suka maupun duka. Untuk menghindari kesalahan yang fatal, perhatikanlah alasan-alasan salah yang membuat seseorang salah memilih dan menikah dengan pasangan hidup yang salah.
1.  Kita memilih orang yang salah jika berharap dapat mengubahnya menjadi pribadi yang kita inginkan setelah menikah
Akan sangat baik jika kita menikah dengan orang yang dapat kita terima apa adanya. Pada masa pacaran kenalilah karakter, pola piker, ketrampilan si dia dalam berkomunikasi, cara si dia berinteraksi, apakah si dia pekerja keras atau pemalas, apakah si dia orang yang bertekad kuat atau mudah menyerah, apakah kepribadiannya terbuka atau tidak (ekstrovert) atau tertutup (introvert), hobinya apa, fisiknya lemah atau kuat, dan lain-lain.  Setelah mengetahui hal-hal di atas, barulah kita dapat memasuki tahap yang lebih serius, tahap untuk memutuskan bersedia atau tidak menerima semuanya dengan hati yang terbuka.
Jika ada hal-hal “buruk” di dalam diri calon pasangan kita, yang kita anggap tidak bisa kita terima karena itu sangat prinsip, sebaiknya kita berpikir ulang untuk meneruskan hubungan itu ke arah yang lebih serius. Misalnya, kita berpacaran dengan orang yang hanya Kristen KTP, sementara kita sangat aktif pelayanan, sebaiknya hal ini dipikirkan ulang. Jangan berpikir bahwa setelah menikah kita bisa mengubah dia menjadi orang yang rohani, yang bersedia masuk ke dalam komunitas orang yang melayani. Pola piker ini bisa menjadi jebakan bagi kita, bahkan kelak bisa membuat kita menjauh dari Tuhan. “janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Kor 6:14).
Contoh lainnya adalah kita sudah tahu bahwa pacar kita seorang pemalas tetapi karena ingin melepas atau melajang, kita menekat menikah dengannya. Keputusan ini akan menjadi perangkap yang kita pasang untuk menjerat kita sendiri masuk ke dalam kesusahan yang berkepanjangan, yang tidak seharusnya kita jalani.

2.  Kita memilih orang yang salah jika lebih fokus pada penambahan fisik, perasaan, dan “chemistry” daripada karakter
Penampilan fisik yang baik berpotensi besar membuat perasaan kita tertarik terhadap seseorang, bahkan menimbulkan “chemistry” yang kuat dan itu natural! Biasanya kalau sudah demikian, perasaan akan berperan lebih dominan daripada logika. Seharusnya kita lebih mementingkan karakter daripada penampilan lahiriah. Di dalam membangun sebuah pernikahan yang kuat, kematangan karakter jauh lebih penting daripada penampilan fisik dan “chemistry”, walaupun kedua hal ini tidak bisa diabaikan.
Keempat sifat ini bisa menunjukkan kematangan karakter seseorang :
1.  Kerendahan hati. Apakah si dia memiliki kerendahan hati ? kerendahan hati akan nyata tatkala kita masuk di dalam sebuah konflik, dimana kedua belah pihak bisa keluar dari situasi itu jika ada yang mengalah. Tidak peduli siapa yang salah atau benar., tetapi respons yang ditunjukkan akan memperlihatkan kerendahan hati calon pasangan hidup kita. Mengapa kita butuh pasangan hidup yang rendah hati ? karena pernikahan sarat dengan masalah dan perbedaan, yang berpotensi menimbulkan konflik. Konflik antara pasangan harus diselesaikan secepatnya sedapat-dapatnya sebelum mengakhiri hari, dan ini membutuhkan kerendahan hati. Kalau tidak diselesaikan secara tuntas, konflik itu akan terakumulasi dan bisa menjadi bom waktu yang berujung dengan perceraian. “jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati (Ams 11:2).”
2.  Baik Hati. Perhatikan apakah dia orang yang suka memberikan “kesenangan” kepada orang lain? Orang yang suka membahagiakan orang lain akan membahagiakan pasangannya, sebaliknya, orang yang berdukacita tatkala membuat yang lain tertekan dan menderita akan membuat hidup pasangannya sedemikian. Kebaikan hati calon pasangan hidup kita bisa kita ketahui dari teman-teman atau orang yang kerap berinteraksi dengannya. “orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin (Ams 22:9).”
3.  Tanggung jawab. Kaarakter ini sangat penting, karena orang yang bertanggung jawablah yang dapat bertahan di dalam keadaan yang sangat sukar sekalipun. Seorang pria akan bertanggung jawab menafkahi dan melindungi keluarganya, sedangkan seorang wanita akan bertanggung jawab mengatur semua keperluan keluarganya. “Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan (Ams 31:15).”
4.  Sukacita. Perhatikan apakah calon pasangan hidup kita orang yang pemurung, suka bersungut-sungut atau orang yang bersukacita. Orang yang memperlihatkan sukacita memperlihatkan bahwa emosinya lebih stabil, karena orang yang bersukacita dapat menanggung beban. “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitannya, tetapi setiap akan memulihkan semangat yang patah? (Ams 18:14)”.

3.  Kita memilih orang yang salah jika mengutamakan keterlibatan fisik
Keterlibatan fisik secara langsung memang diperlukan, tetapi itu nanti setelah diberkati di hadapan Tuhan dan umatNya. Pria atau wanita yang benar-benar menyayangi pasangannya tentu akan menjaga kehormatan pasangannya. Karena itu tidak perlu ada alas an “test drive” untuk mengetahui apakah calon pasangan hidupnya “compatible” atau cocok secara fisik. Dari semua studi yang dilakukan pada perceraian, ketidakcocokan dalam arena intin ini sangat kecil, bahkan hamper tidak pernah dikutip sebagai alasan utama mengapa orang sangat kecil bahkan hamper tidak pernah dikutip sebagai alasan utama mengapa orang bercerai. Jadi pastikan bahwa kita menikah dengan orang yang menghargai dan menjaga kehormatan kita sampai diberkati di depan altar, yang tidak menuntut keterlibatan fisik sebelum waktunya. “Kusumpahi kamu putri-putri Yerusalem, demi kijang-kijang atau rusa-rusa betina di padang; jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya! (Kid 3:5).”

4.  Kita memilih orang yang salah jika tidak memiliki hubungan emosional yang mendalam dengan calon pasangan hidup
Kita memilih orang yang salah menjadi pendamping hidup kita jiika memilih seseorang yang seringkali kita merasa tidak nyaman secara emosional ketika bersamanya. Jika kita takut untuk mengungkapkan perasaannya, keinginan dan pendapat secara terbuka, itu menunjukkan masih belum terjalin hubungan emosional yang sehat. Untuk menguji hal ini, tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada diri sendiri ! apakah saya merasa tenang, damai sejahtera, dan bisa santai dengan orang ini ? dapatkah saya sepenuhnya menjadi diri sendiri dan mengekspresikan diri ketika bersama orang ini? Apakah orang ini bisa membuat saya memandang diri saya lebih baik ? tentu sangat baik jika orang yang menikah dengan kita adalah orang yang bisa membuat kita merasakan damai sejahtera di banyak kesempatan, walaupun sarat dengan perbedaan. Aspek lain dari hubungan emosional yang sehat adalah : tidak mencoba untuk mengontrol hidup calon pendamping kita, dan sebaliknya. Ada perbedaan besar antara “mengendalikan” dan “memberikan saran”. Saran diberi untuk keuntungan atau membangun kehidupan kita, sedangkan control dilakukan untuk keuntungan si pemberi control. “Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan (1 Tes 5:11).”

5.  Kita memilih orang yang salah jika tidak saling berbagi tujuan hidup dan prioritas
“Jodoh” adalah dua pribadi yang mampu berbagi pemahaman yang sama tentang tujuan hidup, prioritas, dan nilai-nilai hidup. Setelah menikah, idealnya kedua pribadi yang bersatu tumbuh bersama di dalam mencapai tujuan hidup dan prioritas itu. Karena itu pada masa pacaran sangat baik jika kita mulai menyamakan tujuan dan prioritas dalam hidup, supaya di dalam menjalani pernikahan yang sarat dengan perbedaan kita dapat menyesuaikan diri sesuai dengan apa yang sudah kita diskusikan atau sepakati.

6.  Kita memilih orang yang salah jika ingin menikah sebagai upaya melarikan diri dari masalah pribadi dan ketidakbahagiaan
Jika kita tidak bahagia dalam menjalani hidup di masa single/lajang, ada kemungkinan tidak akan bahagia saat menikah. Pernikahan bukan solusi untuk memperbaiki kehidupan pribadi, psikologis, atau emosional seseorang, justru bisa memperburuk karena harus menjalani masa penyesuaian yang sarat dengan masalah dan perbedaan, yaitu perbedaan keyakinan, tujuan, nilai-nilai, gaya hidup, dan sebagainya. Perbaiki dan berbahagialah selagi kita masih lajang, kelak pasangan hidup kita akan berbahagia hidup bersama kita.

7.  Kita memilih orang yang salah jika ia sangat tergantung dengan keluarganya
Ada orang yang secara emosional sangat tergantung pada ayah/ibu/kakak/adik, tetapi di sisi yang lain ia ingin membangun hubungan dengan pasangan hidupnya. Memang kita tidak bisa dipisahkan dari orang tua serta saudara-saudara sedarah, tetapi ketergantungan yang berlebihan kepada mereka akan memberikan akibat yang buruk dalam rumah tangga yang ingin kita bangun. Ketika Yakub menikah dengan Lea dan Rahel, kedua wanita itu melepaskan ketergantungan mereka terhadap keluarganya dan berkomitmen untuk lebih erat kepada suaminya, meskipun mereka hidup dengan orang tuanya. Jika calon pendamping hidup kita tidak mampu bersikap tegas terhadap campur tangan orang tuanya yang diluar batas, maka kelak dia akan mengalami kendala untuk mencintai kita.

MEMUTUSKAN UNTUK MEMILIH PASANGAN YANG TEPAT
            Karakter adalah dasar dari setiap hubungan yang sehat. Kunci untuk memilih teman pasangan hidup yang tepat adalah mencari seseorang yang berkarakter baik. Karakter akan menentukan cara seseorang memperlakukan dirinya, pasangannya, dan anak-anaknya. Lalu apa yang harus kita perhatikan di dalam pasangan hidup ? bagaimana kita mengetahui bahwa dia adalah orang yang tepat untuk dinikahi ? perhatikan 6 kriteria di bawah ini :
1.  Komitmen terhadap pertumbuhan pribadinya
Jika kita mampu menemukan seseorang yang memiliki komitmen terhadap pertumbuhan rohani pribadinya, berarti kita telah meraih setengah dari pernikahan yang bahagia. Komitmen terhadap pertumbuhan rohani pribadi artinya, dia berusaha hidup sesuai dengan prinsip-prinsip firman dan melakukannya. Dia juga benar-benar yakin bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber iman baginya. Firman akan membuatnya hidup dalam kasih, mengampuni, bisa menerima kelemahan dan kelebihan pasangannya (1 Yoh 4:7,12).
2.  Keterbukaan emosional
Ada banyak pernikahan yang tidak bahagia karena salah satu pasangan memiliki latar belakang menyakitkan yang menyebabkan dia tertutup secara emosional. Jika orang tuanya tidak pernah mengatakan bahwa mereka mengasihinya, kemungkinan ia tidak mampu mengungkapkan bahwa ia mengasihi kita. Jika dia sangat terluka oleh mantan kekasihnya di masa lalu dan belum dipulihkan, akan sangat sulit baginya untuk menunjukkan perhatiannya kepada kita. Kita tidak akan menikmati kebahagiaan jika tinggal bersama seseorang yang tidak mampu berbagi perasaan dengan orang yang dikasihinya. Karena itu kita perlu berdoa untuk mendapatkan seseorang yang sudah dipulihkan dan mampu menunjukkan kasihnya kepada semua orang.
3.  Berintegritas
Agar suatu hubungan dapat berjalan dengan baik, kejujuran dan sikap yang dapat dipercaya harus dibangun menjadi fondasinya. Mengetahui bahwa si dia dapat dipercaya member rasa aman tersendiri bagi kita. Apabila kita selalu ketakutan, jangan-jangan si dia bohong, itu akan membuat kita menanggung kekhawatiran yang berkepanjangan. Jika kita meragukan integritasnya, maka kita akan kehilangan rasa hormat terhadapnya; kita tidak dapat mempercayai perkataan atau tindak tanduknya, dan hal ini adalah masalah !. oleh karena itu , pilihlah pasangan hidup yang berintegritas. Walaupun sulit, tanamkanlah dalam hati bahwa mendapat pasangan hidup yang berintegritas berarti mendapat harta terpendam !.
4.  Memiliki citra diri yang sehat
Apa cirri-ciri orang yang citra dirinya sehat? Ia tahu bahwa dirinya sangat berharga di dalam Kristus. Ia akan merawat dirinya dengan baik karena ia mampu mengasihi dirinya.
5.  Bersikap positif dalam hidup
Orang yang positif menciptakan hubungan yang positif. Orang yang negativ  menciptakan hubungan yang negativ. Itu sebabnya menikah dengan orang yang negatif berarti memutuskan untuk hidup dalam kesukaran. “Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah daripada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar (Ams 21:9).”
6.  Ada perasaan tertarik
Tanpa perasaan tertarik kita tidak akan pernah jatuh cinta. Mungkinkah kita memiliki pernikahan yang bahagia dengan seseorang yang tidak menarik hati kita? Rasanya tidak !. jatuh cinta dengan seorang sahabat akan menjadi pengalaman yang luar biasa dalam hidup seseorang. Survey membuktikan bahwa pasangan yang menjalin persahabatn terlebih dahulu., kemudia meningkat ke hubungan sebagai pasangan, akan mengalami pernikahan yang lebih sukses dan memuaskan.

Di atas semuanya itu, berdoalah dengan sungguh hati sebelum kita memutuskan dengan siapa akan menikah. Doa adalah langkah pertama dan terutama yang harus diambil ketika seorang pengikut Kristus ingin memilih pasangan hidupnya. Tuhan tentu akan member hikmat dan tuntunan bagi orang yang mencari wajahNya dengan sungguh-sungguh. Ya, berdoalah supaya dapat memilih pasangan hidup dengan bijaksana.
Gbu All..^_^

Sumber : Manna Sorgawi edisi Bulan AgustusTahun 2011

LOOK..AND DO ^^


QUOTE OF THE DAY…
1.     Our own actions are our security, not others judgment (Tindakan kita sendiri merupakan keamanan kita, bukan penilaian orang lain ) By : Pepatah inggris
2.    It is right to be contended with what we have, but never with what we are (baiklah puas dengan apa yang kita punya, tetapi jangan pernah puas dengan apa diri kita) By: James Mackintosh
3.    Nothing great was ever achieved without enthusiasm (Tak ada hal besar yang pernah dicapai tanpa kegairahan) By: Ralph Waldo Emerson
4.    Life can only be understood backwards, but it must be lived forwards (Hidup hanya dapat dimengerti ke belakang, tetapi harus dijalani ke depan) By : Soren Kieregaard
5.    Don’t keep thingking your self in trouble because it could really become trouble (jangan selalu berpikir anda dalan kesulitan, sebab hal itu benar-benar menimpa anda )
6.    To be a man is, precisely, to be responsible (menjadi manusia, justru menjadi bertanggung jawab) BY : Antoine de saint-Exupery
7.    Even if you are in the right tract, you will get run over if you just sit there (bahkan jika kamu berada di jalur yang benar, kamu akan tertabrak jika kamu hanya duduk disana) By : Will roger
8.    The secret of most of the success is ready to catch every chance whenever it comes (Rahasia dari setiap sukses ialah siap sedia menerkam kesempatan jika ia muncul) By: Dightwear
9.    Do what you can, with what you have, where you are (Lakukanlah apa yang anda dapat, dengan apa yang anda miliki, dimana anda berada) By: Theodore Roosevelt
10.  What man is ?, is the basis of what he dreams and thinks, accepts and rejects, feels, and perceives (Apa manusia itu, adalah dasar dari apa yang dia impikan dan pikirkan, dia terima dan tolak, dia rasa dan pahami ) By: John Mason Brown
11.  To be successful I must show others that I am more diligent than they are (Supaya berhasil saya harus menunjukkan bahwa saya lebih rajin dari orang lain) By : Lord Campbell
12.  Time is always sufficient if you want to use it (Waktu selamanya cukup asal anda mau menggunakannya)
13.  Life is what happens to us while we are making other plan (Hidup adalah apa yang terjadi pada kita sementara kita sedang menyusun rencana lain) BY : Thomas la mance
14.  A minute of carelessness may destroy what was built in an age ( Kealpaan semenit dapat menghancurkan apa yang telah di bangun dalam satu abad)
15.  Spirit..Spirit.. You can do the best activity.
16.  Nothing would be done at all, if a man waited till he could do it so well that no one could find fault with (Tak ada hal yang akan terkerjakan sama sekali, seandainya orang menunggu sampai mampu mengerjakannya sedemikian baik sehingga tak seorangpun dapat menemukan kesalahan dengannya) By: John Henry C Newman
17.  When love and skill work together, expect a masterpiece ( Bila cinta dan kemampuan bekerja sama, nantikanlah sebuah kerjasama) By: John Ruskin
18.  Some people have exciting lives, some seek adventure and romance
19.  For in all adversity of fortune the worst sort of misry is to have been happy
20. Where there is a will , there is a way ( Dimana ada kemauan disitu ada jalan)
21.  Berbagai kejahatan yang dilakukan oleh banyak orang akan membentuk karma buruk kolektif, berakibat terjadinya bencana alam tiada berkesudahan. Jika setiap orang dapat kembali pada setiap hakikinya yang penuh kebajikan, baru bisa mengubah malapetaka menjadi kondisi aman dan damai. By : Perenungan kata Master Cheng Yen
22. Aku mengetahui diriku pandai karena aku mengetahui bahwa diriku tidak mengetahui apa-apa. By : Socrates (470-399 BC). Filsuf Yunani Kuno
23. KEHIDUPAN bukan menyangkut menang dan kalah atau berhasil dan gagal, tapi bagaimana kita menyikapinya. Bahkan kemenangan dan keberhasilan bukanlah tujuan kehidupan. Yang menjadi tujuan akhir manusia di atas dunia ini adalah bagaimana kita belajar tentang kerendahan hati, kedewasaan, dan kearifan.