H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 18 September 2012

Photo penelitian Anak Indonesia

WellCome..

bersyukur buat karya-karya yang boleh dipamerkan, maksudnya boleh dipertunjukkan kepada kita mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat internasional..

disini kita dapat melihat beberapa karya penelitian anak bangsa yaitu :



















Kamis, 06 September 2012

Teman-Teman THH'08

teman-teman THH08

walaupun ga semua yang tertampil di blogku.. silahkan kembali dilihat di Fb ku yaa.. :























bisnis tupperwareku

kayu dan marine borer


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kayu adalah bahan konstruksi yang dipakai dalam kehidupan manusia dan diharapkan selalu berkelanjutan penggunannya. Dalam pemakaiannya yang menjadi pertimbangannya adalah kemampuan kayu bertahan atau keawetan kayu. Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap serangan organisme perusak berupa serangga, jamur dan penggerek di laut. Pada pengujian di laboratorium biasanya keawetan kayu ditetapkan dengan menggunakan jenis organisme tertentu, sedangkan pada pengujian di lapangan dapat mencakup beberapa organisme sekaligus.
Faktor perusak kayu yang datang dari luar terbagi 2 macam, yaitu:
·       Oleh makhluk hidup (biologis)
·       Oleh bukan makhluk hidup (non biologis)
Ada 3 macam, yang diakibatkan oleh makhluk hidup yaitu :
1. Oleh serangga        
2. Oleh jamur/cendawan (fungi)        
3. Oleh cacing laut (Marine borers)
Yang diakibatkan oleh bukan makhluk hidup dibagi 3, yaitu :         
1. Oleh faktor fisik, misalnya : udara, cahaya, air, panas, api dan lain sebagainya    
2. Oleh faktor mekanik, misalnya : pukulan, gesekan, tekanan dan lain sebagainya 
3. Oleh faktor kimia, misalnya : asam dan basa         
Lebih kurang dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan, sehingga banyak kayu yang digunakan untuk keperluan angkutan antar pulau berupa perahu, kapal, tiang pancang, dermaga dan bangunan lainnya. Kebanyakan kayu tersebut umumnya mempunyai perbedaan struktur anatomi yang kurang jelas, namun cenderung lebih menunjukkan sifat yang sama. Dalam hal ini jenis kayu yang masih termasuk dalam satu genus diduga ada hubungan antara berat jenis dengan keawetan (Oey, 1964).
Kayu di perairan payau dan di laut sering kali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penggerek kayu di laut yang sering disebut dengan marine borers. Distribusi dan penyebaran organisme ini sangat luas, di perairan tropis dapat berkembang dengan subur dan dapat dijumpai sepanjang tahun. Binatang ini sangat berbahaya bila menyerang dermaga, tiang pancang, perahu dan lain sebagainya. Demikian pula bila menyerang kayu pada tempat penampungan di perairan pantai (logpond) dapat mengakibatkan kerusakan dan sangat merugikan.
Kayu yang digunakan untuk keperluan tersebut tentunya tidak luput dari serangan organisme penggerek di laut tersebut. Penyebaran organisme ini sangat luas dan dapat dijumpai baik di laut, pantai atau di perairan payau. Di daerah tropis organisme ini berkembang dengan pesat dan dapat dijumpai sepanjang tahun. Penggunaan kayu yang berhubungan langsung dengan air laut atau air payau, misalnya dermaga, dapat mengalami kerusakan akibat dari binatang penggerek yang biasa dikenal dengan istilah cacing laut tersebut.
Tanda-tanda kerusakan yang terjadi pada kayu oleh faktor-faktor perusak dapat terlihat dari adanya cacat-cacat, perubahan fisik kayu yang semuanya merupakan penurunan kualitas dan bahkan kuantitas karena ada juga yang benar-benar memakan habis kayu. Setiap tanda-tanda kerusakan yang terlihat merupakan gejala spesifik dari salah satu faktor penyebab. Sedangkan adanya tanda serangan itu sendiri sekaligus merupakan kriteria bahwa kayu atau hasil hutan yang bersangkutan telah terserang hama, penyakit atau penyebab lainnya. Bila secara ekonomis nilai kerugian telah mencapai ambang tertentu        (economic threshold) barulah mulai dicari upaya untuk melakukan tindakan  pengendalian tertentu agar kerugian dapat dikurangi sampai minimum dan tidak berlanjut kepada bahan-bahan lain yang belum terserang                             (Atwood dan Johnson, 1924).
Melalui alasan-alasan ini maka perlu dilakukan pengendalian hayati terhadap spesies hama marine borer yang menyerang kayu khususnya kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi di dermaga atau pelabuhan.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari kerusakan kayu oleh marine borer dan cara pengendalian marine borer.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanda-tanda kerusakan yang terjadi pada kayu oleh faktor-faktor perusak dapat terlihat dari adanya cacat-cacat berupa lobang gerek (bore holes), pewarnaan (staining), pelapukan (decay), rekahan (brittles), pelembekan (softing), dan lain-lain perubahan yang semuanya merupakan penurunan kualitas dan bahkan kuantitas karena ada juga yang benar-benar memakan habis kayu. Setiap tanda-tanda kerusakan yang terlihat merupakan gejala spesifik dari salah satu faktor penyebab. Sedangkan adanya tanda serangan itu sendiri sekaligus merupakan kriteria bahwa kayu atau hasil hutan yang bersangkutan telah terserang hama, penyakit atau penyebab lainnya. Bila secara ekonomis nilai kerugian telah mencapai ambang tertentu (economic threshold) barulah mulai dicari upaya untuk melakukan tindakan  pengendalian tertentu agar kerugian dapat dikurangi sampai minimum dan tidak berlanjut kepada bahan-bahan lain yang belum terserang.
Seperti jenis-jenis perusak kayu lainnya, penggerek di laut mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan dan tempat tinggalnya. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan organisme ini antara lain temperatur, salinitas, arus dan pasang surut. Faktor-faktor ini dapat bersifat meningkatkan atau menghambat aktivitas penggerek kayu di laut. Salah satu pencegahan serangan penggerek di laut dapat dilakukan dengan mengendalikan hubungan antara organisme tersebut dengan makanan dan lingkungannya. Dapat juga dilakukan dengan mengubah lingkungan hidupnya yang menguntungkan menjadi keadaan yang tidak menguntungkan. Sebagai contoh misalnya perahu-perahu yang baru beroperasi dari tengah laut, pada saat kembali beristirahat sebaiknya dibawa ke perairan yang mempunyai kadar garam sangat rendah. Dengan demikian, dalam waktu beberapa minggu, organisme penggerek tersebut akan mati (Muslich, 2009).
Organisme penggerek kayu di laut yang sering dijumpai yaitu dari golongan Mollusca dan Crustacea. Golongan Mollusca dibedakan menjadi dua famili yaitu Teredinidae dan Pholadidae, sedangkan golongan Crustacea dibedakan menjadi tiga famili yaitu Limnoridae, Sphaeromatidae dan Cheluridae.
Jenis hewan ini merusak kayu pelabuhan dengan dua alasan, yakni:
-  Sebagai makanan  
-  Tempat berlindung
          Besarnya kerusakan kayu tergantung pada:
1.      Jumlah spesies yang menyerang kayu
2.      Jenis spesies yang merusak kayu
3.      Banyaknya bahan makanan yakni kayu
4.      Suhu dan kelembapan
5.      Kadar air garam di laut dan sekitar pelabuhan

Klasifikasi organisme perusak kayu di Laut:
a. Kerang Penggerek
Terdapat tiga jenis kerang penggerek kayu yang paling penting yaitu teredo, bankia, dan martesia. Genus khusus yang bersangkutan adalah Teredo dan  Bankia dari famili Teredinidae dan folad-folad Mertesia serta Xylophaga. Jenis teredo dan bankia meliputi beberapa spesies berbentuk menyerupai cacing, begitu pula dalam sifatnya maka secara umum dikenal sebagai cacing kapal, sedangkan jenis martesia bentuknya menyerupai kerang. Dengan panjang tubuh 3-4 cm, dan seluruh tubuh ditutupi oleh zat kapur (kerang).

Gambar 1. Martesia sp.

Gambar 2. Teredo sp.
 Meluasnya serangan cacing kapal terjadi pada saat telur cacing menetas menjadi larva. Larva yang kecil dan halus ini berenang bebas dalam air dan permukaan kayu yang terendam. Setelah mengalami periode perkembangan yang sangat cepat, kerang penggerak dapat melekatkan diri pada kayu dan mulai menyerang kayu dengan cara menggerek.

b. Kepiting Penggerek
Kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil dibandingkan dengan serangan yang diakibatkan oleh cacing laut. Yang termasuk dalam kepiting penggerek atau kelompok kedua adalah phylum Crustacea yaitu: Limnoria dan Chelura. Terutama spesies genus Limnoria mirip kutu babi tampak dan mirip kutu pil.

Gambar 3. Limnoria sp.

Gambar 4. Chelura sp.


Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu perusak kayu di pelabuhan yaitu kerang penggerek atau cacing laut (marine borer).


Cacing laut atau cacing kapal
Penggunaan kayu yang berhubungan langsung dengan air laut atau air payau, misalnya dermaga, dapat mengalami kerusakan akibat dari binatang penggerek kayu yang biasa dikenal dengan istilah cacing laut. Meluasnya serangan cacing kapal terjadi pada saat telur cacing menetas menjadi larva. Larva yang kecil dan halus ini berenang bebas dalam air dan permukaan kayu yang terendam. Selama cacing kapal berkembang didalam kayu, lubang kayunya hanya sedikit membesar sehingga meskipun dari luar tampak sedikit lubang, tetapi bagian dalam kayu menyerupai sarang lebah (Southwell dan Bultman, 1971).
Berikut adalah contoh gambar perusak kayu marine borer :
Gambar 5. Cacing Laut (Marine borer)

            Cacing laut atau cacing kapal memiliki deretan gigi yang halus dan ujung kepala ditutup dengan katup, memperbanyak diri dengan telur dan makanannya kayu juga plankton.

Ketahanan Terhadap Cacing Laut
Cacing laut merupakan salah satu organisme perusak kayu, khususnya kayu yang penggunaanya berhubungan dengan air laut seperti pelabuhan, kapal kayu.  Menurut Hochman (1987), serangan organisme perusak kayu dilaut diistilahkan dengan ‘penggerek – penggerek laut”, istilah tersebut pada umumnya telah digunakan untuk invertebrata laut yang mengebor ke dalam kayu dan oleh karena itu merusak serta objek-objek utuh lain di air laut. Dua kelompok utama yang menyerang bangunan-bangunan laut yaitu yang pertama phylum Mollusca, pada tahap-tahap larvanya, binatang itu tampaknya mirip tiram atau kerang dan mengalami metamorfosis menjadi binatang seperti cacing ketika mengebor ke dalam kayu.

Gejala Serangan
Marine borer hanya menyerang pada musim hujan saja. Hama ini menimbulkan kerusakan secara langsung dengan menggerek bagian kayu, dan pada tingkat kerusakan berat dapat menyebabkan lubang yang sangat dalam dan menyebabkan kerapuhan kayu.
Gambar 6. Mekanisme serangan Cacing laut (Marine borer) pada kayu dermaga

Jenis penggerek kayu di laut sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustace. Penyebarannya sangat luas, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Ketahanan kayu terhadap penggerek di laut dinilai dari tingkat kerusakannya dan dibedakan menjadi            5 yaitu, kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk).
Sifat kayu yang mempengaruhi ketahanan terhadap penggerek di laut adalah kadar silika, kekerasan atau kerapatan dan kandungan zat ekstraktif yang bersifat racun. Sebagai contoh kayu E. zwageri tahan terhadap organisme perusak di laut karena mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,5% (Martawijaya, 1996) dan mempunyai zat ekstraktif “eusiderin” turunan dari phenolik yang beracun.
            Penggunaan kayu yang berhubungan langsung dengan air laut atau air payau, misalnya dermaga, dapat mengalami kerusakan akibat dari binatang penggerek kayu yang biasa dikenal dengan istilah cacing laut. Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau cacing-cacing laut. Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut. Umumnya penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru ditebang. Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri. Serangga ini tidak dapat hidup pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya memerlukan jamur. Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar air yang cukup tinggi.
Serangan-serangan akan lebih berat pada bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sedangkan cacing laut menyerang kayu yang berada di air laut dengan meninggalkan lubang gerek. Lubang gerek mengurangi keindahan. Bila banyak menggerombol akan mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat pada lubang cacing laut.  

Tindakan Pengendalian
Adapun tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghentikan perkembangbiakan marine borer dan kerusakan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Teknis/ Mekanis
Pengendalian teknis adalah suatu cara untuk mengendalikan langsung hama marine borer dengan melakukan kontak fisik langsung dengan kayu. Pengendalian teknis dapat kita lakukan dengan memisahkan atau memangkas seluruh bagian dari badan kapal yang terkena serangan marine borer sehingga tidak tersebar dan mengganggu bagian dari badan kapal yang belum terserang. Penggunaan cara ini cukup efektif hanya saja memiliki kelemahan yaitu pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif lama karena pembersihan dilakukan secara manual.

2. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan memberikan zat-zat kimia pembasmi hama yang dapat membantu untuk membasmi marine borer yaitu contohnya pemberian insektisida botani seperti pemanfaatan insektisida botani seperti larutan (ekstrak) untuk pencegahan. Selain itu dapat juga dilakukan penyemprotan zat-zat pestisida kimiawi. Penyemprotan pestisida merupakan salah satu cara pembasmian hama marine borer yang cepat dan efektif.

3. Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis dilakukan dengan menyebarkan musuh alami berupa predator alami seperti semut hitam atau ikan-ikan yang berada di dalam laut. Pengendalian secara alami berbeda dengan pengendalian secaara kimiawi karena menggunakan subjek pemberantasan hama yang alami yang tentu saja tidak akan mengganggu kesehatan. Predator-predator  yang ditebabarkan pada air yang sudah terserang dengan sercara langsung akan segera memangsa atau merusak kejernihan air sungai tersebut. Kelemahannya hanya menyebabkan kerusakan lain pada bagian kapal akibat kegiatan memangsa predator.

Gambar 7. Kerusakan pada kayu yang disebabkan Cacing laut (Marine borer)

Contoh kasus:
Hasil penelitian Westin, dkk (2006), pada kayu keras jenis scots pine yang dimodifikasi  dengan beberapa perlakuan modifikasi yang kemudian kayu tersebut ditegelamkan didalam air laut selama 7 tahun. Modifikasi panas pada kayu        scot pine terlihat yang menggunakan perlakuan minyak panas termasuk tingkat sedang dibandingkan perlakuan dengan modifikasi kimia, menurutnya modifikasi panas mampu menaikan ketahanan terhadap serangan organisme kayu karena komponen kimia kayu seperti selulosa dan hemiselulosa mengalami degradasi sehingga makanan Teredo navalis tidak ada lagi. Modifikasi kimia pada kayu mampu merubah susunan kimia kayu. Sehingga kayu komponen kimia kayu tersebut bersifat racun bagi cacing laut. Jenis cacing laut yang menyerang contoh uji adalah Teredo navalis dimana terlihat seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 8. Cacing laut jenis Teredo navalis  dan kayu bekas serangannya
Hochman (1987), diameter jenis cacing ini kira-kira 250 mikron                (0,01 inchi), cacing ini menyerang kayu dalam waktu 48 jam atau kehilangan kemampuan untuk membor dengan sukses ke dalam kayu. Larvanya merangkak di permukaan kayu dengan bantuan suatu tonjolan amuboid yang dinamakan kaki, tampaknya mencari tempat yang cocok untuk mengebor kedalam kayu. Jika tempat itu telah ditemukan, kakinya dipergunakan untuk membersihkan semua kotoran dan pemboran dimulai. Kayu yang diserang oleh Teredo navalis  terlihat dari luar kayu terlihat masih utuh tetapi didalamnya kayu mengalami kerusakan sangat parah seperti sarang lebah. Bentuk kayu tersebut dapat disajikan pada Gambar berikut.

Gambar 9. Kerusakan kayu seperti sarang lebah

Menurut Eaton dan Hale (1993), beberapa zat yang bersifat racun ini umumnya berasal dari golongan tannin, lignan, kumarin, alkaloid, terpenoid, steroid, stilbena, dan flavonoid mampu meningkatkan keawetan alami kayu dari serangan organisme perusak kayu. Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama sekali tak terpakai.
Kayu yang dipasang di air asin akan mengalami kerusakan lebih hebat daripada kayu yang dipasang di tempat lain. Hampir semua kayu mudah diserang oleh binatang laut. Akan tetapi ada pula beberapa jenis kayu yang memiliki faktor ketahanan, karena adanya zat ekstraktif yang merupakan racun bagi binatang laut, antara lain kayu lara, kayu ulin, kayu giam, dan lain-lain. Setelah diketahui bahwa faktor utama perusak kayu adalah makhluk hidup tertentu, jelas bahwa kayu dapat dilindungi dengan cara mengawetkan. Prinsip memasukkan bahan pengawet (wood preservative) sampai saat ini menunjukkan hasil yang baik. Semua industri pengawetan kayu umumnya menggunakan prinsip ini, hanya macam bahan pengawet berikut cara atau proses memasukkannya yang berbeda. Sehingga dalam aplikasinya dibutuhkan pengamatan terhadap kayu dan lokasi penempatannya.
















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
  1. Marine borer akan menyebabkan badan kapal yang digereknya menjadi lemah dan rapuh.
  2. Marine borer terdiri atas kerang penggerek dan kepiting penggerek.
  3. Cacing laut (Marine borer) menyerang kayu dengan masuk kearah tegak lurus serat dan meninggalkan lubang gerek.
  4. Hama Marine borer dapat dikendalikan dengan tiga macam pengendalian yaitu pengendalian mekanis, pengendalian kimiawi dan pengendalian biologis.
  5. Tindakan pencegahan yang baik dan alami adalah  menggunakan kayu yang keawetannya tinggi.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh pembaca mempelajari pengendalian hama sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan nyata serta aktif dalam mencari bahan ilmiah sehingga lebih menambah wawasan.














DAFTAR PUSTAKA
Atwood, W.G. and A.A. Johnson. 1924. Marine Structures Their Deterioration and Preservation. National Research Council Washington, D.C

Eaton, R. A. and M. D. C.  Hale. 1993. Wood: Decay, Pests and Protection. Chapman and Hall, London.

  Martawijaya, A. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor yang Mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor

Muslich, M. 2009. Uji Ketahanan Tiga Jenis Kayu Terhadap Serangan Penggerek Kayu Di Laut Pada Beberapa Lokasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Buletin Hasil Hutan Vol. 15 No. 1, April 2009: 47 – 52.

Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor

Southwell, C.R. and J.D. Bultman. 1971. Marine Borers Resistance of Untreated Woods Over Long Periods of Immersion in Tropical Waters. Biotropica 3, 1. pp. 81- 107. Naval Research Laboratory, Washington D.C.
Hochman H. 1987. Degradasi dan Proteksi Kayu dari Organisme-organisme Laut. Di dalam buku Nicholas D.N. 1997. Kemuduran (Deteriorasi) Kayu dan Pencengahan Dengan Perlakuan-perlakuan Pengawet. Jilid I Degradasi dan Proteksi Kayu. (penerjemah Haryanto Yoedodibroto). Airlangga University Press. Surabaya.
Westin M, Andreas R., dan Nilsson, T. 2006. Marine Borer Resistance of Modified Wood–Results from Seven Years in Field Mats Westin1, 11SP Trätek, SE2BFH. Hamburg. DeMarine dari webpage : http://www.wood modification thermal .com. (diakses pada tanggal 10 Oktober 2011)